Minggu, 29 Juni 2014

PUASA DAN PIALA DUNIA 2014

PUASA DAN PIALA DUNIA 2014
Piala Dunia 2014 adalah ejawantah ajaran Islam
Dalam tulisan awal tentang hubungan Piala Dunia 2014 dengan pesan-pesan Al Quran sudah dibahas, bahwa Piala Dunia 2014 dengan segala perniknya (dan juga Piala Dunia sebelumnya) sama dan sebangun, penyelenggaraan Piala Dunia 2014 sebagai ejawantah nyata manusia melakoni hidupnya untuk survive.
Piala Dunia sepak bola tidak bisa dipisahkan dengan ajaran Islam. Berkompetisi adu kompetensi, kemampuan, keterampilan, dan praktik motorik antarmanusia dianjurkan sekali oleh Islam. Manusia yang siap bersaing dan memiliki sikap kompetitif mendapat tempat utama dalam pandangan Allah.
Allah menyuruh hamba-Nya berjuang. Profesi apa saja yang disandang dan dilakoni adalah manusia pejuang. Salah satu profesi yang sangat mentereng adalah profesi pesepak bola profesional (professional football player).
Piala Dunia 2014 adalah dakwah bil hal
Pesepak bola itu langsung menunjukkan cara berjuang yang sesungguhnya ketika sedang bertanding di lapangan hijau.  Mereka berjuang menunjukkan keterampilan yang dimiliki. Mereka terluka, terkilir, benjut-benjut, cedera parah, mengerang kesakitan, bolak-balik meja operasi, bahkan ada yang mati di lapangan. Sebagai manusia, mereka adalah pejuang
Mereka semakin matang karena rajin berlatih, banyak melakukan pertandingan, keterampilan teknis makin tinggi, nama makin tenar berkibar, dan manfaatnya, tawaran kontrak menanti dengan nilai kontrak yang fantastis mahal.
Christiano Ronaldo, Lionel Messi, Gareth Bale, Radamel Falcao, Edison Cavani, Ibrahimovich Abra Kadabra, dan Neymar Jr. adalah contoh nyata sosok pesepak bola profesional yang sangat sukses.
Sepak bola bukan lagi sebuah jenis olah raga hiburan (fun) semata. Sepak bola sekarang berubah menjadi gurita bisnis industri raksasa yang melibatkan bisnis uang triliunan rupiah. Pemain sepak bola bermain bola bukan lagi sekedar hobi semata, melainkan sebagai profesi yang menjanjikan dan memiliki masa depan sangat cerah. Pesepak bola profesional mendulang uang miliaran rupiah per sekali menandatangani kontrak dengan klub. Tentu lebih hebat lagi pesepak bola profesional yang bernaung di bawah payung klub-klub papan atas di benua Eropa dan Amerika Latin.
Lanjutan Piala Dunia 2014
Pesepak Bola di Piala Dunia 2014 dan ibadah puasa Ramadan 1435 H.
Ibadah puasa diwajibkan bagi setiap muslim, termasuk pula pesepak bola muslim yang sedang berlaga di Piala Dunia 2014, Brazil. Cukup banyak pesepak bola muslim yang bisa berkesempatan berlaga membela negara-negara masing-masing di ajang Piala Dunia 2014.
Negara yang dibela boleh berbeda, tetapi mereka yang muslim dipersatukan sikap dan tindaknya melalui ibadah-ibadah khas, salah satunya adalah ibadah puasa. Mereka, para pesepak bola yang muslim, memahami bahwa berpuasa pada bulan Ramadan adalah kewajiban individual yang harus dilakukan.
Bukankah latihan-latihan fisik yang dilakoni para pesepak bola menguras tenaga dan mengendorkan stamina? Mampukah mereka bermain baik ketika sedang menegakkan ibadah puasa?
Bukankah pertandingan selama 2 x 45 menit itu dilakoni fisik dan mental mereka dirasakan sangat berat?
Adakah alasan syariah yang membolehkan mereka tidak berpuasa ketika mereka sedang berjuang membela kehormatan negara dan bangsa masing-masing?
Yuriidullaaha bikumul yusraa wa laa yuriidu bikumul ‘usra.
Allah memudahkanmu dan Allah tidak menyusahkamu (QS 2: 185)
Mereka datang dari berbagai negara yang jauh dan telah hadir di Brazil yang berjarak ribuan kilometer? Mereka adalah pelaku safar/safarin (perjalanan jauh). Nah, barangsiapa yang sedang dalam safar (menempuh perjalanan) boleh meninggalkan puasa tetapi harus menggantinya pada hari-hari lain.
Pertandingan dalam Piala Dunia adalah sebuah pembelajaran yang multiranah. Ada ranah sikap, ranah pengetahuan, dan ranah keterampilan pastinya. Pesepak bola yang bertanding dan penonton/pemirsa adalah pelaku/subjek pembelajaran tidak langsung. Pertandingan adalah sebuah suguhan pembelajaran dan bukan sekedar suguhan hiburan.
Orang yang melakukan pembelajaran sebenarnya adalah berdakwah. Para pemain sepakbola itu sebenarnya adalah pelaku dakwah bil hal (performa atau unjuk kerja). Mereka datang dari delapan penjuru dunia yang sangat jauh dari Brazil, mereka melakukan perjalanan (safar), dan mereka pun harus bertarung habis-habisan.
Dalam ajaran Islam, orang yang berdakwah itu adalah mujahid (orang yang berjihad). Orang yang berjihad bersamaan dengan kehadiran puasa Ramadan itu diperbolehkan meninggalkan puasa, tetapi wajib menggantikan puasa pada hari-hari lain sebanyak hari tidak berpuasa.
Hadir dan bertanding di perhelatan Piala Dunia adalah jihad bagi setiap pesepak bola yang sedang membela negerinya, prestasi dan prestige, serta kehormatan negaranya. Setiap muslim yang sedang melakukan jihad membela kemuliaan dan prestige negara, bangsa, dan kehormatan masyarakatnya diberi kemudahan atau keringanan (rukhshah) oleh Allah, yaitu boleh meninggalkan puasa, asalkan diganti pada hari-hari lain.
Bersambung ….

Lanjutan Piala Dunia 2014
Ibadah puasa Ramadan bukan kendala bagi pesepak bola muslim
Akan tetapi, bagaimana dengan pesepak bola muslim yang berkeinginan menjalankan puasa padahal sedang berjihad (bertanding) di ajang Piala Dunia 2014 di Brazil yang beriklim panas dengan tingkat kelembaban tinggi?
Sebagian ahli gizi dan kesehatan fisik (physical health) mengatakan bahwa latihan dan pertandingan yang dilakoni oleh pemain sepak bola sangat berat dan menguras tenaga dan ketahanan fisik. Oleh sebab itu kekuatan fisik seorang pemain sepak bola di level Piala Dunia haruslah prima. Masukan makanan yang bergizi yang cukup adalah tuntutan.
Pemain sepak bola yang sedang berpuasa tidak bisa maksimal mengikuti program latihan dan pertandingan yang keras dan berat. Kondisi fisik bisa mengalami dehidrasi dan kekuatan fisik bisa menurun, fisik lemah, dan daya tahan (stamina) untuk mampu bermain selama 90 menit pun merosot.
Akibatnya, prestasi tidak memadai. Bisa saja dia ikut bertanding,  namun kemampuan fisiknya cepat melemah, kondisi mental kejiwaan terganggu, dan yang jelas, dalam pertandingan dia akan cepat lelah, kemudian ujung-ujungnya akan kalah.
Allah Maha Tahu tentang hamba-Nya. Allah Maha Tahu tentang pesepak bola muslim seperti Mesut Ozil yang membela timnas Jerman, Mohamed Besic yang membela Bosnia Herzegovina, Douda dan A. Ayew yang membela Nigeria, Yaya dan Kolo Toure bersaudara yang membela Pantai Gading, dan juga Karim Benzema yang membela Prancis, serta pesepak bola muslim terbanyak yang berada di timnas Aljazair.
Allah Maha Tahu isi hati mereka.
Karena itu, mereka berpuasa atau tidak berpuasa, merasa cukup kuat atau tidak kuat untuk melaksanakan puasa, mereka sendiri yang tahu. Mereka adalah muslim, menunjukkan semangat berkompetisi,  bertanding penuh sportifitas membela kehormatan bangsa dan negeri, yang direstui Allah tentunya (tidak dilarang).
Kalau mereka bisa merengkuh prestasi tinggi, bisa tampil di ajang bergengsi Piala Dunia, mendapat nilai kontrak meroket, bayaran dan gaji tinggi, bisa hidup mewah, bahkan bisa membeli isi dunia, semua yang mereka raih karena perjuangan keras selama bertahun-tahun.
Kita tidak perlu iri hati apa lagi sampai susah hati (susah melihat orang senang).
Maka, Allah cukup menjadi penyaksi
Kalau kita juga mau sukses, kita juga harus berjuang keras bertahun-tahun.
Kalau pesepak bola Indonesia ingin sukses, dia harus berjuang keras pula.
Kalau pesepak bola yang muslim ingin juga sukses seperti Mesut Osil, Thiery Henry, atau Karim Benzema, maka belajarlah dari mereka.
Pesepak bola muslim yang sukses, pastilah tunduk dan patuh kepada perintah Allah dan menjauhi larangan Allah. Pastilah mereka salat, berzakat, berpuasa, berhaji, dan menunaikan ibadah yang lainnya. Kualitas keimanan dan ketakwaan seorang pemain sepak bola muslim cukuplah Allah Yang Maha Menyaksikan.
Senyampang perhelatan Piala Dunia 2014 sedang berlangsung dan bersamaan dengan kehadiran ibadah puasa Ramadan 1435 H., senyampang proses dakwah bil hal 64 pertandingan sepak bola kelas dunia, mari kita petik dakwah bil hal efektif dan gratis via layar tv ini.
Artinya apa?
Jangan kita pisahkan urusan Piala Dunia 2014 dengan ibadah Ramadan. Jangan kita pisahkan perhelatan Piala Dunia 2014 dengan ajaran Islam. Jangan kita pisahkan pesan ayat-ayat Quran dengan Perhelatan Piala Dunia yang telah terselenggara, sedang terselenggara, dan yang akan terselenggara pada masa yang akan datang, sampai zaman akhir kehidupan manusia.
Selamat menikmati suguhan tontonan Piala Dunia 2014, selamat menempuh ibadah puasara Ramadan 1435 H dengan sukacita, dan selamat menikmati karunia Allah.
Jakarta, 29 Juni 2014

 

Bersambung ….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar