ISTRI MAJIKAN BIADAB, MAJIKAN KURANG ADAB, VOKAL
PENGACARA MAJIKAN LAKSANA DADAP, DAN PRT DIJADIKAN KUDAP
Majikan
Kata majikan
itu arti sederhananya adalah orang yang menyediakan pekerjaan untuk orang
lain berdasarkan ikatan kontrak
(kontraktual), baik secara tertulis maupun secara lisan (kesepakatan lisan).
Menyimak arti kata majikan ini, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa ada dua pihak yang terikat kontrak, yaitu penyedia
pekerjaan (majikan) dan pekerja (buruh, pembantu, orang upahan, pesuruh,
jongos). Hubungan kedua pihak ini adalah subordinat (kasta atasan dan kasta bawahan).
Zaman dulu, majikan sang pemberi pekerjaan biasanya disebut juragan dan orang
upahan disebut jongos. Kontrak kerja majikan dengan orang upahan berdasarkan
kesepakatan lisan, sementara kontrak tertulis antara juragan dengan jongos
tidak ada. Jadi, tidaklah mengherankan jikajuragan punya lebih besar hak
sementara jongos punya kewajiban yang lebih besar.
Zaman sekarang, kata juragan mulai hilang
penggunaannya dari khasanah ragam lisan
dan lebih lazim disebut bos. Begitu pun kata jongos sebagai sebutan untuk orang
upahan sudah mulai ditinggalkan pemakai bahasa takbaku karena dianggap
merendahkan martabat sebagai manusia.
Orang upahan bisa disebut sesuai dengan
fungsinya. Perhatikan sebutan untuk hubungan majikan/bos dengan orang upahan
seperti contoh-contoh berikut ini.
Orang upahan yang biasa disuruh mengemudi dan
mengantar/menjemput bos pergi/pulang dari/ke tempat-tempat yang diinginkan bos
disebut sopir atau sopir pribadi (bisa dan boleh disingkat sopri; analoginya
adalah sespri dan aspri).
Orang upahan yang dipekerjakan mengerjakan
semua pekerjaan rumahan disebut dengan sebutan pembantu rumah tangga (PRT).
Orang upahan yang pekerjaannya mengawal
disebut pengawal pribadi (bodyguard).
Orang upahan yang selalu membantu pekerjaan majikan sehari-hari disebut asisten pribadi (aspri).
Sejenis dengan dengan pekerjaan dan kebutuhan
bos yang bersifat pribadi ada dokter pribadi, ada sekretaris pribadi (sespri),
dan ada sebutan yang lebih mentereng untuk para artis dan kaum seleb/pesohor,
namanya manager. Apa fungsi manager bagi
para artis atau kaum pesohor?
Penulis tidak perlu menjelaskan terlalu jauh
tentang fungsi manager dalam tulisan ini.Tentu para pembaca dapat menerka
fungsi manager bagi seorang artis atau kaum pesohor.
Pembantu
Rumah Tangga (PRT)
Kalau seseorang boleh menentukan takdirnya,
tentu tidak seorang pun di antara kita yang mau memilih profesi sebagai
pembantu rumah tangga (PRT). Mengapa? Profesi PRT, meskipun profesi yang jelas
menghasilkan pendapatan halal, tetapi tidak membanggakan, kurang bermartabat,
kurang berderajat, dan bahkan seakan-akan sangat rendah martabatnya dalam
pandangan banyak orang.
Akan tetapi, akar persoalan lahirnya profesi
PRT yang dianggap tidak bermartabat ini adalah faktor kemiskinan. Orang miskin
di Indonesia ini lebih dari 20-an persen dari jumlah penduduk. Cukup banyak,
bukan?
Orang miskin itu secara ekonomis,
indikatornya adalah orang yang tidak mempunyai penghasilan yang memadai untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Indikator berikutnya adalah, orang miskin itu
tidak bisa membiayai pendidikan anak-anaknya. Boro-boro anak-anaknya bisa bersekolah
sampai jenjang perguruan tinggi (PT), sampai jenjang sekolah menengah atas
(SMA, SMK) saja orang miskin itu hampir tidak mampu. Apa yang bisa diraih oleh outcome pendidikan yang rendah pada masa
sekarang ini?
Mereka yang berusia produktif ini tidak siap
terjun ke tengah masyarakat karena tidak memiliki kemampuan yang memadai ketika
memasuki pasar kerja. Atau, tidak ada lowongan kerja yang tersedia bagi mereka.
Bahkan, mereka hanya menjadi beban masyarakat (tentu saja beban orang tua).
Sebagian orang tua miskin menyilakan,
meminta, menyuruh, atau memaksa sang anak untuk bekerja dengan dalih demi
meringankan beban ekonomi orang tua. (Ada
oknum orang tua yang memaksakan kehendak atas anak perempuan/gadis menjadi TKI
untuk bekerja di luar negeri. Bahkan ada oknum orang tua yang tega “menjual”
anak gadisnya demi sesuap nasi, atau bisa jadi demi menaikkan gengsi dan sudah
capek menjadi orang miskin kelas ikan teri).
Dampak negatif dari faktor miskin ini adalah
kejahatan (kriminalitas). Meningkatnya kuantitas kemiskinan berbanding lurus
dengan meningkatnya angka kejahatan/kriminalitas. Sinyalemen Nabi saw melalui
statemennya, “kadal fakru an yakuuna kufra” yang artinya, kemiskinan itu
menyebabkan kekafiran”. (kekafiran itu dalam bentuk tindak kejahatan:
prostitusi, pencurian, perampokan, premanisme, penipuan, narkoba, perjudian,
perdukunan, dan pembunuhan).
Anak-anak yang baik, taat, dan berbakti
kepada orang tua tentu tak mau berdiam diri dan hanya menjadi beban dalam
keluarga. Anak-anak ini mencari kerja melalui agen penyalur tenaga kerja
sebagai PRT. Mereka tak punya pilihan lain, mereka pun bersedia menjadi PRT.
Tentu menjadi PRT pasti setiap harinya berhadapan (berkomunikasi) dengan
majikan dan keluarga majikan.
Tak seorang pun yang tahu bagaimana nasib
diri esok lusa, baik nasib baik maupun nasib buruk atau bahkan sangat buruk.
Begitu pun dengan seorang PRT. Banyak kasus PRT bernasib baik karena punya
majikan yang sangat care, dermawan,
simpatik, ramah, dan memelihara spirit kekeluargaan. PRT yang bernasib seperti
ini, betahan (betah banget) bekerja
di rumah majikan. Ketika PRT itu menikah, biaya pernikahan ditanggung majikan.
Lebih hebat lagi, suami/istri disuruh bergabung ikut pula bekerja. Ketika
pasutri PRT ini melahirkan, biaya persalinan dibiayai pula oleh majikan. Bayi
pasutri PRT ini menjadi anggota keluarga besar majikan.
Ada kasus PRT yang nasibnya lazim seperti
nasib PRT pada umumnya. Sang PRT bekerja durasinya sesuai dengan kontrak kerja,
gajinya diterima sesuai pula, tunjangan diterima, hak cuti pun dinikmati. PRT
merasa menikmati jerih payahnya menjual jasa dengan bekerja dan majikan
menikmati pengorbanannya membayar upah. Kedua belah pihak sama-sama puas.
Inilah model PRT dan majikan yang taat hukum.
Ada banyak kasus PRT yang kontras dengan
kasus-kasus yang telah diuraikan terdahulu, yakni kasus PRT yang tidak merasa
nyaman bekerja mengabdi kepada majikannya. Ada banyak jenis bentuk perlakuan
yang menyebabkan sang PRT tidak nyaman atau tidak betah, Faktor utama lebih disebabkan
oleh faktor perlakuan majikan atau anggota keluarga majikan. Perlakuan majikan
seperti apa?
Ada majikan yang pelit (kikir, medit, koret, bakhil), misalnya sang majikan doyan
sekali memotong gaji, menahan pembayaran gaji, enggan memberi tunjangan, dan
mengurangi jatah makan sang PRT-nya.
Ada majikan yang berwatak mesum. Majikan
seperti ini suka berbuat pelecehan seksual kepada PRT-nya yang wanita terutama
yang belia (mata keranjang, suka colak-colek, merayu, percobaan perkosaan,
bahkan memperkosa). Malang nian nasib PRT seperti ini! Hilang kehormatan,
hamil, dan diusir pula.
Ada majikan wanita STw (setengah tuwek) yang doyan brondong. Sukanya
adalah memengaruhi psikis PRT-nya yang muda, misalnya sopri, pengawal pribadi, sespri,
atau aspri. Penampilan di depan PRT-nya yang brondong mengundang birahi,
memancing, dan memberi peluang kepada si PRT brondong untuk mendekatinya.
Selanjutnya, …. (silakan pembaca terka)
Satu lagi contoh perlakuan majikan yang
membuat PRT tidak nyaman. Seperti apa perlakuan itu?
Majikan galak! Setiap hari atau tiada hari
bagi sang majikan tanpa mengomel. Si PRT bekerja salah sedikit saja diomeli,
apa lagi melakukan kesalahan besar. Majikan yang suka mengomel atau majikan
cerewet atau majikan yang punya perlakuan sebatas melontarkan kata-kata kasar
atau pedas masih bisa diterima oleh si PRT yang masih berbesar hati (tak perlu
diambil hati; dia anggap saja sebagai kudapan).
Berikut ini adalah contoh majikan yang tidak
layak menjadi majikan karena perlakuannya yang amat tidak manusiawi, dan lebih
layak dikerangkeng di dalam kurungan jeruji besi alias sel tahanan.
Majikan
biadab dan PRT dijadikan kudap
Adalah seorang ibu rumah tangga yang bernasib
sangat bagus, hidup berkecukupan (kaya-raya). Bersuamikan Pati Polri berpangkat
Brigjen Pol. (purn.) M. Situmorang. Nama ibu ini adalah Mutiara, berdomisili di
Kota Bogor. Ibu Mutiara ini, karena dia kaya, tentu saja layak punya PRT, satu,
dua, lima, atau bahkan enam belas orang. Hebat, bukan?
Ya, hebatlah, seorang Mutiara yang hanya ibu
rumah tangga biasa punya PRT sebanyak enam belas orang!
Tunggu dulu! Simpan dulu rasa kekaguman kita
terhadap sosok Mutiara yang punya suami seorang purnawirawan polisi mantan Pati
bintang satu.
Namanya indah, Mutiara, sejenis permata yang
mahal harganya, tetapi kelakuannya tak seindah dan tak sehalus namanya, sama
sekali tak ada nilainya. Bahkan sangat buruk, lebih pantas disebut biadab.
Mulutnya dengan enteng memarahi PRT-nya yang
berbuat kesalahan dalam bekerja. Kedua tangannya dengan enteng menjambak rambut
PRT-nya yang menjatuhkan benda, mencakar tangan sampai luka dan meninggalkan
bekas. Lebih sadis lagi, Mutiara yang usianya sudah di atas paruh baya itu dengan
begitu tega menyiram tangan PRT-nya dengan minyak goreng panas.
Itu baru mulut dan tangan Mutiara yang
beraksi dan dapat dijadikan bukti oleh PRT-nya jika kasus kebiadaban ini dibawa
ke ranah hukum.
Berikut adalah bukti lain tentang perlakuan
sosok majikan biadab yang dipertontonkan oleh seorang Mutiara.
Hatinya yang keras bagai batu (ratu tega) membiarkan
PRT-nya bekerja selama dua puluh jam dari 24 jam sehari semalam. Mutiara sampai
hati tidak membayarkan gaji PRT-nya dengan berbagai dalih yang tak logis. Tega
nian Mutiara “memenjarakan” para PRT-nya di dalam rumah besarnya yang berdiri
megah bak benteng zaman kerajaan Romawi. Tega banget Mutiara meminta uang jutaan rupiah sebagai uang ganti rugi
bagi PRT-nya yang mau keluar dari rumahnya.
Teganya, teganya, teganya ….(10 x)
Andaikata tidak diketahui oleh media massa,
tidak diekspos, tidak ada aparat kepolisian turun tangan, tentu perlakuan Mutiara
yang bengis terhadap para PRT-nya akan terus berlanjut, artinya para PRT-nya
itu masih tetap dalam penderitaan berkepanjangan entah sampai kapan.
(Semua yang penulis tulis ini didapat berkat
hasil rekam mengamati siaran tv yang gencar memberitakan kasus yang sedang hangat
dibicarakan khalayak ramai, tulisan di media cetak, dan hasil menyimak
wawancara ekslusif reporter tv terhadap para PRT, penggiat hukum dari LBH,
penggiat perlindungan HAM dan anak, dan psikolog, beberapa hari terakhir).
Majikan
kurang adab
Mutiara si ratu tega yang punya PRT sebanyak
enam belas orang ini punya suami. Tentu saja, suami di mana pun, sebagai kepala
keluarga, pemimpin, dan pelindung keluarga, sebisa-bisanya harus melindungi
istrinya, walaupun sang istri berada dalam posisi salah (melanggar HAM. norma
sosial, etika, dan norma hukum).
Begitulah yang telah dipertontonkan oleh M.
Situmorang, seorang purnawirawan Pati Polri berpangkat Brigjen Pol. (bintang 1)
kepada para khalayak demi membela istrinya yang punya nama bagus, Mutiara.
M. Situmorang tampil habis-habisan membela
istrinya. Caranya adalah meruntuhkan semua kesaksian para PRT-nya yang hampir
seluruhnya memojokkan istrinya (faktual). Senjatanya adalah, menidakkan
(mengatakan dengan kata-kata tidak pernah) kasus penganiayaan Mutiara sang
istri terhadap para PRT. Dia bilang bahwa istrinya itu tidak pernah menyiksa,
tidak pernah menjambak, tidak pernah menampar, apa lagi menyiram dengan minyak
panas terhadap PRT. Semua itu tidak pernah terjadi! Katanya, istrinya yang
bernama Mutiara itu sangat dekat dengan para PRT-nya.
Alibi seorang suami yang bernama M.
Situmorang berdasarkan asumsi-asumsi dalam membela Mutiara sang istri yang
telah melakukan perbuatan melanggar norma-norma, berusaha meruntuhkan
kesaksian-kesaksian korban pelapor (enam belas orang) yang menunjukkan
bukti-bukti kuat dan objektif. Pembelaan yang sesat dan cacat hukum dari
seorang suami yang notabene adalah mantan aparat penegak hukum, seorang pati Polri
pula.
Pertanyaan mendasar untuk pembelajaran kita
dalam memahami hukum: Mungkinkah pelapor sebanyak enam belas orang bersepakat
berbohong dengan memberikan keterangan atau kesaksian palsu di depan penyidik?
Mungkinkah orang sebanyak itu bisa merangkai cerita bohong? Kalau memang benar
mereka merangkai cerita bohong, di mana tempatnya (locus), kondisinya seperti apa,
dan kapan mereka melakukan kesepakatan?
Sebagus apa pun alibi yang dipertontonkan
melalui kalimat-kalimat verbal oleh sang suami M. Situmorang atas istrinya yang
punya nama indah, Mutiara, tidak akan bisa sempurna menutup tindakan biadab istrinya.
Mutiara telah pernah menampar, menjambaki, bahkan menyiram PRT dengan minyak
panas. Mutiara menahan atau tidak membayar gaji PRT, menyekap PRT, dan memalak
PRT jutaan rupiah bagi PRT yang ingn keluar dari rumah besarnya. Dipastikan dan
patut diduga dia tahu peristiwa kelakuan biadab istrinya dan dia berusaha
menutup-nutupi kejahatan terhadap kemanusiaan itu.
Kelakuan suami membela istri seperti itu
layak digolongkan kelakuan orang yang kurang adab.
Vokal
Pengacara Viktor Nadapdap laksana bunga dadap
Tak urung Mutiara yang sedang tersandung
kasus yang bakal menyeretnya ke ranah hukum mengundang pengacara (pasti empunya
kasus harus merogoh kocek untuk membayar) yang bernama Viktor Nadapdap.
Sebagian besar pengacara adalah pembela klien yang bekerja karena dibayar.
Mereka akan mendampingi dan melakukan pembelaan untuk kliennya: membebaskan
klien atau meringankan hukuman bagi kliennya. Begitu pun dengan Bung Viktor
Nadapdap terhadap Mutiara dan keluarganya.
Apa pun sebutan yang diberikan kepada Viktor
Nadapdap, apakah jubir, humas, atau pembela, yang muncul untuk keperluan
empunya kasus, Mutiara, bukan persoalan. Yang penting Viktor Nadapdap harus
tampil melakukan pembelaan dari awal hingga akhir. Penampilan pertama baginya
adalah berbicara untuk keperluan Mutiara dan juga keluarganya.
Viktor Nadapdap tampil humble di layar tv sebagai jubir atau pembela Mutiara yang empunya
kasus. Penampilannya tanpa bicara begitu bersahabat.
Tunggu dulu. Itu kalau Viktor Nadapdap belum
berbicara apa-apa. Begitu kita ikuti kalimat-kalimatnya dalam membela Mutiara,
kalimat-kalimat yang keluar dari mulut Viktor Nadapdap laksana bunga dadap. Apa
pula itu dadap?
Dadap itu nama sejenis pohon yang nama
latinnya Erythrina. Pohon dadap ada
yang berduri dan ada yang tidak , tingginya lebih dari dua puluhan meter. Pohon
dadap berguna untuk peneduh di kebun kopi dan untuk penyangga tanaman lada atau
teh. Daun dadap yang muda berguna untuk lalap dan pelancar haid.
Kalau bunga dadap? Warnanya merah merona dan
elok dipandang. Sayang, bunga dadap tak berbau (tidak harum dan juga tidak
busuk). Berkaitan dengan bunga dadap ini, ada peribahasa berbunyi, laksana
bunga dadap. Apa arti peribahasa ini?
Artinya adalah, orang yang tampilan fisiknya
elok dipandang (tampan atau cantik), tetapi bicaranya tak sedap didengar (bikin
panas hati).
Itulah peribahasa yang cocok dialamatkan
kepada Viktor Nadapdap. Kalimat-kalimat yang dilontarkan oleh Viktor Nadapdap
dalam membela Mutiara benar-benar tidak nyaman di telinga banyak orang. Dia
mengatakan bahwa Mutiara, kliennya itu, tidak pernah melakukan
perbuatan-perbuatan yang tidak pantas seperti yang dilaporkan oleh para PRT.
Katanya lagi, Mutiara itu majikan yang baik, suka ntraktir PRT, penolong,
dermawati, dan selalu memberi kebebasan yang pantas kepada semua PRT. Lanjutnya
lagi, Mutiara itu suka menyantap kudap bersama-sama dengan PRT.
Jadi tidak benar kalau diberitakan Mutiara
“mengudap” PRT atau menjadikan PRT sebagai kudap pemuas emosi kemarahannya.
Hayyya, vokal Viktor
Nadapdap laksana bunga dadap. Penampilannya di layar tv sih mantap. Akan tetapi
bicaranya memelintir bak tukang sulap. Dia itu lagi ngomong atau menguap? Fakta
kebenaran mau dia endap. Dia amat peduli pada majikan kalap, tetapi dia tidak
peduli pada para PRT yang meratap.
Jakarta, 23 Februari 2014