BERPUASA ADALAH BERJIHAD
Berkah berpuasa bukan berkah Ramadan; Kritik
untuk syair lagunya Opick
Pilihan kata dalam puisi dan syair bernuansa
dakwah
Mari kita simak dan bandingkan frasa-frasa
berikut ini. Manakah kelompok frasa yang sesuai dengan ajaran Quran, A atau B?
A.
B.
pahala
berpuasa
pahala
Ramadan
berpuasa
berganjar pahala Ramadan berganjar pahala
berpuasa
menghapus dosa Ramadan
menghapus dosa
ibadah
puasa adalah tamu agung Ramadan
adalah tamu agung
Ramadan bulan ibadah Ramadan bulan suci
Berkah berpuasa luar biasa berkah Ramadan luar biasa
Kesalahan kita memilih kata, menyampaikan
dakwah, dan memahami dakwah, akan berdampak kepada praktik yang salah.
Mari kita simak dampak dari memaknai frasa
kelompok B.
pahala Ramadan dimaknai bahwa bulan
Ramadan itu dihadirkan sekali setahun untuk mukmin meraih pahala. Mau berpuasa
atau tidak bukan urusan.
Ramadan
berganjar pahala dimaknai
bahwa Ramadan hadir membawa pahala. Mau aktif beribadah atau bersikap pasif
ganjaran pahala telah disediakan.
Ramadan
menghapus dosa,
maka mukmin pun lupa berpuasa, malas beribadah, malas bekerja, rajin I’tikaf,
rajin berdoa, rajin tidur di masjid, membuang waktu, dan berbuat
kontraproduktif.
Ramadan
adalah tamu agung, maka
tamu agung (nggak pernah melihat wujudnya) itu harus disambut sebagaimana
mestinya: rumah dicet baru atau direnovasi, pakaian baru pun dibeli, karpet
merah pun digelar.
Ramadan
bulan suci, maka
yang terjadi adalah mukmin pun mandi keramas pada sore hari sehari menjelang
datangnya Ramadan; mandi berjamaah di sumur tujuh yang sumurnya ada tujuh, satu
atau dua hari sebelum Ramadan tiba (meniru umat Hindu yang mandi dan menyucikan
diri di Sungai Gangga).
Berkah
Ramadan luar biasa
dimaknai bahwa Ramadan itu membawa berkah, misalnya: penjual buah kolang-kaling
omzetnya berlipat-lipat ganda besarnya selama Ramadan; para PKL diizinkan
berdagang di tempat yang sebenarnya terlarang; pedagang bunga 7 rupa untuk
keperluan ziarah kubur laris manis.
Mari kita renungkan pernyataan-pernyataan
pengandaian (unreal condition) dan pertanyaan-pertanyaan
berikut ini.
Andaikan perintah berhaji itu diundangkan
oleh Allah pada bulan Muharram, bukan pada bulan Zulhijjah, masihkah kita
mengatakan bahwa bulan suci adalah bulan Zulhijjah? Dapatkah kita mengatakan
berkah bulan suci Muharram?
Andaikan perintah berpuasa itu diundangkan
oleh Allah pada bulan Syawal, bukan pada bulan Ramadan, masihkah kita
mengatakan berkah Ramadan sebagai bulan pengampunan dosa dan terbebas dari api
neraka? Apakah kita bisa mengatakan berkah Syawal dan bulan Syawal bulan suci?
Andaikan Rasulullah Muhammad saw itu
dilahirkan pada bulan Zulkaidah, bukan pada bulan Rabi’ul Awwal, masihkah Anda
memuliakan dan mengagungkan Rabi’ul Awwal? Atau Anda berubah
mengultuskan/menyucikan bulan Zulkaidah?
Kita, sampai detik ini, sampai kepada Ramadan
1435 H., masih saja mengatakan dan memberi atribut untuk Ramadan sebagai bulan
penuh berkah, bulan perolehan pahala berlipat ganda, bulan pengampunan dosa,
dan pembebasan mukmin dari siksa api neraka.
Apa dasar/dalil syar’i yang menjadi pegangan kita? Tercantum di surat apa dan ayat
berapa di dalam kitab Al Quran?
Adanya undang-undang dan ketentuan Allah
tentang perintah berpuasa (pada bulan Ramadan) dan melaksanakan kewajiban
berpuasa itulah yang membawa kita kepada keberkahan, akhlak mulia, dan
berdampak positif (tattaquun), bukan karena
bulan Ramadan, kan?
Adanya undang-undang dan ketentuan Allah
tentang perintah berhaji (pada bulan Zulhijjah) di Mekkah dan kita menunaikan
haji itulah yang membawa kita kepada semangat
juang, rahmat, rida, dan ampunan Allah, bukan karena bulan Zulhijjah,
kan?
Intisarinya, kita melaksanakan semua perintah
Allah dengan sepenuh hati, atas dasar ketaatan, kita pasti mendapatkan
keberkahan (manfaat) dan rahmah Allah yang luar biasa, bukan karena Ramadan,
Zulhijjah, Rabi’ul Awwal, atau tanggal 17 Ramadan, tanggal 9 dan 10 Zulhijjah,
atau hari Senin dan Jumat. Iya, bukan?
Setiap
muslim itu adalah da’i
Setiap muslim adalah da’i (pendakwah). Muslim
yang berprofesi penyanyi adalah juga pendakwah. Opick adalah seorang penyanyi
dan juga penulis syair yang bernuansa islami. Opick juga seorang muslim
pendakwah lewat syair dan lagu. Lagu yang dinyanyikan dengan merdu oleh
penyanyi beken bersuara bagus dengan iringan musik bagus adalah bagus-bagus
saja jika hanya sebagai media hiburan. Syair-syair dimengerti atau tidak
dimengerti, tak masalah!
Akan tetapi, seorang Opick, atau siapa pun
penyanyi yang sudah kadung dikenal sebagai penyanyi islami, berhati-hatilah
dalam membuat syair lagu untuk dakwah. Syair-syair atau tausiah dari
orang-orang beken, meskipun tak bernilai sama sekali, terkadang dianggap
bernilai dan benar oleh orang-orang awam atau lemah agamanya.
Oleh karena itu, saya imbau kepada Opick, merujuklah
syair-syair itu kepada kebenaran pesan-pesan Al Quran yang menjadi nyawa ajaran
Islam.
Sesungguhnya, Bung Opick, Empunya keberkahan,
kesucian, kemuliaan, atau keagungan itu adalah Allah Swt. Empunya Maha
Pengampun, Penghapus dosa, Penguasa masa depan dan kehidupan manusia di dunia
dan di akhirat, serta Maha Pembebas dari api neraka itu adalah Allah Swt.,
bukan Ramadan.
Ramadan tak berarti apa-apa jika perintah
berpuasa itu tidak diturunkan pada bulan Ramadan. Ibadah puasa yang
menyebabkan Ramadan selalu
disebut-sebut. Bukan Ramadan yang menyebabkan adanya ibadah puasa. Jangan
proposisi dibolak-balik karena berdampak dimaknai terbolak-terbalik. Makna yang
terbolak-terbalik kan berdampak jauh: kesesatan beragama!
Proposisi “Ramadan adalah bulan pembawa
keberkahan” seperti syair lagu Opick atau penyanyi lain adalah bentuk
pengultusan terhadap nama bulan. Umat Islam amat terlarang mengultuskan makhluk
atau apa pun di luar Allah Swt. karena sama dan sebangun dengan bentuk
menyerikatkan Allah dengan makhluk-Nya.
Ramadan sama sekali tak bermakna jika tidak
ada ketentuan Allah tentan kewajiban berpuasa pada bulan itu.
Ramadan itu hanyalah nama ciptaan kita
manusia belaka! Ramadan itu sama saja dengan bulan Safar, Rajab, Apit, Bakda
Mulud, dll.
Ramadan, Safar, Rajab, Apit, Haji, dll. pasti
datang dan pasti pergi seperti ditunjukkan oleh terbitnya matahari pada pagi
hari dan lenyapnya matahari pada malam hari.
Berdosalah kita yang mengatakan Ramadan
sebagai pemilik dan pembawa keberkahan.
Na’uudzubillaahi
min dzaalik!
Berpuasa
adalah berimsak atau menahan
Imsak artinya menahan. Menahan apa? Berimsak
atau menahan dalam hal berpuasa arti sederhananya adalah menahan nafsu untuk
makan dan minum selama beberapa jam saja dari 24 jam pada siang hari dalam
sehari (antara durasi terpendek14 jam sampai durasi terpanjang 18 jam). Semua
mukmin yang diseru oleh Allah Yang Maha Kuasa Empunya makhluk pasti mampu
menahan untuk tidak makan dan tidak minum. Apa buktinya?
Sejak berpuasa diundangkan oleh Allah sebagai
wujud perintah dan ketaatan semua mukmin lima belas abad lalu (QS2: 183 s.d.
187), sampai abad XXI sekarang ini, semua mukmin pelaku puasa (shaaimin) begitu enjoyed, merasa senang, merasa tetap sehat, dan tidak ada yang
mengeluhkan ibadah puasa sebagai sesuatu yang berat dan merepotkan. Anak usia 6
- 7 tahun saja sudah mampu berpuasa, apatah lagi orang dewasa.
Berimsak atau menahan yang dimaksud lebih
luas lagi maknanya adalah menahan atau mengendalikan hawa nafsu, dan menahan
yang satu ini jauh lebih berat dari tidak makan dan tidak minum berjam-jam.
Tidak banyak mukmin yang mampu melakukan (menahan hawa nafsu). Apa saja nafsu
itu?
Inilah contoh nafsu-nafsu yang hinggap di
dalam diri manusia: nafsu menguasai, nafsu berkuasa, nafsu amarah, balas
dendam, nafsu seksual/birahi, berkata dusta, berbuat curang, berselingkuh,
doyan berpura-pura, atau hobi menipu, serta berkhianat/tidak jujur.
Jika mukmin mampu mengendalikan hawa nafsu yang
buruk-buruk selama belasan jam berpuasa, maka insya Allah akan pupus semua
sifat atau kebiasaan atau hobi berdusta, tidak jujur, amarah, angkuh, perasaan
dendam kesumat, pemalas, parasitis, pengumpat/pencela/pencaci, dll.
Artinya, pada diri setiap mukmin yang sedang berpuasa
(proses) akan melahirkan, tumbuh, dan terpelihara sifat dan sikap positif yang
terwujud dalam amaliah/tindakannya sebagai jihad (output): jujur, amanah,
pemaaf, optimistis, pejuang, penyayang, suka berbagi, rela berkorban, sederhana
bersahaja, rendah hati, dan memiliki kebesaran jiwa.
Kemudian, proses berpuasa selama sebulan pada
tahun itu, lalu sebulan pada tahun berikutnya, dan berkesinambungan pada
tahun-tahun selanjutnya, insya Allah akan tumbuh sosok mukmin yang taat dan
istiqomah kepada Allah dan rasul-Nya (outcome).
Inilah yang dikehendaki oleh Allah untuk
semua mukmin pelaku puasa, yakni mukmin yang tattaquun (bertakwa).
Jadi, mukmin yang berpuasa selama satu bulan
penuh pada bulan Ramadan adalah menegakkan jihad. Mukmin memulai dengan
keikhlasan, melaksanakan dengan keikhlasan sesuai dengan peraturan/ketentuan
Allah, memperkaya dengan bukti ibadah lainnya, tidak meributkan pamrih pahala
kecuali berharap rida Allah, itulah mukmin pelaku jihad.
Jakarta, 8 Juli 2014;10 Ramadan 1435 H.