Minggu, 01 Juni 2014

BENTUK-BENTUK PELECEHAN OLEH MUSLIM TERHADAP QURANNYA



BENTUK-BENTUK PELECEHAN OLEH MUSLIM TERHADAP QURANNYA
Quran itu sebagai petunjuk dalam mengarungi kehidupan
Rujukan: QS 17: 9
“Inna haadzal Qur’aana yahdii lil latii hiya aqwamu wa yubassyirul mu’miniinal ladziina aamanuu wa ‘amilush shaalihaati anna lahum ajran kabiiraa.”
Artinya:
Sungguh, Al Quran ini memberi petunjuk ke jalan yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebaikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar.

Firman Allah yang dikutip di atas sebenarnya jelas dan gamblang banget! Bahwa Quran itu fungsinya diturunkan kepada manusia agar manusia menjadikannya sebagai petunjuk ke jalan yang lurus.
Pada tempat yang lain, di dalam QS 3: 138, “Haadzaa bayaanul linnaasi wa hudaw wa mau’izatul lil muttaqiin.” 
Artinya:  Inilah (Al Quran) suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
Quran (114 surat; 30 juz; 6.236 ayat) itu petunjuk bagi manusia mengarungi kehidupan di dunia sebagai khalifah di bumi. Semua ayat, yakni 6.236 ayat Quran tanpa kecuali, adalah petunjuk bagi semua manusia yang masih hidup. (Quran bukan petunjuk untuk orang mati, mayit, atau ahli kubur. Quran tertutup untuk orang mati: baru mati, mati kemarin, mati tujuh hari, mati empat puluh hari, atau mati setahun).
Tentu saja Quran itu petunjuk bagi muslim dan mukmin yang percaya kepada kebenaran Quran. Tentu saja petunjuk bagi muslim dan mukmin yang mau mempelajari, memahami, dan mengamalkannya dengan benar.
Memang ada muslim dan mukmin yang mengamalkannya dengan tidak benar?
Ya, adalah, sebagian dari muslim, sebagian dari kita.
Yuk, kita diskusikan!

Kita baru pandai membaca (melafal) Quran saja.
Kita diperintahkan membaca Quran, dan Nabi saw meneladankan membaca  Quran sesuai dengan perintah Allah kepada para sahabatnya. Kemudian Nabi saw memahamkan makna (tersirat) dan mengamalkannya dengan wujud nyata.
Dengan membaca saja, Nabi saw dan para sahabat sudah langsung mengerti pesan-pesan Quran. Mengapa?
Wong Quran bahasane Bahasa Arab, Nabi saw karo sahabate bahasane bahasa Arab, yo langsung mudheng, toh!
Kalau kita, orang Indonesia, berhahasa Indonesia dan bukan berbahasa Arab, tidak mengerti bahasa Arab, bagaimana mungkin cukup dengan membaca saja bisa langsung memahami dan langsung mengamalkan pesan-pesan Quran?
Bagaimana mungkin, muslim Amerika, berhasa Inggris, bisa langsung memahami dan mengamalkan pesan-pesan Quran?
Begitu pun keadaannya dengan orang Uganda, Brazil, atau China!
Sebagian besar dari kita, muslim di Indonesia, sudah berpuas diri dengan kemampuan merapal ayat-ayat Quran.
Orang-orang tua kita, sudah bangga banget kalau anak-anaknya sudah pandai membaca Quran dengan lancar. Pandai dan lancar membaca juz 30 (juz ‘Amma) saja sudah dibangga-banggain, apatah lagi pandai membaca 30 juz.
“Lu emang anak babe yang hebat, Tong! Lu emang anak yang soleh!” puji si Babe yang asli Betawi kepada anaknya.
Para kiai di ponpes bangga banget kalau para santrinya sudah pandai membaca Quran 30 juz, sudah khatam 30 juz, apatah lagi santrinya bisa khatam Quran berkali-kali!
Santri berbangga diri kepada teman-temannya, bahwa dia sudah khatam Quran lebih banyak daripada khataman Quran teman-temannya.
Bangga banget tuh kiai!
“Lu emang santri yang jempolan, Tong! kata kiai yang asli Betawi sambil mengacungkan jempol tangan kanannya.

Kita baru bisanya menghafal ayat-ayat Quran
Syarat sah tidaknya salat adalah membaca Surat Al Fatihah (QS 1: 1 s.d. 7). Tidak sah salat seseorang jika tidak membaca Surat Al Fatihah pada setiap rakaatnya.
Maka doktrin pertama dan utama yang ditanamkan oleh orang tua di rumah, ustaz di sekolah/madrasah, atau kiai di ponpes terhadap anak-anak, murid, atau santri, adalah membelajarkan hafalan Surat Al Fatihah.
Maka senanglah hati orang tua, ustaz, atau kiai kalau anak-anak, murid, atau santri sudah hafal mati Surat Al Fatihah yang tujuh ayat itu.
Soal arti atau makna tujuh ayat Surat Al Fatihah boleh dinomorduakan, boleh ngerti, boleh setengah mengerti, boleh juga tak ngerti.
“Yang penting si Ntong udah apal Al Fatihah!” kata Babe Harun.
“Iye,Beh, Si Ntong ude bole deh ikut solat di Mesjid!” sambut H. Madun sang Ketua Masjid.
“Babe ame Enyak, kalo anak Ente mao pade bise apal Quran, mao pade punye anak yang soleh, Ente kirim aje ke pesantren ane, biar ane didik bace Quran sampe pade apal!” kata Kiai Haji Sibro sambil beriklan.
Ya, kita sudah bangga jika kita bisa menghafal (padahal baru beberapa surat saja) dari dari Al Quran. Paling tidak sepuluh atau dua puluh surat pendek dari 114 surat dari Quran adalah kebanggaan.
Modalitas itulah, hafalan sepuluh dua puluh surat pendek, yang dimiliki oleh sebagian orang dewasa muslim sampai dia berusia paruh baya, bahkan sampai berusia tua renta.

Kita menganakemaskan satu dua surat dari Quran
Dalam Quran, ada banyak kisah yang mengisahkan kejaian nyata yang dialami oleh para rasul, sosok-sosok penting, atau satu dua kaum dari umat manusia.
QS 12 (Surat Yusuf) terdiri atas 109 ayat. Ada 102 ayat yang mengisahkan kehidupan Yusuf (nabi), ayahnya (Nabi Ya’kub) dan saudara-saudaranya (11 orang).
Kisah kehidupan Nabi Yusuf yang dikisahkan dalam ayat-ayat Quran, 102 ayat itu, begitu indah, mengharukan, dan happy ending, hampir tidak kita pahami secara utuh. Yang justru kita kedepankan adalah kisah sosok Yusuf yang tampan dan para wanita bangsawan yang tertarik dengan ketampanannya.
Tidaklah aneh, kaum ibu yang sedang mengandung/hamil, mendambakan anaknya yang lahir adalah bayi laki-laki yang tampan seperti Yusuf. Konon kata Kiai atau ustaz yang dia dengar waktu berceramah, jika seorang ibu yang sedang hamil ingin punya bayi yang cakep, maka banyak-banyaklah membaca Surat Yusuf. Informasi yang bernilai minus “katanya Kiai” dipraktikkan.
Si ibu yang sedang hamil pun mengebet-ngebet Quran, mencari Surat Yusuf, dan membacanya setiap malam. Sebisa-bisanya dia lakukan. Bagi dia, Surat Yusuf menjadi “anak emas”.
Kalau bayinya sudah lahir, Surat Yusuf tidak dibaca lagi.
Maryam binti Imran (Maria, ibunda Isa Al Masih atau Jesus Kristus), tercantum namanya berkali-kali di dalam Al Quran. Bahkan ada satu surat khusus namanya Surat Maryam (QS 19). Tentang keutamaan sifat-sifatnya, Allah menjelaskan di dalam firman-Nya, (QS 3: 42) bahwa Maryam itu wanita terbaik/terpilih pada zamannya. “… Ya, Maryam. Innallaahas thafaaki wa thahharaki was thafaaki  ‘alaa nisaa’Il ‘aalamiin.”
Artinya:  …(berkata malaikat) Ya Maryam. Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan melebihkan dirimu dari wanita-wanita lain di dunia.
Kaum ibu yang sedang mengandung, kepingin sekali punya anak perempuan yang cantik dan berakhlak mulia, berkonsultasi dengan seorang kiai. Katanya kiai, dia disuruh banyak membaca Surat Maryam.
Lagi-lagi si ibu yang sedang hamil dan kepingin punya anak perempuan yang berakhlak mulia seperti akhlaknya Maryam melakukan ajaran kiai, yakni banyak membaca Surat Maryam!
Kalau anak sudah lahir, Surat Maryam tidak dibaca lagi.
Jika perasaan seseorang sedang dicekam ketakutan karena sedang berada di tempat tertentu, tempat sepi, gelap, atau sendirian di rumah besar, maka dia berkomat-kamit membaca ayat Qursyi (QS 2: 255), komat-kamit bibirnya membaca Surat Qulhu (Al Ikhlas, QS 112: 1 s.d. 4), membaca QS An Naas (QS 114: 1 s.d. 6). Kata kiainya, semua jenis setan, ilmu santet, setan pocong, dedemit, jurig, dll. bakal urung mendekati apa lagi berani mengganggu.
Jika malam Jumat tiba, Surat Yasin (QS 36: 83 ayat) sebagai surat spesial “anak emas” yang dibaca.
Kalau ingin hidup bahagia di dunia dan mendapat sorga di akhirat kelak, dijauhkan dari siksa neraka, surat spesial yang dianakemaskan untuk dibaca adalah Surat Al Waqiah (QS 56: 96 ayat).

Salah penempatan Quran
Pagi-pagi sekali, hari ini, Senin, 2 Juni 2014. Saya mendengar pengumuman dari marbot masjid lewat pelantang suara (loudspeaker) masjid, ada berita dukacita, seorang warga meninggal dunia. Akhir dari pengumumannya, dia mengajak berdoa kepada semua warga, dengan membacakan Surat Al Fatihah untuk almarhum, agar arwahnya diterima di sisi Allah.
Pesan Surat Al Fatihah ke mana, praktik pesan ke mana, sama sekali tidak sinkron (kagak nyambung). Surat Al Fatihah itu pesannya adalah kesaksian kepada Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang, puja-puji kepada Tuhan Yang Maha Memelihara/mendidik, manusia diperintah untuk menyembah dan bermohon kepada-Nya, agar diberikan petunjuk seperti Allah memberi petunjuk kepada umat terbaik terdahulu, dan bermohon agar tidak disesatkan seperti Allah menyesatkan umat yang tersesat sebelumnya.
Pengumuman seperti itu, ajakan, dan harapan biasa dilakukan (mentradisi). Sayang, tradisi itu sama sekali tidak sejalan dengan perintah dan larangan Allah, tidak setentang dengan teladan Nabi saw, dan pastinya tradisi yang melenceng dari tujuan Quran diturunkan yang sejatinya untuk dipedomani.
Betapa pesan-pesan cemerlang Allah melalui wahyunya, tercantum sebagai bahasa komunikasi ayat-ayat Quran, kita yang mengaku mukmin dan muslim memperlakukannya tidak semestinya.
Pantaskah pesan-pesan cemerlang untuk manusia yang hidup itu dibacakan di depan mayit yang terbaring kaku, di depan tanah merah kuburan, atau di makam orang zaman dahulu?
Karena perlakuan kita terhadap ayat atau surat-surat dari Al Quran seperti itu, menganakaemaskan sebagian kecil dan menganaktirikan sebagian besar, maka pantaslah kalau orang Islam itu hanya tahu sebagian kecil saja dari ayat-ayat dan surat-surat dalam Al Quran, maka pantaslah kalau muslim itu beragama Islam sebagiannya hanya ada di ujung kedua bibir.
Bagaimana kita berani mengakui dan percaya diri sebagai umat yang rahmatan lil alamin kalau hanya tahu pesan-pesan agung Quran sebutir dua butir.
Mana buktinya kalau kita sering mengatakan bahwa Quran itu adalah harta karun yang tak ternilai harganya, lebih bernilai dari nilai bumi beserta isinya?
Marilah kita merefleksi diri dan lebih berintrospeksi. Dogma-dogma usang yang kosong dan tradisi primitif sudah waktunya kita singkirkan jauh-jauh.
Semoga diskusi ini bisa berkembang lebih luas lagi.
Amin Allahumma amin.
Jakarta, 2 Juni 2016


Tidak ada komentar:

Posting Komentar