Minggu, 29 Juni 2014

PUASA DAN PIALA DUNIA 2014

PUASA DAN PIALA DUNIA 2014
Piala Dunia 2014 adalah ejawantah ajaran Islam
Dalam tulisan awal tentang hubungan Piala Dunia 2014 dengan pesan-pesan Al Quran sudah dibahas, bahwa Piala Dunia 2014 dengan segala perniknya (dan juga Piala Dunia sebelumnya) sama dan sebangun, penyelenggaraan Piala Dunia 2014 sebagai ejawantah nyata manusia melakoni hidupnya untuk survive.
Piala Dunia sepak bola tidak bisa dipisahkan dengan ajaran Islam. Berkompetisi adu kompetensi, kemampuan, keterampilan, dan praktik motorik antarmanusia dianjurkan sekali oleh Islam. Manusia yang siap bersaing dan memiliki sikap kompetitif mendapat tempat utama dalam pandangan Allah.
Allah menyuruh hamba-Nya berjuang. Profesi apa saja yang disandang dan dilakoni adalah manusia pejuang. Salah satu profesi yang sangat mentereng adalah profesi pesepak bola profesional (professional football player).
Piala Dunia 2014 adalah dakwah bil hal
Pesepak bola itu langsung menunjukkan cara berjuang yang sesungguhnya ketika sedang bertanding di lapangan hijau.  Mereka berjuang menunjukkan keterampilan yang dimiliki. Mereka terluka, terkilir, benjut-benjut, cedera parah, mengerang kesakitan, bolak-balik meja operasi, bahkan ada yang mati di lapangan. Sebagai manusia, mereka adalah pejuang
Mereka semakin matang karena rajin berlatih, banyak melakukan pertandingan, keterampilan teknis makin tinggi, nama makin tenar berkibar, dan manfaatnya, tawaran kontrak menanti dengan nilai kontrak yang fantastis mahal.
Christiano Ronaldo, Lionel Messi, Gareth Bale, Radamel Falcao, Edison Cavani, Ibrahimovich Abra Kadabra, dan Neymar Jr. adalah contoh nyata sosok pesepak bola profesional yang sangat sukses.
Sepak bola bukan lagi sebuah jenis olah raga hiburan (fun) semata. Sepak bola sekarang berubah menjadi gurita bisnis industri raksasa yang melibatkan bisnis uang triliunan rupiah. Pemain sepak bola bermain bola bukan lagi sekedar hobi semata, melainkan sebagai profesi yang menjanjikan dan memiliki masa depan sangat cerah. Pesepak bola profesional mendulang uang miliaran rupiah per sekali menandatangani kontrak dengan klub. Tentu lebih hebat lagi pesepak bola profesional yang bernaung di bawah payung klub-klub papan atas di benua Eropa dan Amerika Latin.
Lanjutan Piala Dunia 2014
Pesepak Bola di Piala Dunia 2014 dan ibadah puasa Ramadan 1435 H.
Ibadah puasa diwajibkan bagi setiap muslim, termasuk pula pesepak bola muslim yang sedang berlaga di Piala Dunia 2014, Brazil. Cukup banyak pesepak bola muslim yang bisa berkesempatan berlaga membela negara-negara masing-masing di ajang Piala Dunia 2014.
Negara yang dibela boleh berbeda, tetapi mereka yang muslim dipersatukan sikap dan tindaknya melalui ibadah-ibadah khas, salah satunya adalah ibadah puasa. Mereka, para pesepak bola yang muslim, memahami bahwa berpuasa pada bulan Ramadan adalah kewajiban individual yang harus dilakukan.
Bukankah latihan-latihan fisik yang dilakoni para pesepak bola menguras tenaga dan mengendorkan stamina? Mampukah mereka bermain baik ketika sedang menegakkan ibadah puasa?
Bukankah pertandingan selama 2 x 45 menit itu dilakoni fisik dan mental mereka dirasakan sangat berat?
Adakah alasan syariah yang membolehkan mereka tidak berpuasa ketika mereka sedang berjuang membela kehormatan negara dan bangsa masing-masing?
Yuriidullaaha bikumul yusraa wa laa yuriidu bikumul ‘usra.
Allah memudahkanmu dan Allah tidak menyusahkamu (QS 2: 185)
Mereka datang dari berbagai negara yang jauh dan telah hadir di Brazil yang berjarak ribuan kilometer? Mereka adalah pelaku safar/safarin (perjalanan jauh). Nah, barangsiapa yang sedang dalam safar (menempuh perjalanan) boleh meninggalkan puasa tetapi harus menggantinya pada hari-hari lain.
Pertandingan dalam Piala Dunia adalah sebuah pembelajaran yang multiranah. Ada ranah sikap, ranah pengetahuan, dan ranah keterampilan pastinya. Pesepak bola yang bertanding dan penonton/pemirsa adalah pelaku/subjek pembelajaran tidak langsung. Pertandingan adalah sebuah suguhan pembelajaran dan bukan sekedar suguhan hiburan.
Orang yang melakukan pembelajaran sebenarnya adalah berdakwah. Para pemain sepakbola itu sebenarnya adalah pelaku dakwah bil hal (performa atau unjuk kerja). Mereka datang dari delapan penjuru dunia yang sangat jauh dari Brazil, mereka melakukan perjalanan (safar), dan mereka pun harus bertarung habis-habisan.
Dalam ajaran Islam, orang yang berdakwah itu adalah mujahid (orang yang berjihad). Orang yang berjihad bersamaan dengan kehadiran puasa Ramadan itu diperbolehkan meninggalkan puasa, tetapi wajib menggantikan puasa pada hari-hari lain sebanyak hari tidak berpuasa.
Hadir dan bertanding di perhelatan Piala Dunia adalah jihad bagi setiap pesepak bola yang sedang membela negerinya, prestasi dan prestige, serta kehormatan negaranya. Setiap muslim yang sedang melakukan jihad membela kemuliaan dan prestige negara, bangsa, dan kehormatan masyarakatnya diberi kemudahan atau keringanan (rukhshah) oleh Allah, yaitu boleh meninggalkan puasa, asalkan diganti pada hari-hari lain.
Bersambung ….

Lanjutan Piala Dunia 2014
Ibadah puasa Ramadan bukan kendala bagi pesepak bola muslim
Akan tetapi, bagaimana dengan pesepak bola muslim yang berkeinginan menjalankan puasa padahal sedang berjihad (bertanding) di ajang Piala Dunia 2014 di Brazil yang beriklim panas dengan tingkat kelembaban tinggi?
Sebagian ahli gizi dan kesehatan fisik (physical health) mengatakan bahwa latihan dan pertandingan yang dilakoni oleh pemain sepak bola sangat berat dan menguras tenaga dan ketahanan fisik. Oleh sebab itu kekuatan fisik seorang pemain sepak bola di level Piala Dunia haruslah prima. Masukan makanan yang bergizi yang cukup adalah tuntutan.
Pemain sepak bola yang sedang berpuasa tidak bisa maksimal mengikuti program latihan dan pertandingan yang keras dan berat. Kondisi fisik bisa mengalami dehidrasi dan kekuatan fisik bisa menurun, fisik lemah, dan daya tahan (stamina) untuk mampu bermain selama 90 menit pun merosot.
Akibatnya, prestasi tidak memadai. Bisa saja dia ikut bertanding,  namun kemampuan fisiknya cepat melemah, kondisi mental kejiwaan terganggu, dan yang jelas, dalam pertandingan dia akan cepat lelah, kemudian ujung-ujungnya akan kalah.
Allah Maha Tahu tentang hamba-Nya. Allah Maha Tahu tentang pesepak bola muslim seperti Mesut Ozil yang membela timnas Jerman, Mohamed Besic yang membela Bosnia Herzegovina, Douda dan A. Ayew yang membela Nigeria, Yaya dan Kolo Toure bersaudara yang membela Pantai Gading, dan juga Karim Benzema yang membela Prancis, serta pesepak bola muslim terbanyak yang berada di timnas Aljazair.
Allah Maha Tahu isi hati mereka.
Karena itu, mereka berpuasa atau tidak berpuasa, merasa cukup kuat atau tidak kuat untuk melaksanakan puasa, mereka sendiri yang tahu. Mereka adalah muslim, menunjukkan semangat berkompetisi,  bertanding penuh sportifitas membela kehormatan bangsa dan negeri, yang direstui Allah tentunya (tidak dilarang).
Kalau mereka bisa merengkuh prestasi tinggi, bisa tampil di ajang bergengsi Piala Dunia, mendapat nilai kontrak meroket, bayaran dan gaji tinggi, bisa hidup mewah, bahkan bisa membeli isi dunia, semua yang mereka raih karena perjuangan keras selama bertahun-tahun.
Kita tidak perlu iri hati apa lagi sampai susah hati (susah melihat orang senang).
Maka, Allah cukup menjadi penyaksi
Kalau kita juga mau sukses, kita juga harus berjuang keras bertahun-tahun.
Kalau pesepak bola Indonesia ingin sukses, dia harus berjuang keras pula.
Kalau pesepak bola yang muslim ingin juga sukses seperti Mesut Osil, Thiery Henry, atau Karim Benzema, maka belajarlah dari mereka.
Pesepak bola muslim yang sukses, pastilah tunduk dan patuh kepada perintah Allah dan menjauhi larangan Allah. Pastilah mereka salat, berzakat, berpuasa, berhaji, dan menunaikan ibadah yang lainnya. Kualitas keimanan dan ketakwaan seorang pemain sepak bola muslim cukuplah Allah Yang Maha Menyaksikan.
Senyampang perhelatan Piala Dunia 2014 sedang berlangsung dan bersamaan dengan kehadiran ibadah puasa Ramadan 1435 H., senyampang proses dakwah bil hal 64 pertandingan sepak bola kelas dunia, mari kita petik dakwah bil hal efektif dan gratis via layar tv ini.
Artinya apa?
Jangan kita pisahkan urusan Piala Dunia 2014 dengan ibadah Ramadan. Jangan kita pisahkan perhelatan Piala Dunia 2014 dengan ajaran Islam. Jangan kita pisahkan pesan ayat-ayat Quran dengan Perhelatan Piala Dunia yang telah terselenggara, sedang terselenggara, dan yang akan terselenggara pada masa yang akan datang, sampai zaman akhir kehidupan manusia.
Selamat menikmati suguhan tontonan Piala Dunia 2014, selamat menempuh ibadah puasara Ramadan 1435 H dengan sukacita, dan selamat menikmati karunia Allah.
Jakarta, 29 Juni 2014

 

Bersambung ….

Senin, 23 Juni 2014

PIALA DUNIA 2014, SEBAGIAN KECIL PERFORMA DARI AYAT-AYAT ALLAH





PIALA DUNIA 2014, SEBAGIAN KECIL PERFORMA DARI AYAT-AYAT ALLAH
Quran, ayat-ayat tertulis firman Allah
Sejatinya, umat Islam wajib mempraktikkan/meng-ejawantah pesan-pesan Quran sebagai pedoman hidup dalam menjalani kehidupan muslim. Mempraktikkan pesan-pesan Quran dalam kehidupan muslim itu sebenarnya mudah karena ajaran Islam itu untuk manusia sebagai pemegang mandat Allah untuk memenej bumi beserta isinya. Tidak ada praktik beragama Islam yang njlimet, ruwet, dan bikin ribet.
Sejatinya, umat Islam wajib hukumnya memahami ayat-ayat Quran (6.236 ayat) yang termaktub dalam kitab Al Quran.
Sejatinya, umat Islam yang memahami Quran harus pandai membaca Quran yang tertulis dalam bahasa Arab. Sayangnya, hanya sebagian saja dari muslim di Indonesia yang mampu membaca Quran.
Sebagian muslim yang lahir tahun 50-an (baru belasan tahun saja menikmati kemerdekaan), sejujurnya mereka mengalami kendala belajar membaca Quran. Banyak faktor yang memengaruhi adanya kendala itu. Guru dan pengajar banyaknya belum seberapa, dakwah mengalami kendala, kitab Quran yang dicetak banyaknya tak seberapa, dan hasrat mempelajari Quran belum tinggi. Kita ambil satu saja factor penyebab adanya kendala, yakni kelangkaan kitab Quran. Kemampuan cetak-mencetak kitab Quran sangat terbatas. Pemerintah yang diwakili oleh Kementerian Agama tidak memiliki anggaran yang cukup untuk proyek pengadaan kitab Quran, apa lagi pihak swasta. Apa akibatnya?
Muslim yang keinginan belajar membaca Quran cukup tinggi, ingin lebih kerap, dan ingin lebih cepat bisa membaca menjadi terhambat karena kitab Quran tak cukup tersedia. Boro-boro punya satu buah kitab Quran di rumah, di langgar, di surau, di musala, atau di masjid tempat belajar mengaji saja kitab Quran yang tersedia terbatas.
Tidak usah heran kalau sebagian besar muslim di Indonesia yang berusia 50-an (paruh baya) ke atas ada yang tidak pernah bersinggungan dengan kitab Quran, tidak punya kesempatan belajar membaca Quran, nihil memahami pesan-pesan Quran, dan pada akhirnya menjadi terasing dari Quran yang sejatinya menjadi pedoman hidup menjalani kehidupan. Terlebih lagi bagi muslim yang tinggal di perdesaan di pedalaman atau daerah terpencil.
Tetapi okelah, bukan salah bunda mengandung, nasib berkata demikian, ketentuan Tuhan juga yang menentukan. Rakyat kita kan ratusan tahun dijajah. Mana ada rakyat jajahan bisa menikmati kemerdekaan seutuhnya, terutama kemerdekaan mendapatkan pendidikan yang pantas. Bukankah si penjajah itu berbeda agama dengan rakyat jajahan? Mana boleh rakyat jajahan dibiarkan leluasa menyelenggarakan dakwah agamanya?
Saudaraku muslim di tanah air, jangan bersedih hati atau berkecil hati karena saudaraku buta aksara Arab dan tidak bisa membaca Quran.
Tidak bisa membaca Quran (tekstual huruf dan kata; aksara Arab) atau bisa membaca walaupun terbata-bata janganlah dijadikan kendala dan penghambat.
Tidak bisa membaca Quran tidak akan menghambat untuk bisa memahami Quran. Sadar atau tidak, kita sebenarnya mengalami langsung dan menjalani kehidupan mempraktikkan pesan-pesan Quran secara nyata. Yang kita praktikkan selama ini adalah pesan ayat-ayat (tanda-tanda kebesaran) Allah. Ayat-ayat Allah dalam realitas kehidupan manusia itu tak terhingga banyaknya. Kita ambil saja satu ayat saja dari yang banyak itu, yakni peristiwa yang paling banyak menyedot perhatian miliaran manusia penghuni bumi, penyelenggaraan Pesta Piala Dunia 2014 yang diselenggarakan di Brazil selama satu bulan penuh (12 Juni – 13 Juli 2014).



Penyelenggaraan Piala Dunia 2014 di Brazil
Masyarakat dunia di segala penjuru sedang mengalami demam Piala Dunia 2014 yang diselenggarakan di Brazil (12 Juni – 13 Juli 2014).  Panggung perhelatan pesta Piala Dunia selama satu bulan penuh itu sebenarnya adalah panggung  praktik nyata ayat-ayat Allah melalui pesannya yang tertulis di dalam kitab Quran. Mari kita lihat kaitan Piala Dunia 2014 dengan ayat-ayat Allah.
Performa mempraktikkan pesan-pesan Quran
Manusia diciptakan berbagai macam ras dan suku bangsa agar saling mengenal (QS 49: 13)
Mari kita saksikan siarang langsung tayangan Piala Dunia 2014 via layar tv. Piala Dunia 2014 telah mempersatukan setidaknya 32 negara kontestan yang memiliki bangsa dengan ras yang berbeda. Jangan pula lupa, para warga negara dari puluhan negara nonkontestan pun hadir meramaikan pesta empat tahunan Piala Dunia 2014 sebagai supporter. Mereka berbaur ribuan orang di berbagai stadion untuk memberikan dukungan kepada tim negeri sendiri, atau kepada tim kesayangan, tak peduli tim dari negeri lain. Jersey, bendera, musik, lagu kebangsaan, warna kulit, dan cara memberikan dukungan yang berbeda-beda menunjukkan bahwa mereka adalah warga negara antarbangsa. Perbedaan-perbedaan itulah yang menunjukkan secara nyata kemudahan mereka untuk melakukan lita-aarafu (saling mengenal).
Siapa ya, orang-orang yang kulitnya berwarna kuning bersih?
Oh, mereka dipastikan orang-orang dari Korea Selatan atau Jepang ras Mongolid.
Lalu, mereka yang berjersey biru langit dengan kombinasi putih itu dari mana?
Oh, itu jersey yang mereka kenakan adalah jersey Tim nasional Argentina. Tentu mereka pasti orang Argentina.
Mereka yang berkulit hitam dengan busana warna mencolok, dari mana mereka?
Oh, mereka itu berasal dari benua Afrika. Yang jelas, mereka boleh jadi warga negara Nigeria, Kamerun, Ghana, atau Pantai Gading. Mereka dari ras Negro.

Manusia harus berbagi antarsesama
Lihatlah kedua kapten tim yang akan bertanding  sebelum kick off saling berbagi miniatur bendera kebangsaan. Kedua kapten mendapatkan kehormatan yang tinggi dari negara masing-masing.
Para pemain dari kedua tim saling berjabat tangan sebelum bertanding sebagai bentuk berbagi kebahagiaan sebagai sahabat yang bisa bertemu pada sebuah event besar bernama Piala Dunia 2014.
Lihatlah para pemain dalam satu tim saling berbagi bola di lapangan. Penjaga gawang hanya punya waktu beberapa detik menguasai bola karena bola harus segera dibagi kepada temannya. Tidak seorang pemain pun yang menguasai bola berlama-lama (egois) kecuali secepatnya mengoper bola kepada teman yang berada di posisi yang kosong dari penjagaan lawan dan lebih potensial menciptakan peluang atau menciptakan gol.
Lihatlah para turis dari negara berbeda saling berbagi cindera mata sebagai tanda saling kasih dan mempererat persaudaraan karena dipertemukan di tempat yang jauh dari negeri masing-masing.
Pemain yang mampu mencetak gol tidak sendirian berbahagia merayakan gol yang dibuatnya. Para penonton pun ikut merasakan kebahagiaan karena kebagian senangnya.
Para pemain yang merasa sedih karena kekalahan dalam match (pertandingan) seperti membagi kesedihan mereka kepada penonton atau supporter. Lihatlah, banyak supporter yang bersedih hati bahkan menangis meneteskan air mata.
Kebahagiaan dan kesedihan pemain dan penonton adalah bentuk berbagi nasib dan empati.
Manusia itu sama derajatnya
Manusia jutaan yang hadir sebagai tamu bangsa Brazil yang menjadi tuan rumah perhelatan Piala Dunia 2014, berbaur memenuhi stadion, atau di tempat-tempat penyelenggaraan nobar (nonton bareng) karena mereka tidak tertampung di stadion, pastilah berasal dari berbagai kasta di negeri masing-masing (strata sosial, strata politik, strata ekonomi). Boleh jadi ada di antara mereka yang berbaur itu adalah seorang pejabat penting, orang kaya, kaum ningrat, atau kaum pesohor di negerinya. Akan tetapi, kita tidak mampu melihat perbedaan kasta mereka ketika mereka berbaur. Orang berkulit putih duduk bersebelahan dengan orang berkulit hitam. Tidak lagi pemandangan perlakuan diskriminasi ras/warna kulit. Mereka tampak sederajat dan memang mereka sama derajatnya: bersorak-sorai, bertepuk tangan riuh-rendah, bersedih hati dan menangis, bergoyang dengan iringan musik, dan ada pula yang tertunduk lesu berjalan lunglai keluar dari stadion.

Manusia itu harus memiliki inteligensi yang berkualitas
Ahli pendidikan mengidentifikasi bahwa setidak-tidaknya ada sembilan jenis inteligensi yang ada pada manusia. Karunia Allah kepada manusia adalah sebagai makhluk sempurna dan salah satu bagian penting dari kesempurnaan itu adalah karunia inteligensi. Kesembilan jenis inteligensi itu adalah: religi, emosi, matematika, seni, linguistik, motorik, personal, antarpersonal, dan ruang.
Piala Dunia 2014 (dan juga Piala Dunia yang dihelat sebelumnya) selalu menghadirkan sekaligus kesembilan jenis inteligensi manusia. Inteligensi yang telah kita ketahui itu satu per satu kita bahas.
Performa inteligensi dalam Pesta Piala Dunia 2014
Inteligensi religi
Apa yang kita saksikan tatkala kedua tim yang akan bertanding sudah berada di lapangan hijau?
Mereka percaya kepada Tuhan dan kehadiran kekuasaan Tuhan yang sangat menentukan terhadap proses dan hasil pertandingan.
Mereka berdoa menurut cara, agama, dan keyakinan masing. Ada pemain yang mengangkat tangan dengan pandangan mata sedikit menengadah dan kedua bibir komat-kamit mengucapkan sesuatu (mungkin kalimat sebagai doa).
Ada banyak pemain menunjuk kepala dan kedua bagian dada. Ada pula seluruh pemain anggota tim (11 orang) saling memeluk bahu dengan kedua belah tangan dan membentuk lingkaran kecil, kemudian mereka secara serentak menundukkan kepala setengah membungkukkan badan.
Semua bentuk/wujud yang tampak itu adalah perwujudan intelegensi religi. Sehebat apa pun manusia, sehebat apa pun sebuah tim, sehebat apa pun seorang pemain sepak bola atau pelatih, ternyata mereka tetap memiliki keyakinan akan kehadiran Tuhan Yang Maha Mengatur.
Mereka secara individual adalah pemain hebat, pelatih hebat, tim medis hebat, datang dari negeri yang hebat tradisi sepak bolanya, tetapi kehebatan yang dimiliki masih belum seberapa dibandingkan dengan ke-Maha Hebatan Tuhan. Itulah sebabnya hadir performa berdoa dengan cara dan keyakinan masing-masing.
Inteligensi Emosi
Pemain meluapkan kegembiraan ketika mampu menciptakan gol dengan berbagai cara: bersalto ala Miroslav Klose, menimang-nimang bayi ala Bebeto, bergoyang pinggul ala Roger Milla.
Penonton meluapkan kegembiraan karena tim kesayangannya menang dengan berbagai cara dan gaya: tarian samba, koor, berjoget, meniup terompet, mengibarkan bendera atau jersey, bersorak-sorai, dll.
Pemain yang gagal menunjukkan eskpresi kesedihan, kekecewaan, atau penyesalan  dengan berbagai ekspresi. Seorang striker yang gagal menyarangkan bola ke gawang lawan memegangi kepalanya, menggerutu, menyumpahi kegagalannya, atau menggeleng-gelengkan kepala.
Penjaga gawang yang gagal menyelamatkan gawangnya, menelungkupkan tubuh di lapangan lebih lama sambil memandangi bola yang berada di dalam gawangnya. Ada pula yang menendang bola di dalam gawangnya.
Penonton yang tim kesayangannya kalah meluapkan kesedihan dengan berbagai gaya: menutup wajah, menyeka air mata, tertunduk lesu, melangkah gontai, atau saling memeluk berbagi kesedihan.
Inteligensi Matematika
Apa hubungan Piala Dunia sepak bola dengan inteligensi Matematika?
Kita pasti banyak menyaksikan tayangan di tv tentang strategi yang akan diterapkan oleh masing-masing pelatih di tim asuhannya. Strategi itu sudah diperhitungkan oleh pelatih sejak jauh-jauh hari. Kejeniusan pelatih menetapkan strategi sangat menentukan proses dan hasil akhir pertandingan. Ada strategi menyerang (attacking), bertahan (defensif), atau superdefensif.
Strategi yang telah dirancang akan diterapkan dengan berbagai pola dan gaya yang harus diimplementasikan oleh para pemain di lapangan. Kita kenal pola 4-4-2, pola 4-3-2-1, dan ada pula pola 4-3-3. Pola itu menentukan gaya bermain di lapangan. Penetapan pola yang sesuai terkadang berubah-ubah yang terlihat implementasinya oleh pemain di lapangan (disesuaikan dengan level dan gaya tim lawan yang akan dihadapi.
Maka kita menjadi akrab dengan gaya total football ala Rinus Michels, gaya tiki-taka ala Pep Guardiola, serangan balik, cattenacio atau grendel, bus parkir ala Jose Mourinho, jogo bonito samba milik Brazil, dll.
Inteligensi Seni
Sepak bola bukan sekedar keterampilan mengolah si kulit bundar, bukan sekedar menciptakan gol, menahan tendangan, men-drible, atau mengecoh lawan, melainkan keterampilan yang dikawinkan dengan inteligensi seni dan punya nilai seni yang menghibur.
Kita akan terhibur sembari berdecak kagum menyaksikan bola yang melayang bak lengkungan pisang karena hasil tendangan pisang ala Pele.
Kita berdecak kagum menyaksikan dribbling maut dalam “menggoreng” bola seorang Neymar ala Edilson atau Robinho yang semuanya adalah pemain nasional Brazil.
Kita masih bisa menyaksikan kelincahan dan kecepatan menggiring bola seorang Ronaldo atau seorang Messi menggiring bola ala Maradona yang meliuk-liuk melewati beberapa pemain lawan dan kemudian menceploskan bola ke gawang lawan.
Kita menyaksikan gaya pemain bergoyang, berdansa, berpelukan dengan sesama pemain, mengelus kepala, mengadu kepala, atau berlari melompati pagar pembatas menuju penonton.
Semua itu ekspresi dari performa keterampilan dengan inteligensi seni yang indah dan menghibur.
Jangan lupa untuk mengamati tampilan fisik dan kulit para pemain?
Potongan rambut modis para pemain, atau kepala yang plontos, dan beraneka tato yang menghias tubuh. Sebagian besar pemain bertato indah di tubuhnya.


Inteligensi Linguistik
Apa jadinya kalau seorang pemain bola yang bisu dan tuli?
Keterampilan seorang pemain menerjemahkan diskusi, menangkap instruksi pelatih sebelum bertanding atau tatkala di kamar ganti. Pemain mampu memberi masukan atau saran kepada pelatih, menangkap isyarat, teriakan, bahasa tubuh pelatih, dan bahasa atau isyarat teman ketika sedang bertanding.
Inteligensi Motorik
Piala Dunia 2014 itu adalah ajang internasional pertandingan sepak bola untuk meraih piala yang sangat bergengsi itu. Hanya ada 32 negara kontestan yang berhak ikut berkontes karena mereka telah mampu  menunjukkan hegemonitas sepak bola di wilayah masing-masing.
Sepak bola adalah tampilan olah raga fisik dalam pertandingan. Keterampilan fisik motorik tampak secara kasat mata dalam sebuah pertandingan sepak bola adalah ketahanan fisik untuk mampu bermain selama 90 menit (2 x 45 menit), keterampilan menggiring/dribbling bola, mengoper dengan jitu, mengecoh lawan, menciptakan peluang, menciptakan gol, membayangi gerakan lawan, menghambat gerakan lawan, merebut bola, menghalau bola, menahan serangan lawan, menangkap bola, men-tackle,  dan/atau menahan bola tendangan lawan khusus bagi penjaga gawang. Semua gerakan yang dipertontonkan oleh para pemain dari dua tim, kerja sama satu tim, atau saling mengungguli lawan selama 90 menit itu bagaikan sebuah orchestra.
Inteligensi Personal
Bermain sepak bola tidak sekedar memiliki kemampuan teknik bermain yang tinggi, tetapi harus dibarengi dengan karakter mental yang mumpuni. Kontrol emosi yang bagus sangat penting.  Well motivated, ingin selalu meningkatkan keterampilan, dan rajin berlatih adalah modalitas personal. Seorang pemain sepak bola tidak mudah kehilangan kontrol emosi karena di-tackle secara kasar oleh lawan, tidak mudah putus asa karena kegagalan mencetak gol, dan siap dikritik oleh teman, pelatih, maupun oleh media massa. Sportifitas ditunjukkan: siap ditegur wasit, siap menerima kartu kuning atau kartu merah, siap diumpat pemain lawan, dan siap dicaci-maki oleh penonton.
Inteligensi personal seorang pemain sepak bola dapat dilihat performanya atau aksi individualnya yang membedakan dengan performa pemain lain.
Pemain yang sanggup mempertahankan konsistensi bermain akan menjadi sorotan semua orang, semua pelatih, pimpinan klub, dan media massa. Dia adalah seorang pejuang. Dia akan mendapatkan perhatian, perlakuan yang istimewa, dan menaikkan pamornya, yang pada akhirnya diburu oleh juragan klub sepakbola usai pesta Piala Dunia.
Inteligensi Antarpersonal
Pemain sepak bola, terlebih mereka yang sedang bertanding di level atau ajang internasional seperti Piala Dunia 2014, harus mengedepankan kebersamaan sebagai bagian dari sebuan tim (togetherness). Pertandingan sepak bola adalah permainan tim. Sikap co-coperative, saling pengertian, saling memahami, bersepakat kepada satu tujuan. Egoisme, manja, selfish, club-minded, tertutup, temperamental, dan menyendiri seorang pemain dalam sebuah tim sepak bola harus dihindari atau dieliminasi.


Inteligensi Ruang
Lapangan sepak bola adalah ruang gerak pemain sepak bola yang paling utama. Pengetahuan yang baik tentang lapangan bagi seorang pemain akan memberi kemudahan baginya untuk bergerak ke segala arah, terutama wilayah domain posisinya. Latihan fisik dan keterampilan yang kerap di lapangan, kemampuan mengukur jarak tembak, ruang gerak dalam penguasaan sendiri yang wajib diamankan dan ruang gerak lawan yang harus dikuasai, adalah keharusan.
Penjaga gawang punya ruang yang harus dikuasi dan berada selalu di bawah kontrolnya adalah gawangnya, garis gawang, dan  daerah pinalti. 
Soerang stopper harus sigap menjaga ruang yang menjadi tanggung jawabnya dan sedapat mungkin berjuang mempertahankan ruang itu, menahan laju serangan lawan, atau menghalau bola  dari ruang penguasaannya sejauh mungkin.
Seorang play maker yang menguasai ruang akan lebih mudah mengatur arah serangan, kawan yang tidak terjaga oleh lawan, atau ruang yang bisa diterobos dengan pemberian umpan matang kepada striker.
Ajang perhelatan Pesta Piala Dunia, seperti Piala Dunia 2014, adalah sebuah panggung tempat kontes keterampilan bermain sepak bola seorang individu, sebuah tim, kontes kerja sama, kontes persaingan yang ketat, dan juga lahan industri bisnis, politik, iklan, penggalangan persahabatan, kebanggaan, dan kehormatan sebuah negara.
Semua yang telah ditulis tentang Piala Dunia 2014, perencanaannya, pelaksanaannya, dan pengendaliannya adalah performa dari mempraktikkan secara nyata pesan-pesan yang tertulis sebagai ayat Quran.
Kefasihan praktik beragama dan mempraktikkan secara nyata pesan-pesan Quran melalui perhelatan Pesta Piala Dunia 2014 jauh lebih bergema dan sarat dengan prestasi.
Quran berpesan agar muslim itu berprestasi melalui unjuk performa kualitas pengabdian, baik kualitas individual maupun kualitas tim atau kelompok.
Kalau saudaraku berprofesi sebagai pemain sepak bola, apa lagi beratribut pemain professional, maka rajin dan tekun berlatih, sering bermain dan bertanding, artinya saudaraku fasih menjabarkan pesan-pesan Quran, walaupun membaca ayat-ayat Quran terbata-bata atau bahkan tidak bisa membaca sama sekali.
Percayalah, Allah lebih suka kepada hamba-Nya yang lebih banyak amaliahnya yang bermanfaat bagi semua.
Insya Allah, pemain sepak bola Indonesia, melalui pembelajaran Piala Dunia 2014, bisa menjadi sebuah negara  dari 32 negara kontestan Piala Dunia kelak pada perhelatan Piala Dunia 2022 di Qatar.
Uruguay, sebuah negara di Amerika Latin, punya penduduk sekitar tiga juta jiwa kurang lebih, adalah langganan kontestan Piala Dunia, dan bahkan hebatnya lagi, pernah dua kali menjadi juara dunia, tahun 1930 dan 1950.
Kosta Rica, Negara kecil di Kep. Pacifik, penduduknya pun sekitar satu atau dua juta jiwa, sudah mampu bertengger sebagai kontestan yang lolos ke babak KO 16 besar.
Nigeria, Pantai Gading, dan Ghana dari Afrika bukanlah negara kaya dan berpenduduk banyak, tetapi mereka sudah bisa menancapkan bendera nasional di ajang Piala Dunia 2014.
Bosnia Herzegovina, Negara yang pernah porak-poranda karena perang antaretnis, baru merdeka tahun 1996, mampu bersaing bersama 31 negara kontestan Piala Dunia 2014.
Berkaca kepada eksistensi Negara-negara tersebut, kita harus yakin dan optimis bahwa pada tahun 2022 yang akan datang, Indonesia, tim Merah-Putih, hadir bersama 31 kontestan Piala Dunia 2022.
Amin.
Mengapa tidak?
Jakarta, 23 Juni 2014