Jumat, 10 Mei 2013

YUKI ‘DRAKULA’ IRAWAN DAN AHMAD FATANAH KOLEKTOR ‘’DAGING MENTAH”




Persamaan dan Perbedaaan
Persamaan
Yuki Irawan dan Ahmad Fatanah sama-sama lelaki, Usia keduanya sekitar in their fourties/empat puluhan. Keduanya pengusaha. Yuki pengusaha daur ulang sampah aluminium voil dan pabrik kuali/panci. Ahmad Fatanah juga pengusaha besar (kayaknya punya peternakan sapi dan  usaha impor daging sapi).

Yang namanya pengusaha pasti punya karyawan/pekerja agar tujuan sebagai pengusaha tercapai (Terry bilang, management is getting done by (through) the people. Keduanya pun begitu. Yuki punya buruh puluhan orang yang bekerja di pabriknya. Ahmad Fathanah (mungkin) punya buruh banyak pula (kalau memang dia punya peternakan sapi atau pengusaha ekspor impor daging sapi). Berkat jasa para buruh/pekerja, Yuki dan Ahmad Fathanah sukses sebagai pengusaha. Indikatornya punya duit banyak, punya harta melimpah, punya rumah dan kendaraan mewah lebih dari satu. Yuki dengan suka hati menggelontorkan dana besar untuk memenangkan calon kades yang didukungnya, Mursan sang adik ipar, dan mendanai para begundal centeng dan tiga orang oknum aparat Brimob bermental keparat. Ahmad Fathanah juga suka menghambur-hamburkan duit untuk membiayai sebuah parpol besar yang katanya partai bersih (PKS) karena boleh jadi dia itu kader PKS yang kebelet nyaleg (walaupun berita itu tidak benar dan sudah dibantah dengan jurus-jurus usang yang dibungkus).
Perbedaan Yuki Irawan dengan Ahmad Fatanah
Yuki Irawan memiliki banyak buruh yang siap sedia disuruh-suruh walaupun gaji mereka cuma diterima separuh dan lebih banyak dalam keadaan tidak utuh. Alasan Yuki katanya ditabung demi pengamanan untuk persiapan usia sepuh. Yuki tahu betul para buruh yang datang dari kabupaten yang jauh-jauh itulah yang butuh. Yuki rupanya lebih paham dari kita ikhwal fatwanya Niccolo Machiavelli, the objective justifies the means (demi tujuan menghalalkan segala macam cara) dan kepahamannya itu dipraktikkan berbisnis pabrik kuali ala Yahudi anomali ala iblis. Yuki itu mirip drakula yang hobi mengisap darah. Praktik hubungan dua pihak  bukan hubungan dwi-partite pengusaha – buruh yang lazim/lumrah  sebagaimana mestinya melainkan hubungan tuan – budak yang lalim. Sepak terjang Yuki yang tidak manusiawi itu adalah sebuah tragedi perburuhan yang menjadi ironi hubungan antarmanusia dan harus diakhiri. Yuki pun ditangkap dan digelandang ke kantor polisi untuk dijadikan penghuni sel pengap di balik jeruji besi. Yuki, para begundal centengnya, dan dua tiga oknum Brimob yang suka pamer tembakan itu akan merasakan bahwa perlakuan tirani yang melanggar hak asasi manusia akhirnya berganjar berbalas pasti.
Kalau Ahmad Fathanah ceritanya lain lagi. Kalau melihat tayangan bertubi-tubi di televisi dan membaca berita-berita koran, Ahmad Fathanah itu kayaknya seorang dermawan melebihi kedermawanan sinterklas yang cuma kasih hadiah kepada orang-orang sekali setahun. Ahmad Fathanah memperoleh harta dan uang melimpah dengan cara yang halus sehingga berderma pun dengan cara yang halus (tetapi bukan untuk sesajen makhluk halus). Ahmad Fathanah lebih santun memberi sumbangan berupa barang mewah dan juga fulus (tulus ikhlas tanpa mengharap balas) melebihi kedermawan seorang Robin Hood, Bang Pitung, Bang Jampang, Jaka Sembung, Bajing Ireng, atau Simon Bolivar.

Hebatnya lagi! Ahmad Fathanah yang pengusaha itu (?) amat dermawan berhati lembut selembut sutera dan tentu saja bertolak belakang dengan hatinya si Yuki “hati batu” Irawan. Ahmad Fathanah yang superdermawan menyamai kedermawanan Sylvio Berlusconi yang empunya FC AC Milan, si gaek boss majalah Play Boy Hugh Heffner, atau satria titisan dewa Wisnu, Raden Bambang Irawan. Dia bukan saja kasih para pekerja hadiah dan THR Lebaran, tetapi juga menghadiahi orang lain yang sebatas teman yang baru dikenal beberapa pekan atau satu dua bulan, para wanita berwajah rupawan: tas mahal, jam tangan mahal, mobil baru, sampai intan berlian. Siapa mereka gerangan?
Nggak levelnya Ahmad Fathanah yang katanya pengusaha mapan kalau punya relasi, sejawat,  atau teman wanita selevel sales promotion girl (SPG), buruh pabrikan, atau karyawan/karyawati berwajah pas-pasan. Amboi! Mereka itu kalangan selebritas dunia artis model yang keseksiannya setara wanita model majalah Play Boy,Coy!
Wanita-wanita rupawan, dari berbagai kalangan, profesi, atau kedudukan, atau apa pun namanya profesi yang disandang, adalah munafik dan bohong besar jika mereka menolak diberi hadiah benda/barang berharga oleh seorang laki-laki, apatah lagi benda supermahal. Zaman sekarang, seorang wanita dari kalangan apa pun, apatah lagi wanita rupawan, tak sudi lagi menerima lelaki yang cuma menyatakan cinta dengan menyerahkan sekuntum bunga (kecuali bunga hasil deposito bernilai milyaran rupiah), umbar janji gombal, atau barang logam/metal imitasi, atau mobil plat bodong abal-abal. Ikhwal cara barang hadiah itu diperoleh si pemberi, bukan urusan mereka, apakah didapat dengan cara haram atau halal, legal atau ilegal.
Ahmad Fathanah rupanya setali tiga uang dengan Djoko Susilo, Puspo Wardoyo, dan Eyang Subur. Mereka suka mengoleksi banyak wanita,  baik sebatas teman, gundik, isteri siri, atau  isteri resmi. Djoko Susilo menikahi wanita cantik lalu memberi mereka berbagai macam hadiah dan memang suami pantas memberi hadiah kepada isteri, dua, tiga, atau empat. Puspo Wardoyo juga menikahi empat wanita dan memberi hadiah kepada keempat isteri pantas-pantas saja dan seharusnya/sunnatullah. Eyang Subur juga memberi berbagai macam barang kepada para wanita sebagai penguat pelet/daya tarik di samping mata yang tajam menatap, dan kemudian menikahi mereka sampai ada delapan atau sembilan orang dan hidup seatap. Mereka senang dan bangga dipeluk didekap si gaek yang ternyata masih mantap, tidur lelap, dan tidak satu pun wanita yang diperistri itu mengeluh, menangis, atau meratap.
Akan halnya Ahmad Fathanah, dia jauh lebih dermawan. Bayangkan! Model cantik berstatus janda dengan dua anak. Vitalia Shesya, padahal baru berkenalan beberapa pekan, dikasihnya berlian, jam tangan Chopard, dan mobil Honda Jazz B 15 VTA warna putih, atas nama Vita,  yang dibayar kontan. Katanya pemberian tulus ikhlas karena Vitalia dan anak-anaknya perlu kendaraan buat jalan-jalan. Si cantik penyanyi dangdut Tri Kurnia dihadiahinya mobil Honda Freed B 881 LAA, jam tangan Rolex, dan gelang Hermes bertatahkan berlian.  Si cantik Septi Sanustika yang konon sudah menjadi isterinya dihadiahi mobil mewah Toyota Alphard. Sebelumnya, si gadis manis sang mahasiswi PTS, Maharani Suciyono, disalamtempeli uang kontan sepuluh juta rupiah padahal cuma menemani date/kencan duduk berdua-duaan di sebuah kamar hotel yang durasinya belum juga jam-jaman (entah uang sepuluh juta rupiah itu menjadi milik Suciyani entah cuma sekedar mampir di tangan karena disita olek KPK). Lalu, kita kaget terheran-heran, sosok artis tenar Ayu Azhari pun dengan Ahmad Fathanah disangkutpautkan! Fakta bukan fitnah-fitnahan! Ayu Azhari dikasih uang Rp 20.000.000,- dan $1.800 sebagai bonus tambahan karena katanya Ahmad Fathanah dan PKS mau bikin perhelatan. Semua itu fakta yang sudah jelas ketahuan!
Harap diingat atau dijadikan catatan! Tak ada manusia hidup tanpa pamrih tanpa berharap imbalan. Bahkan sekali pun kepada Tuhan. Allah justru menyuruh manusia mengabdi kepada-Nya dengan imbalan pahala-pahala yang menjanjikan. Allah menyuruh menjalin silaturahim dalam wujud “take and give” sesama insan. Kita manusia pun berlomba-lomba untuk take and give mengejar ganjaran/imbalan. Masalahnya, dasar take and give itu tulus “nothing to loose” ikhlas atau “ikhlas” “nothing is free” karena ada udang di balik batu yang menjadi tujuan.
Tri Kurnia Puspita, Vitalia, sang isteri Septi Sanustika, dan Ayu Azhari  dengan ikhlas walau terasa pahit dan berat mengembalikan barang-barang mahal pemberian Ahmad Fathanah karena kesadaran penuh hasil dari renungan, refleksi, dan pembelajaran. Mereka menjadi lebih arif dan bijaksana menyikapi, bahwa pemberian barang mahal dari seorang lelaki tak ada yang gratis atau prodeo. Mereka menjadi tahu sosok Ahmad Fathanah yang mereka kenal sebagai pengusaha yang dermawan hanyalah satu dari sekian banyak lelaki parasit negara, koruptor, dan seorang lelaki don juan. Hanya tinggal Septi yang masih tetap bertahan karena Septi adalah istri sah Ahmad Fathanah dan tentu saja rajin datang menyambangi suami di sel tahanan. Tri Kurnia, Vitalia, dan Ayu Azhari justru kerepotan karena harus mondar-mandir ke gedung KPK untuk memberikan klarifikasi dan keterangan. Uang jutaan rupiah dan barang-barang mewah berupa mobil pemberian Ahmad Fathanah hanya mampir diparkir cuma sekelebatan. Boleh jadi nama Ahmad Fathanah cuma tinggal kenangan, boleh jadi pula terlupakan, kagak lagi kepikiran karena malu-maluin atau malu besar bukan buatan.
Ahmad Fathanah bukan saja terlibat tindak pidana korupsi kasus suap daging sapi impor yang pasti segar, tetapi juga kasus money laundry,  dan kasus menghambur-hamburkan uang untuk hobinya mengoleksi “daging mentah” yang pasti jauh lebih segar dari daging sapi segar dari Australia atau Amerika sekali pun. 
Tolong, para pembaca, saya titip pesan sebagai penyambung amanah (mengutip pesan dari keluarga besarnya), agar sepak terjang Ahmad Fathanah tidak dikaitkan dengan almarhum ayahnya, ulama Makassar K.H. Luran, dan juga keluarga besarnya. Yang jelas Ahmad Fathanah itu anak kedelapan dari seorang kiai kharismatis. Kasus yang melilitnya terjadi karena dia yang berulah dan tentu saja dia yang bertanggung jawab. Siapa yang berbuat dia yang bertanggung jawab. Lihat dan simak QS 6: 164.
Betul, betul, betul, Tuan! Dosa anak ditanggung anak dan bukan tanggungan ayah. Dosa ayah ditanggung ayah dan bukan tanggungan anak. Dosa orang per orang ditanggung masing-masing. Kalau begitu, urusan dosa dan pahala urusan masing-masing. Ayah jangan berharap mendapat pertolongan/syafaat dari anak. Anak jangan berharap mendapat syafaat dari ayah. Nabi Musa tidak akan mampu memberi syafaat kepada umatnya. Nabi Isa Almasih tidak akan bisa menebus dosa umatnya (soal kepercayaan umat Nasrani adalah soal lain). Orang Islam yang hidup dari zaman kelahiran Islam sampai zaman sekarang ini jangan berharap mendapat syafaat dari nenek moyang. Orang Islam jangan berharap mendapat syafaat dari Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, sampai kepada Nabi Muhammad. Semua rasul hanya diberi kewenangan sebagai penyampai ajaran (daa’iyan), penyaksi tauhid (syaahidan), pembawa berita gembira (mubassyiran), dan sekaligus pemberi peringatan (nadziiran). Lihat dan simak QS 33: 45 s.d. 47. Tak ada wahyu Allah yang memberi tambahan khusus kepada Nabi Muhammad saw sebagai pemberi syafaat. Inilah ajaran Islam yang lurus dan tak terbantahkan.
Untuk sebuah kebenaran, walaupun pahit, katakan, sampaikan, dan jangan pernah kata jemu dan bosan terucapkan!

Jakarta, 9 Mei 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar