Minggu, 20 April 2014

PETINGGI PARTAI PECAH (PPP)



PETINGGI PARTAI PECAH (PPP)

Pohon silaturahim
Silaturahim itu aktifitas mulia. Kata silaturahim ini terdiri dari dua kata, yakni silat (silah) dan rahim (kasih sayang; rahmat), yang secara harfiah artinya hubungan sesama manusia berdasarkan kasih dan sayang. Secara term atau istilah, silaturahim adalah segala aktifitas manusia yang menjalin hubungan di Antara sesama manusia secara aktif berdasarkan kasih sayang untuk mencapai kehidupan yang damai.
Kasih sayang yang dimaksud bahwa di dalamnya ada toleransi, kejujuran, saling menghormati, dan tidak ada perselingkuhan (menohok kawan seiring; menggunting dalam lipatan; lain di mulut lain di hati).
Lahan silaturahim itu ada di mana-mana. Pelaku silaturahim itu siapa saja. Silaturahim itu bisa terjadi pada sesama level/setara (horizontal) dan bisa terjadi pada level bertingkat (vertical). Silaturahim dalam bentuk, gaya, model, dan corak yang dilakukan sah-sah saja.
Orang bijak sering bilang, silaturahim itu membuat orang panjang umur.
Allah memerintahkan manusia untuk menjalin hubungan yang intensif di antara manusia dan melarang manusia berpecah-belah. Manusia yang membangun dan memelihara silaturahim/bersatu-padu pasti akan kuat, dan manusia yang menjauhi silaturahim itu lambat-laun akan lemah dan pada akhirnya jatuh dan kemudian runtuh.
Setuju!
Pohon silaturahim berbuah lebat
Selagi tidak ada gawe nasional, para petinggi negeri tetap menegakkan silaturahim. Ada yang namanya Rapimnas, Rakernas, atau Rapim Terbatas, Pertemuan Empat Mata, sampai model blusukan yang lagi ngetren.
Selagi bakal ada gawe (perhelatan) nasional Pileg 2014 yang bakal dilaksanakan pada tanggal 9 April 2014, silaturahim lebih sibuk lagi dibangun. Orang yang sakit parah pun dibela-belain diobati asal dia punya hak memilih.
Pileg 2014. adalah gawe nasional kewajiban Pemerintah melaksanakan amanat Undang-Undang untuk memenuhi hak asasi dalam sebuah negara demokrasi. Pileg itu adalah sebuah pesta rakyat setiap lima tahun sekali.
Para petinggi Parpol pun mengambil ancang-ancang. Mereka akan berkampanye secara terbuka selama tiga minggu. Kampanye terbuka adalah ajang silaturahim para pemimpin dengan rakyat.
Petinggi parpol yang punya jabatan politis, minta izin cuti untuk kampanye. Seorang SBY yang RI-1 pun wajib minta izin cuti untuk kegiatan berkampanya karena SBY adalah Ketua Umum Partai Demokrat (PD). Jokowi, Gubernur DKI juga minta izin cuti dari jabatan Gubernur DKI untuk berkampanye (blusukan nasional) karena dia dicalonkan sebagai Capres dari PDI-P.
POkoknya, semua petinggi parpol sibuk. Lebih sibuk lagi selama tiga minggu kampanye terbuka, 15 Maret s.d.  5 April 2014. Kita seperti sedang berpesta dan begitu mudah bertemu dengan para petinggi negara.
Sebagian rakyat yang hampir tak pernah melihat wajah SBY dan Budiono,
RI-1 dan RI-2, belum pernah lihat wajah beliau di layar tv (memang nggak punya tv), eh, malah bisa bersalaman dengan SBY dan Budiono yang blusukan ke desa atau dusun tempat mereka berdomisili. Mereka rasa-rasa bermimpi. Tidak, mereka tidak bermimpi. Mereka gembira campur haru. Kehangatan tangan SBY, Bu Ani, dan Budiono masih terasa, bahkan sampai beliau pergi dari desa dan dusun mereka.
Sampai tiba masanya Hari H Pileg 2014, Rabu, 9 April 2014.
Memang, peristiwanya terjadi selama kurang lebih tujuh jam saja pada hari yang bersejarah itu. Memang hanya dua atau tiga menit saja berada di dalam bilik suara. Memang hanya sekian detik saja waktu yang dibutuhkan untuk mencoblos.
Akan tetapi, waktu pada hari itu, pada jam-jam itu, pada menit dan detik-detik itu, akan membawa pengaruh besar kepada nasib negeri tercinta selama lima tahun (2014-2019).
Berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), informasi, dan komunikasi (technology, information, communication; TIC; TIK), metode quick count digunakan, dan hanya butuh waktu dua jam atau lebih, hasil pileg sudah dapat diketahui, walaupun belum resmi dan sah.
Umumnya, para petinggi parpol dari 12 parpol sebagian besar boleh sedikit tersenyum melihat pergerakan angka dalam quick count. Sore harinya, mereka tersenyum lebih lebar, sementara empat petinggi, agak sedih dan senyum kecut dengan hasil perolehan suara.
Mereka yang tersenyum adalah Ibu Mega dari PDI-P, ARB dari Golkar, Prabowo dari Gerindra, Muhaimin dari PKB, Hatta Rajasa dari PAN, SDA dari PPP. Empat orang Ketum parpol yang agak kecut senyumnya adalah SBY dari PD, Anis Matta dari PKS, MS Ka’ban dari PBB, dan Sutiyoso dari PKPI.
Siapa yang banyak menanam benih, merawat, dan membangun silaturahim secara intesif, dia menuai/memanen buahnya: suara rakyat yang diraup lebih banyak. Itu pertanda pohon silaturahim lebih kokoh berdaun rimbun dan
berbuah  lebat.

Pohon silaturahim tinggi buahnya jarang
Petinggi Partai Pecah (PPP)
Suryadarma Ali (SDA) adalah Ketum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang punya jargon partai yang rahmatin lil alamin. Dia tentu bisa jumawa berkata, “Saya di atas Anda” disingkat “SDA” juga, biar sama dengan singkatan namanya sendiri.
SDA yang “SDA” dan merasa jumawa berjalan sendiri bersilaturahim karena motto SDA-nya. Paling-paling yang menemani SDA bersafari dan bersilaturahim konco dewek yang setia, Nur Iskandar, SQ. (kiai dan politikus; peran kedua-duanya tanggung).
Tanggal 27 Maret 2014, SDA bersilaturahim dengan jargon rahamatan lil alamin-nya. SDA begitu pede bergabung dengan Gerindra dan Prabowo di GBK. Urusannya kampanye akbar punya Gerindra. SDA yang Ketum PPP, berjas kebesaran dan warna hijau  dan konco-konco ikut berteriak-teriak dengan yel-yel membesarkan Prabowo dan Gerindra.
Rahmatan lil alamin dan Rahmat Yasin
Rahmat Yasin, kader dan Ketua DPC PPP, Bupati Bogor dua periode, berang dan meradang melihat tingkah polah Ketum-nya yang berkampanye untuk Prabowo, padahal dia dan para kader PPP di daerah sedang berjuang berdarah-darah mengawal perhitungan suara usai Pileg 9 April.
Rahmat Yasin mengontak teman-teman sesama kader PPP di daerah-daerah dan membahas ulah SDA “Sang Bos” yang jauh dari rahmatan lil alamin.
“Loh, kok SDA berkampanye untuk Gerindra, sih?” tanya salah satu kader PPP di seberang telepon heran.
“Itu dia, Kawan! Kita harus kumpul! Saya bersedia menjadi pengundang dan ketempatan. Ini agenda penting!” Kata Rahmat Yasin.
Rahmat Yasin dan kawan-kawan Ketua DPW dan Ketua DPC pun berkumpul dan membahas ulah SDA yang sudah terlalu jauh melangkah tanpa bicara ba bi bu dengan semua petinggi PPP.
Yang hadir memang lebih banyak yang menentang kebijakan SDA daripada pendukung SDA dalam rapat itu. Ada juga yang bersikap netral.
“SDA bikin masalah besar buat Rumah Besar Kita, PPP!” ujar salah seorang fungsionaris PPP ketus.
“Buat saja surat mosi tidak percaya kepada SDA!” teriak kader yang lain.
“Emang masalah buat ellu? Itu urusan SDA, tau!” tangkis konco fanatik SDA.
“Masalah dong! SDA itu Ketum PPP! Kenapa SDA berkampanye untuk orang lain dan parpol lain? Teman-teman fungsionaris di 33 provinsi berjuang sampai berdarah-darah berkampanye untuk PPP, kok SDA sapenake dewek berkampanye untuk Gerindra dan Prabowo?” balas fungsionaris PPP jengkel.
“SDA itu kan Ketum PPP yang paling berwenang dan memiliki kewenangan mau ke mana PPP mendukung, berada di mana PPP duduk, dan mendukung siapa Capres yang dianggap cocok dengan PPP, paham?”
“Lihat SDA dan konco setianya itu memakai jas kebesaran PPP! Lihat emblem dan name tag di dadanya! Dia tidak pantas memakai jas kebesaran PPP di panggung kampanye parpol lain. Lagak SDA bagaikan badut politik! Orang awam akan menertawainya, paham!”

PPP di PPP
SDA semakin jumawa setelah raihan suara PPP mencapai angka 6,7% versi quick count. Kelakuannya berpolitik makin kelihatan arah mana yang dia ingin lalui dan dituju. Tentu saja pesona Prabowo membuat dia terpikat, seakan menariknya mendekat, dan akhirnya membuat SDA makin merapat.
Politik adalah sebuah seni, benar. Politik adalah multiprobabilities, benar. Politik adalah kekuasaan, benar, dan satu lagi, politik itu kotor, juga benar!
Tanpa melalui komunikasi dengan para fungsionaris PPP yang notabene adalah para koleganya dalam system kepemimpinan PPP yang kolegial, SDA mengundang Prabowo ke rumah besar PPP, kantor pusat PPP, Jln. Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat, 17 April 2014.
SDA pun berulah bak laku innocence chairman (Ketum tak berdosa). Dia berpidato membentuk sebuah opini dewekan. Katanya, semua pengurus dan fungsionaris DPP PPP memberikan mandat kepada dia untuk menentukan pilihan untuk teman berkoalisi, siapa lagi kalau bukan Prabowo dengan Gerindranya. Prabowo pun terharu dan itu adalah kehormatan besar baginya. Probowo dan SDA pun cipika-cipiki dan saling menggengam tangan erat-erat kemudian mengacungkan genggaman tangan ke udara.
Koalisinya diberi nama Gabah. Nama Gabah hanya SDA yang paling paham maknanya. Keputusan SDA itu lonjong bahkan gepeng tak beraturan.
SDA telah melakukan silaturahmi yang keliru yang membawa mudarat bagi dirinya dan PPP sebagai parpol besar, serta kekecewaan konstituen dan rakyat pencinta fanatik PPP.
SDA merasa semakin tinggi, hanya saja, dia ibarat sebuah pohon yang tinggi tetapi berbuah jarang, daun-daunnya rontok berjatuhan, dan akhirnya menjadi pohon yang mandul.
Buktinya, aksi individunya mengundang Prabowo di rumah besar PPP, bersatemen mendukung penuh Prabowo, didukung konco setianya, berbuah reaksi keras dari fungsionaris DPP dan juga 22 DPW.
Mereka, para penentang langkah SDA, mendadak mengadakan Rapimnas DPP, bertempat di rumah besar mereka pula, Sabtu malam sampai Minggu dinihari, 19 dan 20 April 2014 . SDA memang diundang tetapi dia tidak sudi hadir. Justru yang datang adalah para pemuda yang seperti bolo ngeluruk ke ruang pertemuan tempat Rapimnas. Para bolo ini podo ngluruk berusaha menggagalkan Rapimnas. Namun para peserta rapat tetap fight, the show must go on, menghasilkan keputusan yang bulat.
Opo toh keputusane Rapimnas PPP?
Keputusan Rapimnas adalah, tidak sampai kepada pemakzulan/pencopotan (impeachment) SDA, tetapi cukup pemandulan SDA saja. Emron Pangkapi, Zarkasih Noor, Romahurmuzy, dan Luqman Hakim Syaifuddin, dkk, mengeluarkan keputusan penting melalui legal action Rapimnas, demi keutuhan PPP agar jangan sampai PPP berlarut-larut..
Salah bersilaturahim, tidak berdasarkan rasa cinta kepada saudara, kolega, atau publik, tetapi lebih didasarkan kepada kepentingan dewekan, kelompok, golongan, dan gerbong sendiri, dampaknya tidak akan berumur panjang.
Silaturahim itu dasarnya hubungan cinta dan kasih sayang yang tulus, insya Allah prosesnya akan berjalan mulus.
Amin.
Jakarta, 20 April 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar