Persamaan dan
Perbedaaan
Persamaan
Yuki Irawan dan Ahmad
Fatanah sama-sama lelaki, Usia keduanya sekitar in their fourties/empat puluhan. Keduanya pengusaha. Yuki pengusaha
daur ulang sampah aluminium voil dan pabrik kuali/panci. Ahmad Fatanah juga pengusaha
besar (kayaknya punya peternakan sapi dan usaha impor daging sapi).
Yang namanya
pengusaha pasti punya karyawan/pekerja agar tujuan sebagai pengusaha tercapai
(Terry bilang, management is getting done
by (through) the people. Keduanya pun begitu. Yuki punya buruh puluhan
orang yang bekerja di pabriknya. Ahmad Fathanah (mungkin) punya buruh banyak
pula (kalau memang dia punya peternakan sapi atau pengusaha ekspor impor daging
sapi). Berkat jasa para buruh/pekerja, Yuki dan Ahmad Fathanah sukses sebagai
pengusaha. Indikatornya punya duit banyak, punya harta melimpah, punya rumah
dan kendaraan mewah lebih dari satu. Yuki dengan suka hati menggelontorkan dana
besar untuk memenangkan calon kades yang didukungnya, Mursan sang adik ipar,
dan mendanai para begundal centeng dan tiga orang oknum aparat Brimob bermental
keparat. Ahmad Fathanah juga suka menghambur-hamburkan duit untuk membiayai
sebuah parpol besar yang katanya partai bersih (PKS) karena boleh jadi dia itu
kader PKS yang kebelet nyaleg (walaupun
berita itu tidak benar dan sudah dibantah dengan jurus-jurus usang yang
dibungkus).
Perbedaan Yuki Irawan
dengan Ahmad Fatanah
Yuki Irawan memiliki
banyak buruh yang siap sedia disuruh-suruh walaupun gaji mereka cuma diterima separuh
dan lebih banyak dalam keadaan tidak utuh. Alasan Yuki katanya ditabung demi
pengamanan untuk persiapan usia sepuh. Yuki tahu betul para buruh yang datang
dari kabupaten yang jauh-jauh itulah yang butuh. Yuki rupanya lebih paham dari
kita ikhwal fatwanya Niccolo Machiavelli, the
objective justifies the means (demi tujuan menghalalkan segala macam cara)
dan kepahamannya itu dipraktikkan berbisnis pabrik kuali ala Yahudi anomali ala
iblis. Yuki itu mirip drakula yang hobi mengisap darah. Praktik hubungan dua
pihak bukan hubungan dwi-partite pengusaha
– buruh yang lazim/lumrah sebagaimana
mestinya melainkan hubungan tuan – budak yang lalim. Sepak terjang Yuki yang
tidak manusiawi itu adalah sebuah tragedi perburuhan yang menjadi ironi hubungan
antarmanusia dan harus diakhiri. Yuki pun ditangkap dan digelandang ke kantor
polisi untuk dijadikan penghuni sel pengap di balik jeruji besi. Yuki, para
begundal centengnya, dan dua tiga oknum Brimob yang suka pamer tembakan itu
akan merasakan bahwa perlakuan tirani yang melanggar hak asasi manusia akhirnya
berganjar berbalas pasti.
Kalau Ahmad Fathanah
ceritanya lain lagi. Kalau melihat tayangan bertubi-tubi di televisi dan
membaca berita-berita koran, Ahmad Fathanah itu kayaknya seorang dermawan melebihi
kedermawanan sinterklas yang cuma kasih hadiah kepada orang-orang sekali
setahun. Ahmad Fathanah memperoleh harta dan uang melimpah dengan cara yang
halus sehingga berderma pun dengan cara yang halus (tetapi bukan untuk sesajen
makhluk halus). Ahmad Fathanah lebih santun memberi sumbangan berupa barang
mewah dan juga fulus (tulus ikhlas
tanpa mengharap balas) melebihi kedermawan seorang Robin Hood, Bang Pitung, Bang
Jampang, Jaka Sembung, Bajing Ireng, atau Simon Bolivar.
Hebatnya lagi! Ahmad
Fathanah yang pengusaha itu (?) amat dermawan berhati lembut selembut sutera
dan tentu saja bertolak belakang dengan hatinya si Yuki “hati batu” Irawan.
Ahmad Fathanah yang superdermawan menyamai kedermawanan Sylvio Berlusconi yang
empunya FC AC Milan, si gaek boss
majalah Play Boy Hugh Heffner, atau satria
titisan dewa Wisnu, Raden Bambang Irawan. Dia bukan saja kasih para pekerja
hadiah dan THR Lebaran, tetapi juga menghadiahi orang lain yang sebatas teman
yang baru dikenal beberapa pekan atau satu dua bulan, para wanita berwajah
rupawan: tas mahal, jam tangan mahal, mobil baru, sampai intan berlian. Siapa
mereka gerangan?
Nggak levelnya Ahmad Fathanah yang katanya pengusaha mapan
kalau punya relasi, sejawat, atau teman
wanita selevel sales promotion girl
(SPG), buruh pabrikan, atau karyawan/karyawati berwajah pas-pasan. Amboi! Mereka
itu kalangan selebritas dunia artis model yang keseksiannya setara wanita model
majalah Play Boy,Coy!
Wanita-wanita
rupawan, dari berbagai kalangan, profesi, atau kedudukan, atau apa pun namanya
profesi yang disandang, adalah munafik dan bohong besar jika mereka menolak
diberi hadiah benda/barang berharga oleh seorang laki-laki, apatah lagi benda
supermahal. Zaman sekarang, seorang wanita dari kalangan apa pun, apatah lagi
wanita rupawan, tak sudi lagi menerima lelaki yang cuma menyatakan cinta dengan
menyerahkan sekuntum bunga (kecuali bunga hasil deposito bernilai milyaran
rupiah), umbar janji gombal, atau barang logam/metal imitasi, atau mobil plat
bodong abal-abal. Ikhwal cara barang hadiah itu diperoleh si pemberi, bukan
urusan mereka, apakah didapat dengan cara haram atau halal, legal atau ilegal.
Ahmad Fathanah
rupanya setali tiga uang dengan Djoko Susilo, Puspo Wardoyo, dan Eyang Subur. Mereka
suka mengoleksi banyak wanita, baik
sebatas teman, gundik, isteri siri, atau
isteri resmi. Djoko Susilo menikahi wanita cantik lalu memberi mereka
berbagai macam hadiah dan memang suami pantas memberi hadiah kepada isteri,
dua, tiga, atau empat. Puspo Wardoyo juga menikahi empat wanita dan memberi
hadiah kepada keempat isteri pantas-pantas saja dan seharusnya/sunnatullah. Eyang Subur juga memberi
berbagai macam barang kepada para wanita sebagai penguat pelet/daya tarik di
samping mata yang tajam menatap, dan kemudian menikahi mereka sampai ada
delapan atau sembilan orang dan hidup seatap. Mereka senang dan bangga dipeluk
didekap si gaek yang ternyata masih mantap, tidur lelap, dan tidak satu pun
wanita yang diperistri itu mengeluh, menangis, atau meratap.
Akan halnya Ahmad
Fathanah, dia jauh lebih dermawan. Bayangkan! Model cantik berstatus janda
dengan dua anak. Vitalia Shesya, padahal baru berkenalan beberapa pekan, dikasihnya
berlian, jam tangan Chopard, dan
mobil Honda Jazz B 15 VTA warna putih, atas nama Vita, yang dibayar kontan. Katanya pemberian tulus
ikhlas karena Vitalia dan anak-anaknya perlu kendaraan buat jalan-jalan. Si
cantik penyanyi dangdut Tri Kurnia dihadiahinya mobil Honda Freed B 881 LAA, jam tangan Rolex, dan
gelang Hermes bertatahkan berlian. Si cantik Septi Sanustika yang konon sudah
menjadi isterinya dihadiahi mobil mewah Toyota Alphard. Sebelumnya, si gadis manis sang mahasiswi PTS, Maharani
Suciyono, disalamtempeli uang kontan sepuluh juta rupiah padahal cuma menemani date/kencan duduk berdua-duaan di sebuah
kamar hotel yang durasinya belum juga jam-jaman (entah uang sepuluh juta rupiah
itu menjadi milik Suciyani entah cuma sekedar mampir di tangan karena disita
olek KPK). Lalu, kita kaget terheran-heran, sosok artis tenar Ayu Azhari pun dengan
Ahmad Fathanah disangkutpautkan! Fakta bukan fitnah-fitnahan! Ayu Azhari dikasih
uang Rp 20.000.000,- dan $1.800 sebagai bonus tambahan karena katanya Ahmad
Fathanah dan PKS mau bikin perhelatan. Semua itu fakta yang sudah jelas
ketahuan!
Harap diingat atau dijadikan
catatan! Tak ada manusia hidup tanpa pamrih tanpa berharap imbalan. Bahkan
sekali pun kepada Tuhan. Allah justru menyuruh manusia mengabdi kepada-Nya
dengan imbalan pahala-pahala yang menjanjikan. Allah menyuruh menjalin
silaturahim dalam wujud “take and give”
sesama insan. Kita manusia pun berlomba-lomba untuk take and give mengejar ganjaran/imbalan. Masalahnya, dasar take and give itu tulus “nothing to loose” ikhlas atau “ikhlas” “nothing is free” karena ada udang di
balik batu yang menjadi tujuan.
Tri Kurnia Puspita,
Vitalia, sang isteri Septi Sanustika, dan Ayu Azhari dengan ikhlas walau terasa pahit dan berat mengembalikan
barang-barang mahal pemberian Ahmad Fathanah karena kesadaran penuh hasil dari
renungan, refleksi, dan pembelajaran. Mereka menjadi lebih arif dan bijaksana
menyikapi, bahwa pemberian barang mahal dari seorang lelaki tak ada yang gratis
atau prodeo. Mereka menjadi tahu sosok Ahmad Fathanah yang mereka kenal sebagai
pengusaha yang dermawan hanyalah satu dari sekian banyak lelaki parasit negara,
koruptor, dan seorang lelaki don juan.
Hanya tinggal Septi yang masih tetap bertahan karena Septi adalah istri sah
Ahmad Fathanah dan tentu saja rajin datang menyambangi suami di sel tahanan.
Tri Kurnia, Vitalia, dan Ayu Azhari justru kerepotan karena harus mondar-mandir
ke gedung KPK untuk memberikan klarifikasi dan keterangan. Uang jutaan rupiah
dan barang-barang mewah berupa mobil pemberian Ahmad Fathanah hanya mampir
diparkir cuma sekelebatan. Boleh jadi nama Ahmad Fathanah cuma tinggal kenangan,
boleh jadi pula terlupakan, kagak lagi kepikiran karena malu-maluin atau malu besar bukan buatan.
Ahmad Fathanah bukan
saja terlibat tindak pidana korupsi kasus suap daging sapi impor yang pasti
segar, tetapi juga kasus money laundry, dan kasus menghambur-hamburkan uang untuk hobinya
mengoleksi “daging mentah” yang pasti jauh lebih segar dari daging sapi segar
dari Australia atau Amerika sekali pun.
Tolong, para pembaca,
saya titip pesan sebagai penyambung amanah (mengutip pesan dari keluarga
besarnya), agar sepak terjang Ahmad Fathanah tidak dikaitkan dengan almarhum
ayahnya, ulama Makassar K.H. Luran, dan juga keluarga besarnya. Yang jelas
Ahmad Fathanah itu anak kedelapan dari seorang kiai kharismatis. Kasus yang
melilitnya terjadi karena dia yang berulah dan tentu saja dia yang bertanggung
jawab. Siapa yang berbuat dia yang bertanggung jawab. Lihat dan simak QS 6:
164.
Betul, betul, betul,
Tuan! Dosa anak ditanggung anak dan bukan tanggungan ayah. Dosa ayah ditanggung
ayah dan bukan tanggungan anak. Dosa orang per orang ditanggung masing-masing.
Kalau begitu, urusan dosa dan pahala urusan masing-masing. Ayah jangan berharap
mendapat pertolongan/syafaat dari
anak. Anak jangan berharap mendapat syafaat
dari ayah. Nabi Musa tidak akan mampu memberi syafaat kepada umatnya. Nabi Isa Almasih tidak akan bisa menebus
dosa umatnya (soal kepercayaan umat Nasrani adalah soal lain). Orang Islam yang
hidup dari zaman kelahiran Islam sampai zaman sekarang ini jangan berharap
mendapat syafaat dari nenek moyang.
Orang Islam jangan berharap mendapat syafaat
dari Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, sampai kepada Nabi Muhammad. Semua rasul hanya
diberi kewenangan sebagai penyampai ajaran (daa’iyan),
penyaksi tauhid (syaahidan), pembawa
berita gembira (mubassyiran), dan
sekaligus pemberi peringatan (nadziiran).
Lihat dan simak QS 33: 45 s.d. 47. Tak ada wahyu Allah yang memberi tambahan
khusus kepada Nabi Muhammad saw sebagai pemberi syafaat. Inilah ajaran Islam yang lurus dan tak terbantahkan.
Untuk sebuah
kebenaran, walaupun pahit, katakan, sampaikan, dan jangan pernah kata jemu dan
bosan terucapkan!
Jakarta, 9 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar