Selasa, 15 April 2014

KEBENARAN DAN PEMBENARAN




KEBENARAN DAN PEMBENARAN
Kebenaran
Kebenaran itu ada yang mutlak ada yang relatif (nisbi). Kebenaran mutlak adalah kebenaran yang datang dari Allah. Kebenaran mutlak ada di mana-mana, baik dalam wujud fakta, tanda/lambang, kode, isyarat, ataupun pernyataan-pernyataan.
Contoh:
Waktu/durasi bumi mengelilingi porosnya lamanya 24 jam. Durasi bumi mengelilingi matahari 365 hari.
Semua planet mengelilingi matahari. Rembulan adalah satelit bumi. Durasi bulan mengelilingi planet bumi lamanya 29 hari atau 30 hari.
Sperma yang membuahi ovum calon embrio bayi manusia hanya satu sel saja dari berjuta-juta sel sperma.
Bayi berada dalam kandungan/rahim ibunya.
Bayi dilahirkan oleh ibunya. Suara bayi yang pertama terdengar adalah suara tangisannya.
Ada air (H2O) dan oksigen (O2) di bumi.
Binatang carnivora pemakan daging. Binatang herbivora pemakan rumput. Binatang mamalia beranak dan menyusui. Ikan air laut hanya dapat bertahan hidup di dalam air laut. Ikan air tawar hanya dapat bertahan hidup di dalam air tawar. Dll.
Kebenaran mutlak bersifat universal dan abadi.
Kebenaran yang relatif (nisbi) adalah kebenaran yang datang dari manusia, baik dari orang per orang, kelompok, kaum, golongan, atau bangsa. Kebenaran relatif itu hasil cipta olah pikir, olah rasa, dan olah raga manusia. Oleh karena itu kebenaran yang relatif itu bisa bersifat individual, bisa temporer (berumur pendek, sementara), dan bisa pula bersifat lokal (setempat). Sering kali kebenaran relatif  ini dijadikan sebagai agama/keyakinan.
Contoh:
Pandangan orang Indonesia tentang warna. Warna merah berarti berani. Warna putih berarti suci. Warna hitam berarti berkabung.
Bagaimana dengan pandangan orang di luar Indonesia tentang warna merah dan putih? Samakah, atau berbeda?
Jika dikaitkan dengan dunia lalu-lintas, kebenaran tentang warna berubah disikapi dan hanya ada tiga warna: merah artinya berhenti; kuning artinya hati-hati; hijau artinya boleh jalan.
Pandangan orang Jepang tentang harakiri (bunuh diri). Harakiri itu mulia.
Pandangan orang jahiliah di Indonesia pra-Islam tentang menanam kepala kerbau untuk tumbal membangun sesuatu. Agar bangunan atau jembatan yang dibangun aman dan nyaman, perlu ditanam kepala kerbau sebagai tumbal.
Pandangan umat Hindu di India tentang Sungai Gangga yang dianggap sebagai sungai suci yang airnya dapat menyucikan dosa.
Bagaimana pandangan umat Hindu Bali tentang Sungai Gangga?
Kebenaran relatif yang paling valid, sahih, dan kuat adalah kebenaran ilmiah.
Contoh:
Dalil Arhimedes; Dalil Phytagoras; Teori Relativitas; Hukum Pascal; Hukum Boyle; Hukum Permintaan-Penawaran; dll.

Kebenaran dan Pembenaran itu Berbeda
Kebenaran sejarah
Muhammad (Nabi Muhammad saw) adalah manusia biasa. Dia datang dari suku Quraisy bangsa Arab. Dia lahir/dilahirkan pada hari Senin, 12 bulan Rabiul Awal Tahun Gajah (bukan kalender Gajah!). Artinya, kalender tetap belum dikenal pada zaman itu.
Siapa yang mencatat peristiwa kelahiran bayi Muhammad?
Siapa yang care (peduli) dengan kelahiran bayi ketika orang pada zaman itu umat yang ummiyy (buta huruf)?
Setelah tumbuh menjadi dewasa, berkiprah di tengah masyarakat, diangkat menjadi rasul, berdakwah, fight (berjuang), dan kemudian sukses dalam meniti kehidupan dan mengubah peradaban manusia, baru para peniliti dan ahli sejarah sibuk.
Ahli sejarah kemudian meneliti dengan cermat biografi kehidupannya dari A sampai Z, dari peristiwa kelahiran Muhammad sampai hari wafatnya. Mereka meneliti dan kemudian menghubungkan/mencocokkan biografi Muhammad dengan perhitungan Kalender Masehi. Kelahiran Muhammad, hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal itu ternyata bertepatan dengan tanggal 21 April 570 M. (tahun Masehi). Ini namanya kebenaran ilmiah perihal sejarah.
Peristiwa yang sama, yakni kelahiran Muhammad, dinamai berbeda, ya, sah-sah saja. Orang Arab yang berbahasa Arab, hari kelahiran (maulud; maulid) itu disebutnya itsnin (hari kedua; orang Indonesia asli menyebutnya Senin; Istilah Senin itu juga dikenal setelah datangnya Islam ke Indonesia. Era Indonesia zaman Hindu tentu bukan Senin karena Senin tidak dikenal. Lebih-lebih Monday atau Montag). Begitu pun dengan nama bulan Rabiul Awal. Bagi ahli sejarah umumnya, juga orang awam, nama Rabiul Awal sama sekali tidak dikenal. Mereka ini telah lebih dahulu mengenal kalender Masehi (dimulai pada abad V oleh Julius Caesar). Oleh karena itu, mereka menyampaikan informasi tentang peristiwa kelahiran Muhammad menggunakan kalender Masehi, 21 April 570 M., bukan dengan kalender Hijriyah atau kalender Tahun Gajah.
Tentang Tahun Gajah, apa ada perhitungan kalender Tahun Gajah?
Ya, tak ada. Orang Arab belum mengenal kalender dan pastinya tak punya kalender definitif.
Ketika Muhammad lahir, Abrahah dari Yaman dengan tentara bergajah (gajah dalam bahasa Arab disebut al-fiil) menyerbu Mekkah dengan tujuan menghancurkan Ka’bah (lihat QS 105: 1 s.d. 6). Karena orang Arab belum punya kalender definitif, gampangnya, tahun kelahiran Muhammad dinamai saja Tahun Gajah.
Orang-orang tua di Bima, NTB, generasi 28 sampai 45, tak tahu persis hari, tanggal, dan tahun kelahiran anak-anaknya. Gampangnya menjawab kalau ditanya oleh aparatur desa, misalnya anaknya yang bernama Rahmah, kapan dilahirkan. Sang ibu akan menjawab, “Rahmah itu lahir pas keluarga saya sedang memasang tiang utama lumbung padi (jompa) di depan rumah saya.”
Kebenaran ilmiah peristiwa hari lahirnya Muhammad itu adalah, Senin, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah, atau persis dengan Senin, 21 April 570 M.
Untuk diketahui pula, bahwa pada hari, tanggal, dan tahun itu, ribuan bayi lahir di muka bumi. Kalau bayi-bayi itu lahir di tanah Arab dan berbahasa Arab, tentu tanggal kelahirannya dicatat: Itsnin, itsna asyara sahru Rabiul Awal Sanah Al Fiil! Oleh orang Indonesia yang menggunakan Bahasa Indonesia, dicatat: Senin, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah!
Lha, bagaimana kalau bayi-bayi itu lahir di Eropa, misalnya di UK yang berbahasa Inggris? Tentu mereka tidak akan pernah menulis: Itsnin, itsna asyara sahru Rabiul Awal Sanah Al Fiil, tetapi menulis: Monday, April 21, 570 M.
Right?

Pembenaran
Sejatinya, kata pembenaran itu proses mencari kebenaran, menelaah, mendapatkan, dan menampilkan kebenaran. Namun, artinya yang sejati ini dipelesetkan menjadi arti berkonotasi negatif. Mengapa begitu?
Pembenaran, sekarang ini, adalah upaya membenar-benarkan yang tidak benar, membungkus-bungkus yang kurang benar agar tertutup, atau menutup-nutupi yang benar dengan bungkusan yang tidak benar.
Pembenaran, sekarang ini, pembenaran itu berkaitan erat dengan interest pribadi, golongan, atau kelompok. mencari, mengada-ada, dan mengarang rujukan baru yang invalid, lalu menciptakan dalil invalid pula, dengan niat dan maksud menguatkan interest golongan sendiri, dan memengaruhi orang atau pihak lain.
Contoh:
Fakta hukum:
KPK menangkap tangan, menahan, menyidik, menyidangkan,memvonis, dan memidanakan Luthfi Hasan Ishaq (LHI), mantan Presiden PKS,  dengan kurungan penjara 18 tahun dan denda sekian-sekian.
Fahri Hamzah, Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PKS, konco LHI, berbicara lantang atas nama hukum: UU tentang KPK salah; KPK sakit jiwa; Johan Budi, Jubir KPK tidak punya etika; dll.
Fahri Hamzah melakukan pembenaran sekaligus penyalahan. Para pembaca pasti tahu, pembenaran untuk siapa dan penyalahan untuk siapa. Yang jelas, pembenaran itu untuk interest dewekan dan tidak ragu melakukan penyalahan kepada wong liyo (pihak lain).
Fahri Hamzah pura-pura lupa, KPK menindak seseorang itu berpijak atas nama hukum yang universal dan kebenaran judisial dan material.

Pembenaran yang menyesatkan:
Membesarkan Hari Senin dan Bulan Rabiul Awal, Pengontetan Ajaran Islam yang Universal
Fakta Sejarah
Sunnatullah: manusia itu dari tiada, lalu ada, lalu tiada, lalu dibangkitkan (QS 2: 28; QS 80: 17 s.d. 22).
Nabi Ibrahim lahir/dilahirkan. Hari, tanggal, bulan, dan tahun berapa Nabi Ibrahim dilahirkan? Tak seorang pun yang tahu. Itu sama sekali tidak penting. Nabi Ibrahim seorang rasul Allah. Pasti dia manusia pilihan. Titik.
Nabi Ismail dan Nabi Ishaq lahir/dilahirkan. Hari, tanggal, bulan, dan tahun berapa Nabi Ismail dan Nabi Ishaq dilahirkan? Tak seorang pun yang tahu. Itu sama sekali tidak penting. Nabi Ismail dan Nabi Ishaq adalah rasul Allah. Pasti keduanya manusia pilihan. Pastilah akhlak keduanya akhlak mulia. Titik.
Keimanan kita semakin teguh bukan karena mengagung-agungkan hari kelahiran. Tak pernah ada kaitan kegiatan mengagung-agungkan hari kelahiran dengan keimanan, kelancaran, dan kesuksesan.
Semua urusan kelahiran, kematian, kiamat, dan kebangkitan itu hanyalah Allah Yang Maha Tahu karena Dia Yang Mahakuasa.
Begitu pun dengan para rasul Allah yang lain. Kok kita bisa mengatakan Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Ishak, Nabi Musa, dan nabi yang lain itu hebat padahal kita tidak tahu hari, tanggal, bulan, dan tahun kelahirannya?
Jangankan kita, generasi Abad XX, dan XXI, saudara-saudaranya, om, tante, bibi, uwak, dan tetangganya juga tak ada yang tahu.
“Jangankan hari, tanggal, dan bulan kelahiran Ismail bin Ibrahim. Hari, tanggal, dan bulan kelahiran sendiri juga saya tak tahu. Hari ini juga saya tak tahu namanya hari apa!” jawab seorang muda ketika ditanya oleh temannya.
(zaman Nabi Ismail, 2500 SM.)
Umat Islam, umat yang datang di dunia ini belakangan, juga sami mawon, tidak tahu hal-ikhwal kelahiran para nabi terdahulu. Umat Islam, kita ini, mengenal Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Nabi Ishak, serta para nabi terdahulu, sebagai manusia terbaik, berakhlak terbaik pada zamannya (itu sebabnya dipilih sebagai rasul Allah). Kita mengenal para rasul bukan karena tahu hari, tanggal, bulan, dan tahun kelahiran mereka.
Apakah kalau kita tahu terus kita menjadi hebat dan para rasul yang sudah tidak ada (wafat) itu menjadi lebih hebat?
Muhammad (Nabi Muhammad saw) lahir di Mekkah, Senin, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah, atau 21 April 570 M. Bukan Muhammad saja yang lahir pada saat itu. Seusia Muhammad, ribuan bayi lahir di muka bumi pada jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun yang sama.
Bahasa yang dipakai untuk mencatat atau mengucapkan pasti bahasa setempat. Mana ada orang tua di Italia yang anaknya, Roberto, lahir pada saat itu mengatakan atau mencatat: Roberto, yuladu yaumul  Itsnin, itsna asyara sahru Rabiul Awal, sanah al Fiil!
Muhammad, dalam perjalanan hidupnya sebagai orang Arab kelahiran Mekkah, sama dengan orang Arab yang lain kelahiran Mekkah: diserahkan penyusuannya kepada wanita desa selagai berusia balita, menggembala, berdagang, menikah, memiliki keturunan, dll. Tak ada keajaiban atau peristiwa ujug-ujug seperti peristiwa yang dialami seseorang dalam cerita dongeng atau cerita pewayangan. Ketika telah diangkat sebagai rasul pun, Muhammad tetaplah sosok asli Arab Quraisy Bani Abdul Mutthalib. Mengapa Muhammad yang ditunjuk sebagai rasul? Mengapa bukan sosok atau figur yang lain? Allah sajalah Yang Maha Mengetahui dan Mahakuasa.
Muhammad menjadi sosok dunia itu dilalui dengan perjuangan berdakwah selama 23 tahun. Dia menjadi sosok mendunia dan menjadi milik dunia, bukan saja umat Islam, tetapi umat nonmuslim pun mengakui. Ajarannya benar dan akhlaknya selama hidup itu agung (baca: akhlak mulia; teladan terbaik bagi umat manusia).
Tak ada satu pun orang di dunia ini mengatakan, bahwa kehebatan Muhammad itu karena lahir pada hari Senin tanggal 12 bulan Rabiul Awal Tahun Gajah! (kecuali pernyataan/fatwa segelintir oknum pengultus individu Muhammad saw).
Jadi lucu ala ketoprak Mataram atau dagelan Srimulat saja mungkin, bahwa ada orang memandang Hari Senin dan bulan Rabiul Awal itu adalah hari agung dan bulan agung karena pada hari dan bulan itu tokoh agung dilahirkan. Karena itulah, hari, tanggal, dan bulan itu harus diagungkan!
Maksud orang-orang ini, intinya, Maulid Nabi itu peristiwa hebat. Karena hebat, ya harus diingat-ingat dan haru selalu diperingati!
Pada awalnya sih benar, ucapannya dengan penuh keyakinan, yang hebat itu sosok Muhammad, akhlak Muhammad, dan keteladanan Muhammad. Eh, praktiknya: membesar-besarkan hari Senin dan bulan Rabiul Awal. Wujud kelakuannya, bikin fatwa kelebihan /fadhilah hari Senin dan bulan Rabiul Awal.
Ketokohan Muhammad saw yang mendunia  dengan ajaran Islam yang universal membawa kebenaran dibikin kontet, sempit, dan cupet dengan atribut berbau Arab yang lokal ala pembenaran dewekan.
Jakarta, 23 Januari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar