BENTUK-BENTUK
PELECEHAN OLEH MUSLIM TERHADAP QURANNYA
Quran
itu sebagai petunjuk dalam mengarungi kehidupan
Rujukan: QS 17: 9
“Inna haadzal Qur’aana yahdii lil latii hiya
aqwamu wa yubassyirul mu’miniinal ladziina aamanuu wa ‘amilush shaalihaati anna
lahum ajran kabiiraa.”
Artinya:
Sungguh,
Al Quran ini memberi petunjuk ke jalan yang paling lurus dan memberi kabar
gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebaikan, bahwa mereka akan
mendapat pahala yang besar.
Firman Allah yang dikutip di atas sebenarnya
jelas dan gamblang banget! Bahwa Quran itu fungsinya diturunkan kepada manusia
agar manusia menjadikannya sebagai petunjuk ke jalan yang lurus.
Pada tempat yang lain, di dalam QS 3: 138, “Haadzaa
bayaanul linnaasi wa hudaw wa mau’izatul lil muttaqiin.”
Artinya:
Inilah (Al Quran) suatu keterangan
yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi petunjuk serta pelajaran bagi
orang-orang yang bertakwa.
Quran (114 surat; 30 juz; 6.236 ayat) itu
petunjuk bagi manusia mengarungi kehidupan di dunia sebagai khalifah di bumi.
Semua ayat, yakni 6.236 ayat Quran tanpa kecuali, adalah petunjuk bagi semua
manusia yang masih hidup. (Quran bukan petunjuk untuk orang mati, mayit, atau
ahli kubur. Quran tertutup untuk orang mati: baru mati, mati kemarin, mati
tujuh hari, mati empat puluh hari, atau mati setahun).
Tentu saja Quran itu petunjuk bagi muslim dan
mukmin yang percaya kepada kebenaran Quran. Tentu saja petunjuk bagi muslim dan
mukmin yang mau mempelajari, memahami, dan mengamalkannya dengan benar.
Memang ada muslim dan mukmin yang
mengamalkannya dengan tidak benar?
Ya, adalah, sebagian dari muslim, sebagian
dari kita.
Yuk, kita diskusikan!
Kita
baru pandai membaca (melafal) Quran saja.
Kita diperintahkan membaca Quran, dan Nabi
saw meneladankan membaca Quran sesuai
dengan perintah Allah kepada para sahabatnya. Kemudian Nabi saw memahamkan
makna (tersirat) dan mengamalkannya dengan wujud nyata.
Dengan membaca saja, Nabi saw dan para
sahabat sudah langsung mengerti pesan-pesan Quran. Mengapa?
Wong Quran bahasane Bahasa Arab, Nabi saw
karo sahabate bahasane bahasa Arab, yo langsung mudheng, toh!
Kalau kita, orang Indonesia, berhahasa
Indonesia dan bukan berbahasa Arab, tidak mengerti bahasa Arab, bagaimana
mungkin cukup dengan membaca saja bisa langsung memahami dan langsung
mengamalkan pesan-pesan Quran?
Bagaimana mungkin, muslim Amerika, berhasa
Inggris, bisa langsung memahami dan mengamalkan pesan-pesan Quran?
Begitu pun keadaannya dengan orang Uganda,
Brazil, atau China!
Sebagian besar dari kita, muslim di
Indonesia, sudah berpuas diri dengan kemampuan merapal ayat-ayat Quran.
Orang-orang tua kita, sudah bangga banget
kalau anak-anaknya sudah pandai membaca Quran dengan lancar. Pandai dan lancar membaca
juz 30 (juz ‘Amma) saja sudah dibangga-banggain, apatah lagi pandai membaca 30
juz.
“Lu emang anak babe yang hebat, Tong! Lu
emang anak yang soleh!” puji si Babe yang asli Betawi kepada anaknya.
Para kiai di ponpes bangga banget kalau para
santrinya sudah pandai membaca Quran 30 juz, sudah khatam 30 juz, apatah lagi santrinya
bisa khatam Quran berkali-kali!
Santri berbangga diri kepada teman-temannya,
bahwa dia sudah khatam Quran lebih banyak daripada khataman Quran teman-temannya.
Bangga banget tuh kiai!
“Lu emang santri yang jempolan, Tong! kata kiai
yang asli Betawi sambil mengacungkan jempol tangan kanannya.
Kita
baru bisanya menghafal ayat-ayat Quran
Syarat sah tidaknya salat adalah membaca
Surat Al Fatihah (QS 1: 1 s.d. 7). Tidak sah salat seseorang jika tidak membaca
Surat Al Fatihah pada setiap rakaatnya.
Maka doktrin pertama dan utama yang
ditanamkan oleh orang tua di rumah, ustaz di sekolah/madrasah, atau kiai di
ponpes terhadap anak-anak, murid, atau santri, adalah membelajarkan hafalan
Surat Al Fatihah.
Maka senanglah hati orang tua, ustaz, atau
kiai kalau anak-anak, murid, atau santri sudah hafal mati Surat Al Fatihah yang
tujuh ayat itu.
Soal arti atau makna tujuh ayat Surat Al
Fatihah boleh dinomorduakan, boleh ngerti, boleh setengah mengerti, boleh juga
tak ngerti.
“Yang penting si Ntong udah apal Al Fatihah!”
kata Babe Harun.
“Iye,Beh, Si Ntong ude bole deh ikut solat di
Mesjid!” sambut H. Madun sang Ketua Masjid.
“Babe ame Enyak, kalo anak Ente mao pade bise
apal Quran, mao pade punye anak yang soleh, Ente kirim aje ke pesantren ane,
biar ane didik bace Quran sampe pade apal!” kata Kiai Haji Sibro sambil beriklan.
Ya, kita sudah bangga jika kita bisa
menghafal (padahal baru beberapa surat saja) dari dari Al Quran. Paling tidak
sepuluh atau dua puluh surat pendek dari 114 surat dari Quran adalah
kebanggaan.
Modalitas itulah, hafalan sepuluh dua puluh
surat pendek, yang dimiliki oleh sebagian orang dewasa muslim sampai dia
berusia paruh baya, bahkan sampai berusia tua renta.
Kita
menganakemaskan satu dua surat dari Quran
Dalam Quran, ada banyak kisah yang
mengisahkan kejaian nyata yang dialami oleh para rasul, sosok-sosok penting,
atau satu dua kaum dari umat manusia.
QS 12 (Surat Yusuf) terdiri atas 109 ayat.
Ada 102 ayat yang mengisahkan kehidupan Yusuf (nabi), ayahnya (Nabi Ya’kub) dan
saudara-saudaranya (11 orang).
Kisah kehidupan Nabi Yusuf yang dikisahkan
dalam ayat-ayat Quran, 102 ayat itu, begitu indah, mengharukan, dan happy
ending, hampir tidak kita pahami secara utuh. Yang justru kita kedepankan
adalah kisah sosok Yusuf yang tampan dan para wanita bangsawan yang tertarik
dengan ketampanannya.
Tidaklah aneh, kaum ibu yang sedang
mengandung/hamil, mendambakan anaknya yang lahir adalah bayi laki-laki yang
tampan seperti Yusuf. Konon kata Kiai atau ustaz yang dia dengar waktu
berceramah, jika seorang ibu yang sedang hamil ingin punya bayi yang cakep,
maka banyak-banyaklah membaca Surat Yusuf. Informasi yang bernilai minus “katanya
Kiai” dipraktikkan.
Si ibu yang sedang hamil pun mengebet-ngebet
Quran, mencari Surat Yusuf, dan membacanya setiap malam. Sebisa-bisanya dia
lakukan. Bagi dia, Surat Yusuf menjadi “anak emas”.
Kalau bayinya sudah lahir, Surat Yusuf tidak
dibaca lagi.
Maryam binti Imran (Maria, ibunda Isa Al
Masih atau Jesus Kristus), tercantum namanya berkali-kali di dalam Al Quran. Bahkan
ada satu surat khusus namanya Surat Maryam (QS 19). Tentang keutamaan
sifat-sifatnya, Allah menjelaskan di dalam firman-Nya, (QS 3: 42) bahwa Maryam
itu wanita terbaik/terpilih pada zamannya. “… Ya, Maryam. Innallaahas thafaaki
wa thahharaki was thafaaki ‘alaa nisaa’Il
‘aalamiin.”
Artinya: …(berkata
malaikat) Ya Maryam. Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan
melebihkan dirimu dari wanita-wanita lain di dunia.
Kaum ibu yang sedang mengandung, kepingin
sekali punya anak perempuan yang cantik dan berakhlak mulia, berkonsultasi
dengan seorang kiai. Katanya kiai, dia disuruh banyak membaca Surat Maryam.
Lagi-lagi si ibu yang sedang hamil dan
kepingin punya anak perempuan yang berakhlak mulia seperti akhlaknya Maryam
melakukan ajaran kiai, yakni banyak membaca Surat Maryam!
Kalau anak sudah lahir, Surat Maryam tidak
dibaca lagi.
Jika perasaan seseorang sedang dicekam
ketakutan karena sedang berada di tempat tertentu, tempat sepi, gelap, atau
sendirian di rumah besar, maka dia berkomat-kamit membaca ayat Qursyi (QS 2:
255), komat-kamit bibirnya membaca Surat Qulhu (Al Ikhlas, QS 112: 1 s.d. 4),
membaca QS An Naas (QS 114: 1 s.d. 6). Kata kiainya, semua jenis setan, ilmu
santet, setan pocong, dedemit, jurig, dll. bakal urung mendekati apa lagi
berani mengganggu.
Jika malam Jumat tiba, Surat Yasin (QS 36: 83
ayat) sebagai surat spesial “anak emas” yang dibaca.
Kalau ingin hidup bahagia di dunia dan
mendapat sorga di akhirat kelak, dijauhkan dari siksa neraka, surat spesial
yang dianakemaskan untuk dibaca adalah Surat Al Waqiah (QS 56: 96 ayat).
Salah
penempatan Quran
Pagi-pagi sekali, hari ini, Senin, 2 Juni
2014. Saya mendengar pengumuman dari marbot masjid lewat pelantang suara
(loudspeaker) masjid, ada berita dukacita, seorang warga meninggal dunia. Akhir
dari pengumumannya, dia mengajak berdoa kepada semua warga, dengan membacakan
Surat Al Fatihah untuk almarhum, agar arwahnya diterima di sisi Allah.
Pesan Surat Al Fatihah ke mana, praktik pesan
ke mana, sama sekali tidak sinkron (kagak nyambung). Surat Al Fatihah itu
pesannya adalah kesaksian kepada Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang, puja-puji
kepada Tuhan Yang Maha Memelihara/mendidik, manusia diperintah untuk menyembah
dan bermohon kepada-Nya, agar diberikan petunjuk seperti Allah memberi petunjuk
kepada umat terbaik terdahulu, dan bermohon agar tidak disesatkan seperti Allah
menyesatkan umat yang tersesat sebelumnya.
Pengumuman seperti itu, ajakan, dan harapan
biasa dilakukan (mentradisi). Sayang, tradisi itu sama sekali tidak sejalan
dengan perintah dan larangan Allah, tidak setentang dengan teladan Nabi saw,
dan pastinya tradisi yang melenceng dari tujuan Quran diturunkan yang sejatinya
untuk dipedomani.
Betapa pesan-pesan cemerlang Allah melalui
wahyunya, tercantum sebagai bahasa komunikasi ayat-ayat Quran, kita yang
mengaku mukmin dan muslim memperlakukannya tidak semestinya.
Pantaskah pesan-pesan cemerlang untuk manusia
yang hidup itu dibacakan di depan mayit yang terbaring kaku, di depan tanah
merah kuburan, atau di makam orang zaman dahulu?
Karena perlakuan kita terhadap ayat atau
surat-surat dari Al Quran seperti itu, menganakaemaskan sebagian kecil dan
menganaktirikan sebagian besar, maka pantaslah kalau orang Islam itu hanya tahu
sebagian kecil saja dari ayat-ayat dan surat-surat dalam Al Quran, maka
pantaslah kalau muslim itu beragama Islam sebagiannya hanya ada di ujung kedua
bibir.
Bagaimana kita berani mengakui dan percaya
diri sebagai umat yang rahmatan lil alamin kalau hanya tahu pesan-pesan agung
Quran sebutir dua butir.
Mana buktinya kalau kita sering mengatakan
bahwa Quran itu adalah harta karun yang tak ternilai harganya, lebih bernilai
dari nilai bumi beserta isinya?
Marilah kita merefleksi diri dan lebih
berintrospeksi. Dogma-dogma usang yang kosong dan tradisi primitif sudah
waktunya kita singkirkan jauh-jauh.
Semoga diskusi ini bisa berkembang lebih luas
lagi.
Amin Allahumma amin.
Jakarta, 2 Juni 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar