Kamis, 29 Agustus 2013

(lanjutan) Bagaimana ....




a.   elit dan elite;
Kata dasar serapan aslinya dari bahasa Latin /elite/ yang artinya orang atau kelompok pilihan dalam masyarakat (status sosialnya tinggi atau terpandang). Pengucapan sama dengan bahasa tulisnya /elite/ dan bukan /elit/ (tanpa huruf e). Kasus yang sama dengan kata ini adalah /bonafide/ bukan /bonafid/; /faksimile/ dan bukan /faksimil/; /defile/ bukan /defil/
1.  Kata dasar
a.  sudah dan telah
sudah dan telah adalah dua kata yang sinonim tetapi tidak serta-merta satu sama lain dapat saling menggantikan di dalam menempatkannya ke dalam kalimat.  Untuk jelasnya perhatikan kalimat-kalimat berikut ini.
(i)          Persamaan keduanya dan dapat saling menggantikan
Ali sudah tidur; Ali telah tidur.
Mereka sudah berangkat; Mereka telah berangkat.
           Kakek sudah meninggal; Kakek telah meninggal.
(ii)        Keduanya tidak bisa saling menggantikan
a.  Sudahlah, tak usah diratapi lagi! Nasi sudah jadi bubur. (benar)
     Telahlah, tak usaha diratapi lagi! Nasi telah jadi bubur. (salah)
b.  Sudahkah kamu mendaftar ulang? (benar)
Telahkah kamu mendaftar ulang? (salah)
c.  Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. (benar)
Telah jatuh, tertimpa tangga pula. (salah)
      Apa yang dapat diambil simpulan perbedaan dari kata sudah dan telah?  
Perbedaan pokok adalah, kata sudah dapat digunakan dalam bentuk kalimat tanya dengan membubuhi partikel –kah seperti sudahkah …?; dan dalam kalimat sertu dapat dibubuhi partikel –lah seperti pada kata sudahlah, …!; sedangkan kata telah tidak dapat dibubuhi partikel –kah dan juga partikel –lah.
b.  esok dan besok
esok dan besok adalah dua kata yang sinonim dan pemakaian keduanya dalam kalimat bisa saling menggantikan dan bisa juga tidak bisa saling menggantikan, tergantung kepada konteks kalimatnya.
Perhatikan contoh berikut ini.
(i)          saling menggantikan
Saya akan datang hari esok. ; Saya akan datang hari besok.
Esoknya dia muncul.; Besoknya dia muncul.
Esok atau lusa mereka akan tiba di sini.; Besok atau lusa mereka akan tiba di sini.
Apa yang terjadi esok lusa, kita tak tahu.; Apa yang terjadi besok lusa, kita tak tahu.
(ii)        Tidak bisa saling menggantikan
Hari ini adalah hari yang suram, hari esok semoga lebih cerah. (benar);
Pengertian kalimat ini adalah sebagai berikut:
Frasa /Hari ini/ diterjemahkan sebagai masa kini/zaman sekarang, sementara frasa /hari esok/ diterjemahkan sebagai mana nanti/masa yang akan datang.
Hari ini adalah hari yang suram, hari besok semoga lebih cerah.
(salah). Frasa /hari besok/ dalam kalimat dengan konteks seperti ini tidak ada dan karenanya tidak tepat. Sebabnya adalah, kata /besok/ artinya adalah hari setelah hari ini dan tidak ada arti lain.
(iii)       Perbedaan karena imbuhan ke-an
Kata /esok/ diberi imbuhan ke-an menjadi /keesokan/ seperti keesokan hari (benar); imbuhan ke-an  untuk kata /besok/ menjadi kebesokan hari (salah) dan tidak lazim.
     
c.  atas nama dan selaku/sebagai
Perhatikan kalimat berikut ini.
(i)          Atas nama Bupati Dompu dan atas nama pribadi, saya, H. Abubakar Ahmad, menyampaikan ucapan Selamat Idul Fitri 1430 H.
(ii)        Atas nama Mendikbud dan atas nama pribadi, Saya, Daoed Joesoef, menyampaikan ucapan Selamat Merayakan Hardiknas, 2 Mei 1979.
Kalimat (i) dan (ii) salah dan mubazir. H. Abubakar Ahmad berbicara kapasitasnya adalah Bupati Dompu, berbicara sendiri dan tidak mewakili orang lain. Begitu pun Daoed Joesoef yang Mendikbud. Jadi kedua orang itu tidak perlu menggunakan frasa /atas nama/. Kalimat-kalimat itu seharusnya ditulis seperti berikut ini.
(i)          Saya pribadi, H. Abubakar Ahmad, dan selaku Bupati Dompu, menyampaikan ucapan Selamat Idul Fitri 1430 H.
(ii)        Saya, Daoed Joesoef, sebagai pribadi dan selaku Mendikbud, menyampaikan ucapan Selamat Merayakan Hardiknas, 2 Mei 1979.
d.  setengah dan separo
Kata setengah dan separo adalah sinonim. Akan tetapi meskipun mempunyai arti yang sama, keduanya tidak serta-merta dapat saling menggantikan penempatannya dalam kalimat.
Perhatikan contoh pada kalimat –kalimat berikut ini.
(i)          Dari hasil keuntungan itu, kita berdua masing-masing mendapatkan setengahnya.
Dari hasil keuntungan itu, kita berdua masing-masing mendapatkan separonya
(ii)        Uang satu juta ini dibagi dua ya, kamu dapat setengah dan Ali dapat separo!
Uang satu juta ini dibagi dua ya, kamu dapat separo dan Ali dapat separo!
(to be continued)
Jakarta, 19 Agustus 2013
      Setengah dan separo (lanjutan)
Akan tetapi, pada sisi lain, kedua kata ini, Setengah dan separo,  tidak bisa sama artinya/tidak bisa saling menggantikan jika ditempatkan dalam kalimat (sesuai dengan konteks).
Contoh pada kalimat-kalimat berikut ini.
(i)          Kita harapkan rombongan duta negara dapat segera tiba pada pukul setengah tiga dini hari. (benar)
Kita harapkan rombongan duta negara dapat segera tiba pada pukul separo tiga dini hari. (salah)
(ii)        Jangan laksanakan tugas dengan setengah hati, tetapi harus dengan sungguh-sungguh. (benar)
Jangan laksanakan tugas dengan separo hati, tetapi harus dengan sungguh-sungguh. (salah)
(iii)       Kalau kamu sudah punya tekad yang kuat, maju terus, jangan setengah-setengah! (benar)
Kalau kamu sudah punya tekad yang kuat, maju terus, jangan separo-separo! (salah)

2.  Kata berimbuhan
a.  menemui dan menemukan;
Kedua kata ini berasal dari kata dasar yang sama, yakni kata /temu/ sebagai kelas kata verba. Kata /menemui/  dari kata dasar temu/ yang berimbuhan /me-i/ dan kata /menemukan/ berimbuhan /me-kan/.
Kedua kata ini memberi arti yang berbeda ketika ditempatkan dalam kalimat.
Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini.
(i)          a) Saya menemui Kepala Biro Kepegawaian, Pak Sukino, di
     lantai   10.
b) Presiden Barrack Obama menemui Presiden SBY di Istana
    Negara kemarin.
c) Septi Sanustika menemui suaminya, Ahmad Fathanah, di
    Rutan Guntur.
d) Kesebelasan Barcelona tidak menemui kesulitan sama sekali
    ketika berhadapan dengan Levante.
Kata /menemui/ bisa berarti mendatangi, mengunjungi, menjeguk. atau menghadapi. Objek dari verba /menemui/ adalah manusia atau pronomina/kata ganti orang atau benda.
(ii)        a) Christophorus Columbus, sang penjelajah dunia, menemukan
    benua Amerika pada tahun 1492 M.
b) Pasangan suami-istri itu telah menemukan kembali barang-
    barang mereka yang hilang.
c) Tim SAR menemukan jasad dua orang korban  banjir yang
    kondisinya sudah membusuk.
Objek verba /menemukan/ adalah orang/benda yang sudah ada dan bukan barang baru.
b.  memanjati dan memanjatkan;
Kedua kata berimbuhan ini berasal dari kata dasar yang sama yaitu kata /panjat/.
Penggunaan kedua kata berimbuhan tersebut seperti ditunjukkan pada kalimat-kalimat berikut ini.
(i)          a) Anak-anak peserta lomba panjat pinang berlomba /memanjati/ 
     pohon pinang yang telah dilumuri dengan minyak pelumas.
b) Anggota tim pemanjat tebing itu berhasil memanjati tebing yang
    curam itu.
      Subjek pada kalimat (i) a), yakni peserta lomba dan subjek (i) b), yakni
           anggota tim pemanjat, bergerak/berpindah dari satu titik ke titik yang lain (dari
           bawah ke atas) sedangkan objek (i) a), yakni pohon pinang dan objek (i) b)
           tebing tidak bergerak (diam).
(ii)        Semua jemaah salat Idul Fitri memanjatkan doa kepada Allah.
Kata /memanjatkan/ mengusung makna khusus tentang pengharapan, permintaan, dan/atau doa yang ditujukan (hanya) kepada Allah. Subjek kalimat dari verba /memanjatkan/ tetap di tempat, sementara Objeknya, yakni permintaan, pengharapan, dan/atau doa seakan-akan digerakkan ke atas.
                 
c.  relawan dan sukarelawan
Bahasa Indonesia mengenal akhiran /–wan/ yang berasal dari bahasa Sansekerta. Misalnya ada kata sastrawan, bangsawan, wartawan, dan hartawan.
Kata /sastrawan/, /bangsawan/, /wartawan/, dan /hartawan/ berasal dari kata dasar kelas kata nomina /sastra/, /bangsa/, /warta/ dan /harta/ yang diberi imbuhan berupa akhiran –wan.
Kata-kata baru pun muncul yang mengacu kepada kata-kata yang sudah ada, seperti: fisikawan, dari nomina /fisika/; pustakawan dari nomina /pustaka/, dan juga ilmuwan dari nomina /ilmu/.
Sekarang muncul dua kata yang berasal dari rela dan atau sukarela yang kemudian muncul kata /relawan/ dan /sukarelawan/. Mana yang benar dari kedua kata ini? Relawan atau sukarelawan?
Untuk menjawabnya, mari kita beranalogi dengan kata-kata yang lain yang juga berakhiran /-wan/ yang sudah ada seperti di atas.
Kata /relawan/ berasal dari kata dasar kelas verba /rela/, sementara kata /sukarelawan/ berasal dari kata dasar kelas nomina /sukarela/.
Kalau begitu, yang benar adalah sukarelawan, bukan relawan.
d.  menanyakan dan mempertanyakan
Kata berimbuhan menanyakan dan mempertanyakan berasal dari kata dasar verba /tanya/. Kedua kata ini meskipun mempunyai arti yang sama, namun akan berbeda penempatannya dalam kalimat.
Contoh:
Ali menanyakan persamaan dan perbedaan arti antara dalil dengan teorema (kepada dosen) dalam sesi tanya jawab.
Ali bertanya karena tidak tahu dan minta dijawab oleh dosen. Penanya (Ali) dan dosen yang ditanya berkomunikasi langsung berada dalam satu tempat dan pada waktu yang sama.
Orang-orang dari LSM mempertanyakan kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM pada saat daya beli rakyat rendah.
Pada kalimat ini, orang-orang LSM dan pemerintah tidak berada di tempat yang sama dan tidak juga pada waktu yang sama, Tak ada komunikasi langsung. Pemerintah mungkin tahu, mungkin juga tidak tahu, dan oleh karena itu pemerintah tak perlu menjawab.

e.   menyilakan dan mempersilakan
Kedua kata ini, menyilakan dan mempersilakan, berasal dari kata dasar verba /sila/. Apakah kedua kata ini sama artinya, berbeda arti, dan bisa saling menggantikan, dan/atau berbeda dan tidak bisa saling menggantikan?
Rani sang pembawa acara menyilakan para tamu untuk duduk di kursi yang tersedia.
(Rani berbicara langsung/berhadapan langsung dengan para tamu yang ada di hadapannya; Rani tampak tersenyum ramah, menjabat tangan para tamu, dan menyilakan tamu duduk).
Bowo dengan suara yang khas mempersilakan  para tamu untuk duduk di kursi yang tersedia.
(1.  Bowo berbicara melalui mikrofon, memegang secarik kertas berisi teks bacaan, dan tidak harus melihat wajah para tamu.);
(2.  Bowo berkomunikasi tidak secara langsung berhadapan muka dengan para tamu. Para panitia yang menindaklanjuti pembicaraan Bowo.)
Kita, orang di luar Rani atau Bowo, melihat Rani atau Bowo beraktivitas, bercerita kepada orang lain pada waktu lain/dapat mengatakan aktivitas keduanya dengan kalimat sebagai berikut ini.
Rani/Bowo mempersilakan para tamunya untuk duduk di kursi yang tersedia.

f.    kebohongan publik
Saya beberapa kali mendengar pembicaraan dalam acara yang ditayang di layar tv atau membaca berita di media tentang frasa kebohongan publik yang salah ditempatkan dalam kalimat.
Contoh:
“Saudara X, seorang anggota DPR mengatakan bahwa, kasus Bank Century bukanlah extraordinary-crime. Di sini, saya nyatakan dengan tegas, Saudara X telah melakukan kebohongan publik!” kata Neto Pano berapi-api.
Neto Pano mungkin maksudnya benar, Saudara X sebenarnya yang berbohong, tetapi pemilihan frasa yang dia pakai, kebohongan publik, adalah salah dalam konteks kalimat di atas.
Mari kita lihat di mana letak kesalahannya.
Contoh analogi dalam frasa di bawah ini:
kehebatan Muhammad Ali, artinya Muhammad Ali yang hebat.
keseriusan KPK, artinya KPK serius.
keteledoran pilot, artinya pilot yang teledor.
kebobrokan koruptor, artinya koruptor yang bobrok.
Kalau begitu:
kebohongan publik, artinya publik berbohong.
(weleh weleh weleh! Salah besar dong!)
Jadi, frasa kebohongan publik semestinya diganti dengan frasa kebohongan terhadap publik atau pembohongan terhadap publik.

 Jakarta, 30 Agustus 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar