Kurikulum
2013, Ramadan, dan Idul Fitri 1434 H.
KOMPETENSI INTI,
HUMANISASI, LIBERASI, DAN KESUCIAN JIWA
DALAM IDUL FITRI
Seiring
dengan pemberlakuan kurikulum nasional yang anyar, Kurikulum 2013, yang dimulai
sejak awal tahun pelajaran baru 2013, tepatnya 15 Juli 203, telah hadir di
tengah masyarakat Indonesia yang penduduknya mayoritas muslim, bulan Ramadan
dan Idul Fitri 1 Syawal 1434 H. Semangat yang dibawa oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) sungguh besar menyosialisasikan kurikulum
baru ini, memotivasi semua pihak agar memberikan dukungan semaksimal mungkin
dalam rangka menyukseskan keterlaksanaannya. Melaksanakan Kurikulum 2013 adalah
gawe kita semua. Soal pro dan kontra
kehadirannya tentu saja lumrah terjadi di mana saja. Penulis merasa ada sesuatu
yang penting untuk dibahas dengan konten yang diusung oleh Kurikulum 2013
dengan peristiwa menjalankan puasa Ramadan dan Idul Fitri 1434 H.
Kompetensi
Inti dalam Kurikulum 2013
Penulis
perlu menyinggung sedikit tentang istilah kompetensi yang dimaksud dalam
Kurikulum 2013, yakni Kompetensi Inti. Kompetensi Inti (KI) merupakan
kompetensi yang mengikat berbagai Kompetensi Dasar (KD) ke dalam aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu
jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran. Satu hal penting yang harus
diselenggarakan oleh para pendidik/guru di lapangan/kelas adalah, bahwa
kompetensi-kompetensi inti harus dimiliki peserta didik melalui pembelajaran KD
yang diorganisasikan dalam pembelajaran tematis integratif dengan pendekatan
Pakem (pembelajaran yang aktif, efektif, menyenangkan/mengasyikkan).
Kompetensi-kompetensi
Inti yang dimaksudkan itu adalah:
Kompetensi
Inti pertama (KI-1) tentang aspek sikap spiritual,
Kompetensi
Inti kedua (KI-2) tentang aspek sikap sosial,
Kompetensi
Inti ketiga (KI-3) tentang aspek pengetahuan, dan
Kompetensi
Inti keempat (KI-4) tentang aspek keterampilan.
Kompetensi-kompetensi
Inti dan ibadah puasa Ramadan
Di
rumah, peserta didik adalah seorang anak yang berada di bawah perlindungan dan
pendidikan orang tua. Sebagai seorang anak, peserta didik telah dididik dan
dilatih oleh keluarga masing-masing dalam hal praktik berpuasa sejak usia dini
( usia lima atau enam tahun) dan mengalami sendiri ibadah puasa. Dalam hal
sikap spiritual khusus puasa Ramadan ini, guru di sekolah akan terbantu
mentransformasi semua KI (KI-1 s.d. KI-4).
KI-1-nya,
peserta didik merasa bangga dan senang akan kehadiran Ramadan selama sebulan
sebagai sebuah kewajiban sebagai hamba yang taat kepada Tuhan dan malu kalau
tidak taat kepada-Nya (hablum min-Allah).
KI-2-nya,
peserta didik melakukan makan sahur dan berbuka bersama keluarga dalam ikatan
sosial yang begitu akrab, dan sering mengikuti acara berbuka puasa bersama di
sekolah (ketaatan terhadap orang tua dan guru serta saling berkasih sayang
dengan sesama manusia (hablum min-annas).
KI-3-nya,
pengetahuan tentang ibadah puasa dan tata-caranya bisa dimiliki seiring sejalan
dengan praktik berpuasa dan jauh lebih efektif diterima ketimbang diceramahi
pada saat di luar waktu bulan Ramadan.
KI-4-nya,
peserta didik memiliki keterampilan berpuasa, yakni adanya rasa memiliki/sense of belonging dan rasa tanggung
jawab/sense of responsibility dari
berpuasa dan menjadikan ibadah puasa sebagai salah satu dari kebutuhan manusia/human needs, yakni kebutuhan spiritual (spiritual need) terutama praktik melatih diri menuju kemampuan
mengendalikan diri (hawa nafsu untuk makan, minum, atau jajan).
Ibadah
puasa pada bulan Ramadan adalah sebuah proses pembelajaran penting bagi setiap
individu, termasuk peserta didik, yang bertujuan agar pelaku puasa menjadi
insan yang beriman, bertakwa, jujur, toleran, dan bertanggung jawab.
Kompetensi-kompetensi
Inti dan Idul Fitri
Idul
fitri itu intinya adalah tercapainya kesucian hati dari para pelaku puasa
(fitrah insani). Pelaku puasa harus optimis dan merasa yakin bahwa dia berhasil
mengubah kualitas hidupnya sehingga menggapai fitrah (perbuatan/amaliah yang
baik selama berpuasa dan menjauhi perbuatan buruk akan menghapus kesalahan di
masa lalu dan mendapat pengampunan atas dosa-dosanya oleh Tuhan) Fitrah insani
itu bukan saja tampak pada satu atau dua hari atau beberapa hari saja, tetapi
berkelanjutan dan meningkat kualitasnya pada waktu-waktu selanjutnya sepanjang
hayat.
(catatan
yang tercecer sepanjang Syawal 1434 H.)
Jakarta,
Agustus 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar