Payung
hukum dalil tentang para ahli sorga itu adalah firman Allah yang
termaktub dalam kitab Quran sebagai konstitusi hidup manusia sebagai
hamba Allah. Banyak ayat tentang para calon ahli sorga yang paling
berhak memperoleh sorga. Penulis ambilkan dua ayat saja: QS 3: 112, yang
artinya: “Ditimpakan kehinaan kepada mereka di mana pun mereka, kecuali
mereka yang selalu berpegang kepada tali (memelihara) hubungan dengan
Allah dan tali hubungan (berkasih sayang) dengan sesama manusia.” Ayat
yang lain misalnya pada QS 98: 7 dan 8 yang artinya: “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu adalah manusia terbaik (7). Balasan bagi
mereka ini adalah sorga yang penuh kenikmatan, (tempat) di mana ada air
mengalir di bawahnya, mereka kekal berada di sana, Allah merestui mereka
dan mereka pun rido atas karunia Allah. Itulah (balasan) bagi orang
yang tunduk kepada-Nya.” (8)
Nabi saw menyatakan dalam fatwanya
(sunnah qauliyah; sebagaimana yang diriwayatkan oleh Bukhari)
memperjelas/mempertegas kedua ayat tersebut dengan kalimatnya,
“Sebaik-baik manusia adalah (mereka yang mengabdikan diri) yang paling
bermanfaat bagi manusia lain.”
Dengan merujuk kepada Firman Allah
dan qauliyah Nabi saw tersebut, mari kita merenung, bertanya kepada diri
kita masing-masing, profesi apa dari ribuan profesi yang ada, yang
paling pantas menjadi penghuni sorga?
Ternyata, profesi dokter itu paling tepat untuk menjadi penghuni sorga. Kok dokter, sih? Apa indikatornya?
Kita ini, orang yang pernah berhubungan/bersinggungan langsung dengan
dokter akan mengalami cara dokter menangani kita dari mulai datang
sampai kita pulang. Tak ada satu pun dokter bekerja ala dukun abal-abal
mulut berkomat-kamit membaca mantra-mantra yang bekerja di ruangan yang
gelap dan sumpek. Kita bisa bercerita tentang fakta ini dengan bahasa
masing-masing. Sebanyak 99 orang dari 100 orang dokter bekerja menangani
pasien adalah profesional.
Profesi setara dengan dokter adalah profesi bidan, paraji, perawat, tabib, sinse, dan tenaga paramedis lainnya.
(Kalau dokter dan tenaga paramedis lainnya tidak punya/memelihara
hubungan dengan Allah, tidak punya hubungan yang harmonis dengan manusia
lain, ya bukan sorga tempat hunian akhir, melainkan neraka.)
Profesi ahli sorga berikutnya adalah Polisi Lalu-lintas (Polantas).
Indikatornya dapat kita lihat dengan kasat mata para Polantas yang
bertugas bersinggungan langsung dengan manusia lain. Dia mengatur
lalu-lintas pada waktu terik matahari menyengat atau tatkala hujan deras
membasahi sekujur tubuhnya. Polantas dicari dan didamba, bisa juga
disumpahi dan dicaci ketika lalu-lintas semrawut dan dia tidak hadir
atau telat menangani kesemrawutan lalu-lintas. Polantas tak pernah
dipuji ketika lalu lintas tertib, teratur, dan lancar berkat
kesigapannya menangani.
Menyusul di belakang Polantas adalah penjaga
pintu kereta, penjaga menara mercu suar, dan penyelenggara rumah
singgah bagi anak-anak jalanan (anjal).
Profesi yang antre di
belakang Polantas adalah para pengasuh rumah yatim piatu swadaya (bukan
ponpes oleh yayasan atau perusahaan).
Kemudian penghuni sorga yang
antre berikutnya adalah para pengusaha yang dermawan, petani, pedagang,
montir, arsitek, dan pebisnis.
Urutan pelaku antre ke sorga nomor
dua dari bawah adalah profesi guru, dosen, motivator, penulis, jurnalis,
dan pewarta berita lainnya.
Urutan buncit alias juru kunci yang
paling belakang antre (untung-untungan bisa masuk sorga atau bisa juga
menjadi penghuni neraka) adalah para ustaz yang cuma bisa ceramah,
tukang pidato, tukang cerita, tuan guru, kiai, habib, dll. yang
menghabiskan waktunya untuk berkeliling ke sana ke mari untuk berceramah
atau berpidato. Terutama mereka yang doyan pasang tarif dan menjual
ayat-ayat Quran (komersialisasi ajaran Quran).
Loh, kok begitu?
Jawabannya, lihat indikator dari hasil kerja mereka. Adakah manfaat yang dapat langsung dirasakan dari hasil ceramah itu?
Profesi yang senasib para ustaz adalah kuncen kuburan/makam, tukang doa
di makam, anak atau sanak yang membangun kuburan seperti membangun
rumah.
Anda boleh setuju dengan saya. Anda boleh juga tidak setuju, dan bisa juga menentang. Tetapi semua yang saya tulis
ini punya rujukan yang saya jadikan payung hukum, yakni Quran dan
sunnah.
Sendang Sari Hotel, Batang, 4 Desember 2013