Kamis, 29 Agustus 2013

KOMPETENSI INTI, HUMANISASI, LIBERASI, DAN KESUCIAN JIWA DALAM IDUL FITRI




Kurikulum 2013, Ramadan, dan Idul Fitri 1434 H.

KOMPETENSI INTI, HUMANISASI, LIBERASI, DAN KESUCIAN JIWA
 DALAM IDUL FITRI

Seiring dengan pemberlakuan kurikulum nasional yang anyar, Kurikulum 2013, yang dimulai sejak awal tahun pelajaran baru 2013, tepatnya 15 Juli 203, telah hadir di tengah masyarakat Indonesia yang penduduknya mayoritas muslim, bulan Ramadan dan Idul Fitri 1 Syawal 1434 H. Semangat yang dibawa oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) sungguh besar menyosialisasikan kurikulum baru ini, memotivasi semua pihak agar memberikan dukungan semaksimal mungkin dalam rangka menyukseskan keterlaksanaannya. Melaksanakan Kurikulum 2013 adalah gawe kita semua. Soal pro dan kontra kehadirannya tentu saja lumrah terjadi di mana saja. Penulis merasa ada sesuatu yang penting untuk dibahas dengan konten yang diusung oleh Kurikulum 2013 dengan peristiwa menjalankan puasa Ramadan dan Idul Fitri 1434 H.

Kompetensi Inti dalam Kurikulum 2013
Penulis perlu menyinggung sedikit tentang istilah kompetensi yang dimaksud dalam Kurikulum 2013, yakni Kompetensi Inti. Kompetensi Inti (KI) merupakan kompetensi yang mengikat berbagai Kompetensi Dasar (KD) ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran. Satu hal penting yang harus diselenggarakan oleh para pendidik/guru di lapangan/kelas adalah, bahwa kompetensi-kompetensi inti harus dimiliki peserta didik melalui pembelajaran KD yang diorganisasikan dalam pembelajaran tematis integratif dengan pendekatan Pakem (pembelajaran yang aktif, efektif, menyenangkan/mengasyikkan).
Kompetensi-kompetensi Inti yang dimaksudkan itu adalah:
Kompetensi Inti pertama (KI-1) tentang aspek sikap spiritual,
Kompetensi Inti kedua (KI-2) tentang aspek sikap sosial,
Kompetensi Inti ketiga (KI-3) tentang aspek pengetahuan, dan
Kompetensi Inti keempat (KI-4) tentang aspek keterampilan.

Kompetensi-kompetensi Inti dan ibadah puasa Ramadan
Di rumah, peserta didik adalah seorang anak yang berada di bawah perlindungan dan pendidikan orang tua. Sebagai seorang anak, peserta didik telah dididik dan dilatih oleh keluarga masing-masing dalam hal praktik berpuasa sejak usia dini ( usia lima atau enam tahun) dan mengalami sendiri ibadah puasa. Dalam hal sikap spiritual khusus puasa Ramadan ini, guru di sekolah akan terbantu mentransformasi semua KI (KI-1 s.d. KI-4).
KI-1-nya, peserta didik merasa bangga dan senang akan kehadiran Ramadan selama sebulan sebagai sebuah kewajiban sebagai hamba yang taat kepada Tuhan dan malu kalau tidak taat kepada-Nya (hablum min-Allah).
KI-2-nya, peserta didik melakukan makan sahur dan berbuka bersama keluarga dalam ikatan sosial yang begitu akrab, dan sering mengikuti acara berbuka puasa bersama di sekolah (ketaatan terhadap orang tua dan guru serta saling berkasih sayang dengan sesama manusia (hablum min-annas).
KI-3-nya, pengetahuan tentang ibadah puasa dan tata-caranya bisa dimiliki seiring sejalan dengan praktik berpuasa dan jauh lebih efektif diterima ketimbang diceramahi pada saat di luar waktu bulan Ramadan.
KI-4-nya, peserta didik memiliki keterampilan berpuasa, yakni adanya rasa memiliki/sense of belonging dan rasa tanggung jawab/sense of responsibility dari berpuasa dan menjadikan ibadah puasa sebagai salah satu dari kebutuhan manusia/human needs, yakni kebutuhan spiritual (spiritual need) terutama praktik melatih diri menuju kemampuan mengendalikan diri (hawa nafsu untuk makan, minum, atau jajan).
Ibadah puasa pada bulan Ramadan adalah sebuah proses pembelajaran penting bagi setiap individu, termasuk peserta didik, yang bertujuan agar pelaku puasa menjadi insan yang beriman, bertakwa, jujur, toleran, dan bertanggung jawab.
Kompetensi-kompetensi Inti dan Idul Fitri
Idul fitri itu intinya adalah tercapainya kesucian hati dari para pelaku puasa (fitrah insani). Pelaku puasa harus optimis dan merasa yakin bahwa dia berhasil mengubah kualitas hidupnya sehingga menggapai fitrah (perbuatan/amaliah yang baik selama berpuasa dan menjauhi perbuatan buruk akan menghapus kesalahan di masa lalu dan mendapat pengampunan atas dosa-dosanya oleh Tuhan) Fitrah insani itu bukan saja tampak pada satu atau dua hari atau beberapa hari saja, tetapi berkelanjutan dan meningkat kualitasnya pada waktu-waktu selanjutnya sepanjang hayat.
(catatan yang tercecer sepanjang Syawal 1434 H.)
Jakarta, Agustus 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar