Minggu, 08 Desember 2013

PROFESI CALON AHLI SORGA

Payung hukum dalil tentang para ahli sorga itu adalah firman Allah yang termaktub dalam kitab Quran sebagai konstitusi hidup manusia sebagai hamba Allah. Banyak ayat tentang para calon ahli sorga yang paling berhak memperoleh sorga. Penulis ambilkan dua ayat saja: QS 3: 112, yang artinya: “Ditimpakan kehinaan kepada mereka di mana pun mereka, kecuali mereka yang selalu berpegang kepada tali (memelihara) hubungan dengan Allah dan tali hubungan (berkasih sayang) dengan sesama manusia.” Ayat yang lain misalnya pada QS 98: 7 dan 8 yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah manusia terbaik (7). Balasan bagi mereka ini adalah sorga yang penuh kenikmatan, (tempat) di mana ada air mengalir di bawahnya, mereka kekal berada di sana, Allah merestui mereka dan mereka pun rido atas karunia Allah. Itulah (balasan) bagi orang yang tunduk kepada-Nya.” (8)
Nabi saw menyatakan dalam fatwanya (sunnah qauliyah; sebagaimana yang diriwayatkan oleh Bukhari) memperjelas/mempertegas kedua ayat tersebut dengan kalimatnya, “Sebaik-baik manusia adalah (mereka yang mengabdikan diri) yang paling bermanfaat bagi manusia lain.”
Dengan merujuk kepada Firman Allah dan qauliyah Nabi saw tersebut, mari kita merenung, bertanya kepada diri kita masing-masing, profesi apa dari ribuan profesi yang ada, yang paling pantas menjadi penghuni sorga?
Ternyata, profesi dokter itu paling tepat untuk menjadi penghuni sorga. Kok dokter, sih? Apa indikatornya?
Kita ini, orang yang pernah berhubungan/bersinggungan langsung dengan dokter akan mengalami cara dokter menangani kita dari mulai datang sampai kita pulang. Tak ada satu pun dokter bekerja ala dukun abal-abal mulut berkomat-kamit membaca mantra-mantra yang bekerja di ruangan yang gelap dan sumpek. Kita bisa bercerita tentang fakta ini dengan bahasa masing-masing. Sebanyak 99 orang dari 100 orang dokter bekerja menangani pasien adalah profesional.
Profesi setara dengan dokter adalah profesi bidan, paraji, perawat, tabib, sinse, dan tenaga paramedis lainnya.
(Kalau dokter dan tenaga paramedis lainnya tidak punya/memelihara hubungan dengan Allah, tidak punya hubungan yang harmonis dengan manusia lain, ya bukan sorga tempat hunian akhir, melainkan neraka.)
Profesi ahli sorga berikutnya adalah Polisi Lalu-lintas (Polantas). Indikatornya dapat kita lihat dengan kasat mata para Polantas yang bertugas bersinggungan langsung dengan manusia lain. Dia mengatur lalu-lintas pada waktu terik matahari menyengat atau tatkala hujan deras membasahi sekujur tubuhnya. Polantas dicari dan didamba, bisa juga disumpahi dan dicaci ketika lalu-lintas semrawut dan dia tidak hadir atau telat menangani kesemrawutan lalu-lintas. Polantas tak pernah dipuji ketika lalu lintas tertib, teratur, dan lancar berkat kesigapannya menangani.
Menyusul di belakang Polantas adalah penjaga pintu kereta, penjaga menara mercu suar, dan penyelenggara rumah singgah bagi anak-anak jalanan (anjal).
Profesi yang antre di belakang Polantas adalah para pengasuh rumah yatim piatu swadaya (bukan ponpes oleh yayasan atau perusahaan).
Kemudian penghuni sorga yang antre berikutnya adalah para pengusaha yang dermawan, petani, pedagang, montir, arsitek, dan pebisnis.
Urutan pelaku antre ke sorga nomor dua dari bawah adalah profesi guru, dosen, motivator, penulis, jurnalis, dan pewarta berita lainnya.
Urutan buncit alias juru kunci yang paling belakang antre (untung-untungan bisa masuk sorga atau bisa juga menjadi penghuni neraka) adalah para ustaz yang cuma bisa ceramah, tukang pidato, tukang cerita, tuan guru, kiai, habib, dll. yang menghabiskan waktunya untuk berkeliling ke sana ke mari untuk berceramah atau berpidato. Terutama mereka yang doyan pasang tarif dan menjual ayat-ayat Quran (komersialisasi ajaran Quran).
Loh, kok begitu?
Jawabannya, lihat indikator dari hasil kerja mereka. Adakah manfaat yang dapat langsung dirasakan dari hasil ceramah itu?
Profesi yang senasib para ustaz adalah kuncen kuburan/makam, tukang doa di makam, anak atau sanak yang membangun kuburan seperti membangun rumah.
Anda boleh setuju dengan saya. Anda boleh juga tidak setuju, dan bisa juga menentang. Tetapi semua yang saya tulis ini punya rujukan yang saya jadikan payung hukum, yakni Quran dan sunnah.
Sendang Sari Hotel, Batang, 4 Desember 2013