Selasa, 18 Juni 2013

JENGKOL, TONGKOL, ONGOL-ONGOL, BENGGOL, DAN BONGGOL



Bahasa Indonesia, agama, dan sosial politik

JENGKOL, TONGKOL, ONGOL-ONGOL, BENGGOL, DAN BONGGOL
(Harga jengkol meroket bikin kaum ibu mendongkol)
jengkol
Kata jengkol untuk sebagian besar orang tentu sangat familiar tetapi tidak untuk sebagian yang lain. Jengkol adalah sejenis tanaman berakar tunggang dan berpokok batang dan dahan dengan tinggi bisa mencapai 25 meter dengan daun yang rimbun.
Pokok batangnya bisa dijadikan papan untuk dinding, dahannya untuk patok pembatas tanah, dan rantingnya untuk kayu bakar. Tentu saja jengkol tidak akan banyak dikenal orang jika tidak karena buahnya. Buah jengkol berbentuk polong dan pada setiap polong terdapat empat atau lima biji jengkol. Nama lain dari jengkol adalah jering. Kata jering ini hampir tidak dikenal orang dan mungkin akan menjadi kata yang punah karena tak pernah dipakai lagi. Pengguna bahasa lebih senang menggunakan kata jengkol saja dan karenanya menjadi lebih ngepop dan ngetop.
Topik bahasan jengkol pada tulisan ini adalah buahnya.
Bagi sebagian orang yang familiar dan pastinya doyan makan jengkol, kehadiran buah jengkol yang terhidang di atas meja makan sebagai lauk menemani nasi tentu menggirangkan hati dan menambah selera penikmatnya. Jengkol yang sudah tua bisa dijadikan lalapan mentah yang dilengkapi sambal dadakan di cobek. Jengkol bisa diolah dengan cara direbus sampai lunak, lalu disemur kecap dengan kuah kental dengan warna kuahnya yang hitam atau coklat tua, aroma khasnya menjadi daya tarik, dan dipastikan penikmatnya akan ketagihan karena makan semur jengkol rasa beefsteak. Bahkan buah jengkol bisa diolah untuk dijadikan keripik.
“Lupakan baunya yang menyengat! Lupakan dampak kejengkolan! Lupakan asam urat dan kolesterol! Yang penting selera makan tinggi rasanya legit  asli rasa jengkol” begitulah kalimat penikmat jengkol yang fanatik berkilah.
Kaum ibu yang selalu ingin memanjakan suami penikmat jengkol tentu setiap hari harus bisa menghadirkan jengkol sebagai bagian dari lauk teman nasi di rumah. Mereka akan mudah mendapatkan jengkol di pasar tradisional atau di pasar modern. Hampir tiada hari pasar tanpa hamparan buah jengkol di lapak-lapak pedagang sayur. Jengkol hadir seperti tidak bermusim.
Tapi, itu dulu!
Minggu awal Juni 2013 ini, buah jengkol sahabat kaum ibu tak tampak di lapak-lapak pedagang sayur di pasar-pasar tradisional, juga di pasar modern. Ibu-ibu rumah tangga pelanggan jengkol pun kelimpungan, bingung, dan menjadi resah.
Tetapi bukan ibu-ibu rumah tangga saja yang kelimpungan, para pedagang pun tak kalah bingung karena buah jengkol sulit didapat.
“Ke mana jengkolku?” tanya mereka sambil menggaruk kepala.
Mereka bukanlah spekulan pelaku pasar yang nakal dan ingin menimbun, menahan barang, dan bespekulasi melempar barang ke pasar dengan harga tinggi. Mereka memang tidak mendapatkan pasokan jengkol dari para pengumpul/grosir/tengkulak.
Hukum ekonomi pasar pun berlaku tentang hukum penawaran (supply) dan permintaan (demand). Jika penawaran turun atau persediaan berkurang dan permintaan naik, harga barang pasti naik. Jika penawaran naik dan permintaan tetap, apa lagi turun, maka harga pasti turun. Harga jengkol biasanya berkisar antara
Rp 5.000,00 – Rp 7.000,00 per kg. berubah meroket ke angka Rp 50.000,00 – Rp 60.000,00. Luar biasa! Kebaikan harganya sepuluh kali lipat.
Mengapa ini bisa terjadi?
Rumor pun berkembang. Argumentasi dari berbagai kalangan pebisnis dan penikmat jengkol pun terlontar. Argumentasi pertama misalnya, jengkol sulit didapat lantaran habitat jengkol sudah berkurang entah dengan sengaja atau tidak. Pohon-pohon jengkol sudah banyak ditebang untuk keperluan lain yang lebih besar ketimbang memanen buah jengkol yang sama sekali tidak menguntungkan. Bukti tak terbantahkan, di Jakarta misalnya, warga Jakarta yang doyan jengkol, menebang pohon jengkol dan pohon buah-buah lainnya, demi kepentingan membangun perumahan, apartemen, atau jalan raya. Begitu juga di daerah lain. Kepentingan akan papan jauh lebih penting dan menguntungkan ketimbang pangan buah jengkol. Selama ini ada anggapan, para penikmat jengkol itu orang kampung dan karenanya pangan jengkol itu pangan kampungan. Mereka , kebanyakan para penikmat jengkol ini ada di sudut-sudut kota atau di desa-desa. Buktinya buah jengkol cuma hadir di lapak-lapak tukang sayur tradisional dan seperti dibiarkan berserakan seperti tak memiliki nilai jual. Rakyat dari kalangan mana yang biasa bertransaksi di pasar-pasar tradisional? Rakyat dari kalangan masyarakat bawah, bukan?
Kalau ada buah jengkol sekarang-sekarang ini ada di mall-mall dan pujasera, sepertinya adalah keajaiban, atau boleh jadi proses coba-coba dari para pebisnis pangan, spekulatif, kali-kali aja menguntungkan.
Argumentasi kedua adalah, teknologi di bidang pangan yang semakin maju, buah jengkol bisa diolah variatif menjadi bahan pangan untuk manusia dari berbagai kalangan, bukan lagi untuk orang kampung saja, melainkan sudah merambah menggugah selera makan orang kota dari kalangan menengah ke atas, bahkan masuk ke dapur hotel berbintang dan dapur istana. Ibu Negara dan istri para menteri ternyata banyak yang doyan makan jengkol. Bahkan satu dua orang menteri dan beberapa anggota legislator, beberapa bupati, beberapa walikota, dan banyak orang kaya sudah tidak malu-malu lagi mengaku sebagai penikmat jengkol. Ada materi kampanye kandidat legislator mengampanyekan perlunya meningkatkan peran jengkol sebagai bahan pangan yang prestisius. Buktinya ketika mereka berpidato atau berkampanye, dari mulutnya  ada aroma bau jengkol. Aroma jengkol yang khas dan sebagian orang tidak menyukainya itu tidak mudah dihilangkan hanya dengan mengunyah permen karet ala Fergie (Alex Ferguson, mbahnya Manchester United).
Melihat peluang eksistensi jengkol yang cukup menjanjikan dan memiliki prospek bisnis yang mungkin cerah, bermunculan para spekulan jengkol yang bermain api memainkan harga ala kapitalis.  Boleh jadi mereka berlaku seperti pengijon yang pastilah merugikan pemilik pohon jengkol. Boleh jadi mereka menjadi pelaku grosir jengkol yang menimbun jengkol berton-ton, lalu melepaskan jengkol ke pasar dengan harga meroket, atau bersedia melepaskan jengkol dari timbunan gudang dengan imbalan fee ala fee daging sapi impor gawenya sang mantan Presiden PKS Lutfhi Hasan Ishaq dan makelar si don juan Ahmad Fathanah.
Kasus kelangkaan jengkol tentu membuat sebagian orang menjadi dongkol, terutama pedagang jengkol dan kaum ibu yang suaminya doyan jengkol. Kalaulah ada pengusaha, makelar, aparat Kementerian Negara Pertanian, atau satu dua legislator mengupayakan impor  dan  bermain fee dengan jengkol seperti bermain fee pada daging sapi impor, mari kita sumpahin biar para pelaku bisnis yang nakal pada kejengkolan, biar tau rasa sakitnya kejengkolan!
ongol-ongol
Ongol-ongol  adalah penganan yang dibuat dari campuran tepung sagu, kelapa, dan gula. Ongol-ongol itu lembek, warnanya dominan coklat, dan rasanya manis. Seperti halnya jengkol, ongol-ongol adalah makanan khas warga Jakarta. Pada era tahun enam puluhan sampai tujuh puluhan, warga Jakarta masih bisa menikmati rasa ongol-ongol. Hanya warga kalangan bawah yang doyan ongol-ongol dan suka jajan ongol-ongol karena harganya murah. Mereka tidak tahu kandungan gizi di dalamnya. Ongol-ongol tak pernah tampak dihidangkan untuk para tamu oleh empunya hajat di kampung-kampung karena memang pangan ongol-ongol tak bergengsi. Apatah lagi dihidangkan di meja hidangan hotel-hotel ketika warga Jakarta mengadakan perhelatan.
Pada awal abad XXI, penganan yang bernama ongol-ongol sudah tidak pernah muncul di depan publik, di pasar kue di pasar subuh di Perempatan Senen-Kramat, Jakarta Pusat, tidak juga di toko kue, tidak pula diproduksi oleh tukang kue, Ongol-ongol hampir punah, dan bahkan ongol-ongol hanya tinggal nama saja. Rasa ongol-ongol yang manis ternyata tidak semanis nasibnya. Nasib ongol-ongol yang empunya rasa manis tidak secerah nasib jengkol yang baunya menyengat yang bikin lubang hidung seperti terkena mimis.


tongkol
Tongkol  adalah sejenis ikan laut. Tongkol termasuk jenis cakalang. Ukurannya mencapai panjang 122 cm, berat mencapai 16,5 kg, dan umurnya bisa mencapai 10 tahun. Tongkol hidup dalam kelompok kecil antara seratusan ekor dan dalam kelompok besar sampai lima ribuan ekor.
Daging tongkol berkualitas baik, rasa daging tongkol lezat, dan dapat diolah dalam banyak variasi olahan, baik dalam bentuk ikan mentah maupun ketika dimasak. Daging tongkol dalam olahan mentah misalnya dengan cara dipindang/cue tongkol, ikan segar, diasap, dikeringkan, diasinkan, ikan beku, atau dikemas dalam ikan kalengan dari berbagai jenis tongkol. Dalam olahan masakan, aneka masakan ikan tongkol tampil dengan aneka jenis: gulai ikan tongkol, ikan tongkol bumbu kuning, ikan tongkol asam pedas, dan ikan tongkol balado.
Indonesia adalah negeri kepulauan dengan perairan yang lebih luas daripada luas daratan, rasio lautan dengan daratannya adalah 3 : 2. Lautan yang ada di wilayah negeri tercinta ini kaya raya dengan biodata laut. Perairan laut Indonesia cocok dengan kehidupan tongkol dan tongkol menjadi salah satu jenis kekayaan laut kita.. Potensi dan juga produksi tongkol amat besar dan cukup menggiurkan para nelayan dan pencari ikan. Beberapa pelabuhan pendaratan tongkol yang penting di Indonesia, di antaranya, adalah Manado, Padang, Cilacap, Tegal, dan Sumenep.
Musim tangkap tongkol di beberapa wilayah berbeda-beda. Di Indonesia, musim tangkap tongkol adalah pada bulan Agustus sampai Oktober. Ikan ini umumnya ditangkap bercampur dengan jenis lain. Alat tangkap yang digunakan terutama adalah jaring insang, dan juga pancing tonda. Kadang-kadang ikan ini didapat pula lewat pengoperasian pukat pantai atau pancing rawai. Lebih banyak atau sebagian besar nelayan kita masih menangkap ikan dengan cara tradisional karena ketiadaan modal.
Sedikit saja nelayan kita yang menggunakan peralatan modern mengeksploitasi kekayaan laut berupa ikan, termasuk tongkol. Lebih banyak nelayan asing yang menggunakan peralatan modern dalam mengeksploitasi ikan. Bahkan para pencari ikan dari mancanegara ikut mencari dengan cara mencuri tongkol kita.
benggol
Benggol, artinya: 1. benjol; 2) mata uang tembaga yang dipakai pada zaman penjajahan Belanda yang bernilai 2,5 sen; 3) kepala penjahat; 4) tokoh terkemuka (di partai); gembong.
Contoh penggunaan kata benggol dalam kalimat:
i.              Menjengkelkan! Rasa sakit di bokongku rupanya karena ada benggol sebesar biji jagung di sana.
ii.            Masih bagus nasib pekerja zaman kolonial Belanda daripada Jepang. Para pekerja zaman kolonial Belanda mereka bisa menerima upah sebenggol dua benggol setiap minggunya.
iii.           Jangan heran dengan banyaknya tato di sekujur tubuh Bang Joli. Dia itu mantan benggol kelompok bajing loncat.
iv.           Kartosuwiryo bisa disebut benggol DI/TII yang berambisi mendirikan NII.
bonggol
Bonggol, jenis kata kerja yang berasal dari bahasa Jawa kuno yang artinya pukul. Arti lain kata bonggol dari bahasa percakapan akat vital laki-laki.
Dalam kehidupan rumah tangga masyarakat Jawa, secara filosofis, keharmonisan hubungan suami-isteri salah satunya dengan kehadiran benggol dan bonggol. Bagaimana menjelaskan hal ini?
Benggol dan bonggol itu terkait dengan tanggung jawab suami terhadap istri. Suami berkewajiban menafkahi istri secara lahiriah dan batiniah. Nafkah lahiriah adalah memberikan benggol kepada istri dalam bentuk uang belanja untuk dibelanjakan. Suami juga menafkahi batiniah sebagai bukti laki-laki dengan memberikan bonggol (kebutuhan seksual) demi memanjakan istri. Isteri yang menerima benggol dan bonggol dijamin akan bahagia dan tidak akan mencari pria idaman lain (PIL) dengan menggalakkan selingkuh.
Agak menyimpang dari topik benggol dan bonggol berkaitan dengan kewajiban suami dan hak istri, ada istilah dari dua kata yang lain, yaitu mamah dan mlumah. Kata mamah artinya makan dan kata mlumah artinya tidur. Mamah dan mlumah itu ada pada istri (menyindir peran istri yang terlalu disederhanakan dan pelecehan terhadap istri). Mamah dimaknai secara sederhana, bahwa istri itu ada di rumah dan fungsinya sekedar cuma bisa makan, menyiapkan hidangan, dan menemani suami makan. Mlumah dimaknai, bahwa istri itu bisa tidur pulas, menemani suami tidur, dan siap sedia melayani suami beraktivitas di tempat tidur sampai suami capek dan lemas serta bisa tidur pulas.
Konon, dimaknai secara sederhana filosofi ini, istri yang bisa mamah dan mlumah akan dapat memelihara keharmonisan rumah tangga, serta berprospek menghindari kemungkinan suami memiliki wanita idaman lain (WIL) atau kecenderungan berbuat selingkuh.
Jakarta, 19 Juni 2013

Kamis,  Juni 2013
Bahasa Indonesia
Bentuk tunggal dan bentuk jamak kata-kata serapan dari bahasa Latin
DATA, KRITERIA, PROMOVENDUS, DAN ALUMNI
Data
Kata data termasuk kelas kata nomina yang artinya: 1. keterangan yang benar dan nyata; 2. Keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan). Contoh penempatannya dalam kalimat:
i.              Data usia penduduk sangat diperlukan untuk keperluan pemilu.
ii.            Kami membutuhkan data banyaknya siswa miskin di kecamatan ini.
iii.           Sulit menentukan kebijakan pemberian bantuan sosial raskin tanpa adanya data penduduk miskin.
data adalah bentuk jamak (plural). Bentuk tunggal (singular) data adalah datum. Kata data lebih banyak dipakai dalam bahasa Indonesia dalam bentuk tunggal untuk mewakili bentuk tunggalnya, yakni kata datum. Bentuk jamaknya menjadi data-data. Kita tidak mengenal frasa beberapa datum, sebagian besar datum, atau datum-datum.
Kriteria
Kata kriteria termasuk kelas kata nomina yang artinya ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan.
kriteria adalah bentuk jamak. Bentuk tunggal kriteria adalah kriterium. Kata kriteria dalam bahasa Indonesia dipakai sebagai bentuk tunggal. Bentuk jamaknya menjadi kriteria-kriteria; beberapa kriteria; sebagian besar kriteria; dll.  Kita tidak mengenal frasa sepuluh kriterium, sebagian kecil kriterium, atau kriterium-kriterium.
alumni
Kata alumni termasuk kelas kata nomina yang artinya orang-orang yang telah mengikuti atau tamat dari suatu sekolah atau perguruan tinggi
alumni adalah bentuk jamak. Bentuk tunggal alumni adalah alumnus. Seperti halnya dengan kata data dan kriteria, kata alumni yang aslinya dalam bentuk jamak dipakai dalam bahasa Indonesia sebagai bentuk tunggal. Kata alumnus sebagai bentuk tunggal tidak dipakai. Seperti halnya datum dan kriterium, kita tidak mengenal frasa beberapa orang alumnus, tujuh orang alumnus, atau alumnus-alumnus.
Kata-kata data, kriteria, dan alumni merupakan kata serapan dari bahasa Latin itu lebih kerap dipakai dan lebih dikenal dalam bentuk jamaknya daripada kata itu dalam bentuk tunggalnya. Dalam pemakaian bahasa Indonesia kata-kata tersebut diberi arti sebagai bentuk tunggalnya. Untuk bentuk jamaknya ditulis data-data, kriteria-kriteria, dan alumni-alumni.
Sebagian kata yang diserap dari bahasa latin lebih dikenal dan lebih banyak dipakai dalam bentuk tunggal daripada bentuk jamaknya. Contohnya adalah beberapa kata yang ditampilkan di bawah ini.
promovendus
Kata promovendus termasuk kelas kata nomina yang artinya sarjana yang menyusun disertasi dan mempertahankannya untuk memperoleh gelar doktor di perguruan tinggi.
promovendus adalah bentuk tunggal. Bentuk jamak promovendus adalah promovendi. Dalam bahasa Indonesia kata promovendus dipakai dalam bentuk tunggal maupun bentuk jamak.
sanatorium
sanatorium termasuk kelas kata nomina yang artinya: 1. Rumah sakit yang juga berfungsi sebagai tempat merawat penderita penyakit paru-paru dengan kombinasi pnyembuhan, diet, dan senam yang ketat; 2. peristirahatan untuk menyembuhkan orang yang berpenyakit tertentu; 3. tempat penyembuhan orang yang berpenyakit kronis.
Kata sanatorium adalah bentuk tunggal. Bentuk jamaknya adalah sanatoria. Dalam bahasa Indonesia kata sanatorium dipakai dalam bentuk tunggal dan juga bentuk jamak dan tidak menggunakan kata sanatoria.
adendum
Kata adendum adalah kelas kata nomina bentuk tunggal yang artinya: 1. Jilid tambahan pada buku; lampiran; ketentuan atau pasal tambahan, misalnya pada akta atau surat perjanjian. Bentuk jamak adendum  adalah adenda. Dalam bahasa Indonesia kata adendum dipakai dalam bentuk tunggal dan bentuk jamak. Kata adenda tidak pernah dipakai.
Kata-kata lain yang diperlakukan sama adalah sebagai berikut:
stimulus dan bukan stimuli
kalkulus dan bukan kalkuli
silabus dan bukan silabi
radius dan bukan radi
modus dan bukan modi
Jakarta, 19 Juni 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar