Kamis, 14 Februari 2013

BAHASA INDONESIA DAN AGAMA




IPTEK DAN BINATANG TERNAK
Iptek adalah sebuah kata baru dalam bahasa Indonesia yang lahir tahun 90-an. Kata iptek kemudian sering digandengkan dengan kata imtak yang lahir belakangan.Iptek adalah akronim dari frasa ilmu, pengetahuan, dan teknologi. Dengan demikian, jika kita membicarakan iptek, berarti kita membicarakan tiga domain sekaligus: domain ilmu, domain pengetahuan, dan domain teknologi.
Ilmu adalah domain teoritis yang tersimpan dalam diri manusia (mind, akal, brain) dan di luar diri manusia, ada di mana-mana dalam jagat alam raya, dan di luar alam jagat raya (gaib, supranatural). Ilmu itu ada dan menjadi landasan bagi manusia untuk menggunakannya untuk kemaslahatan/kemanfaatan.
Contoh ilmu:
                Tuhan itu Mahaesa; Manusia akan dibangkitkan kembali dari kematian;
            setan atau iblis itu musuh besar dan nyata manusia; malaikat itu memiliki
            sepasang, dua pasang, tiga pasang, atau empat pasang sayap; bumi itu sebuah planet; matahari adalah pusat orbit planet-planet; dll.

Pengetahuan adalah hasil proses akal berpikir manusia yang melakukan pencarian (mencari tahu), penelitian, pembuktian, dan penemuan sehingga melahirkan satu pengetahuan, dua, tiga, atau banyak pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh dapat dijadikan landasan untuk mencari tahu dan menghasilkan pengetahuan yang baru lagi.
Contoh pengetahuan:
Semua planet mengorbit mengelilingi garis edarnya masing-masing dengan    
           keteraturan yang amat tinggi; semua planet memiliki gaya gravitasi yang kekuatannya tidak sama satu sama lain; laki-laki memiliki kromosom xx dan perempuan memiliki kromosom xy; berdasarkan perhitungan kalender Masehi, Nabi Muhammad saw itu lahir pada tanggal 20 April 571 M.; dll.

          Teknologi adalah wujud berpikir manusia mengolah pengetahuan menggunakan alat/instrumen/pesawat dengan prosedur yang benar. Istilah yang biasa dan populer digunakan adalah engineering (rekayasa).
           
            Contoh teknologi:
                     
                     teknologi pesawat terbang; teknologi komputer; teknologi rekayasa      
                     genetika; teknologi  infrastruktur perkotaan; teknologi pembibitan jambu    
                     mete; dll.
           
            Contoh-contoh tentang ilmu, pengetahuan, dan teknologi memberikan gambaran yang lebih jelas mengapa kemudian ketiga kata ini digandengkan dalam frasa dan penciptaan kata baru: iptek, karena ketiganya berkaitan erat dalam hubungan kausalitas sebab-akibat. Akal yang dikaruniakan Allah digunakan oleh manusia melalui proses berpikir untuk mencari dan mendapatkan ilmu. Tiada ilmu tanpa proses berpikir. Ilmu yang dimiliki dalam domain mind dijadikan dasar untuk mencari tahu sesuatu, meneliti, memperoleh, dan membuktikan sehingga menjadi pengetahuan yang valid and reliable (valid dan terandal). Pengetahuan yang valid dan terandal yang mungkin baru menjadi sebuah hipotesis harus dapat dibuktikan lagi dengan menggunakan rekayasa teknologi dengan tingkat kecermatan yang tinggi (dalam penelitian dan survei misalnya) sehingga hipotesis menjadi aksioma ataupun teori/teorema/dalil.
           
            Contoh teorema/dalil:
           Dalil dalam ilmu eksakta dan fisika:
                        Dalil Phytagoras; dalil Archimedes; Dalil Nicolaus Copernicus; Dalil    
                       Relativitas dari Einstein;
              Teori dalam ilmu sosial:
              Teori Hegel; Teori Karl Marx (marsisme); Teori Islam Santri dan Islam Abangan Cleeford Geertz; Teori Jenjang Kebutuhan Abraham G. Maslow; Teori tentang Kekuasaan dari Lord Acton; TeoriTrias Politica-nya Montesqieu; Teori X dan Y-nya Frederic Herzberg; Teori taxonomi pendidikan dari Bloom; Teori Hubungan kebutuhan dengan populasi penduduk dari Robert Thomas Malthus; dll.

    Teori/teorema/dalil dalam ilmu eksakta usianya bisa panjang sampai kiamat, bisa separuh jalan kehidupan manusia, bisa juga berumur pendek.
     Contoh teori yang berumur panjang
Ambil contoh teori fisika tentang planet: semua planet dalam tata surya beredar mengelilingi matahari pada garis edar masing-masing dengan teratur sekali (fii falaqin yasbahuun). Planet dalam, Mercurius dan Venus tetap saja disebut planet dalam. Planet luar terdekat dengan bumi, Mars, tetap juga beredar di sana tak berpindah edar ke tempat lain.
Teori Phytagoras tentang sisi-sisi segitiga siku-siku dalam ilmu eksakta: a2+b2=c2

Contoh teori berumur pendek
teori dalam ilmu ekonomi: S = I – E; di mana S= saving (tabungan), I= income (pendapatan), dan E= expenditure (pengeluaran).
    
    Sementera teori dalam ilmu sosial cenderung berumur pendek. Mengapa bisa demikian? Teori dalam ilmu sosial tercipta karena ada dinamika kehidupan manusia yang dinamis. Kondisi kehidupan manusia pada suatu zaman berganti ke lain zaman berubah-ubah. Misalnya, teorinya Malthus yang pesimis dan penuh kekhawatiran bahwa manusia tak mungkin lagi memenuhi kebutuhannya kelak karena populasi manusia tak sebanding dengan penyediaan kebutuhan. Kata Malthus dalam teorinya adalah: populasi manusia bertambah menurut deret ukur: 2,4, 8, 16, 32, 64, dst. Sementara pemenuhan kebutuhan manusia cuma beranjak seperti deret hitung: 2, 3, 4, 5, 6, dst. Teori ini banyak diamini orang pada abad ke-19 sampai pada pertengahan abad ke-20 yang kemudian terpatahkan pada pertengahan dan akhir abad ke-20 oleh dinamika kehidupan manusia di mana populasi manusia yang bertambah banyak menurut deret ukur diikuti dengan upaya manusia memenuhi kebutuhan fisik (phisycal needs: sandang, pangan, papan) yang juga bertambah menurut deret ukur pula.
    
     Kekhawatiran akan kekurangan pangan dapat diatasi dengan rekayasa genetika bibit unggul padi, gandum, palawija, buah-buahan, dll.
     Kekhawatiran akan kekurangan papan dan ruang seperti di Jakarta yang kini dirasakan semakin sempit dapat diatasi dengan rekayasa teknologi membangun apartemen bertingkat gedung-gedung tinggi mencakar langit.
    
     Singkat cerita pendek kata, tidak sia-sia akal dikarunikan Allah untuk manusia yang menggunakannya secara proporsional dan sebaik-baiknya. Karena karunia akallah yang menyebabkan Nabi Adam mengungguli para malaikat dan iblis dan pantas dihormati (QS 2: 31, 32, dan 33) sebagai makhluk Allah yang terbaik (ahsani taqwiim; QS 95: 4). Karena modalitas akal itulah manusia sebagai anak cucu Nabi Adam berhasil menguasai iptek dan menjadikan iptek sebagai perhiasan beraktivitas bernilai ibadah.
    
     Mari kita simak kata-kata mutiara dari orang bijak, “berilmu amaliah, beramal ilmiah”. Hampir semua orang terdidik mengenal sosok Albert Einstein (1879 – 1955), fisikawan tersohor dengan teori relativitasnya yang mendunia. Mengutip kalimat mutiara dari seorang Einstein, “Agama tanpa ilmu, buta! Ilmu tanpa agama, pincang!” Para pembaca dipersilakan mencocokkan kata-kata bijak Einstein ini dengan firman Allah Swt. dalam QS 7: 179.

Really, Einstein didn’t read this verse. He didn’t know this article. He’d never said it along his life. But, really, he implemented  it in along his life, and he got the Nobel Prize!
Really, Einstein wasn’t a moslem!
Einstein nggak pernah baca satu ayat QS 55 (33) tentang tantangan dan pastinya perintah Allah Swt. kepada manusia (khususnya kepada muslim yang mengakui Quran sebagai pedoman hidup), “Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka ayo tembuslah! Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan!”
Kekuatan yang dimaksud di dalam ayat ini adalah iptek! Iptek itu dapat dicari dan diperoleh melalui penggunaan akal yang optimal. Akal itu karunia Allah yang amat besar nilainya untuk manusia, dan akal tak dikaruniakan kepada sapi, kuda, atau kambing, kera, lumba-lumba, atau cucakrawa.
Kalau kita beraktivitas sesuai dengan profesi kita berlandaskan iptek, maka strata/kelas kita itu tinggi, bahkan bisa tertinggi. Kita masuk jajaran orang yang kompeten, expert, pakar, atau ahli yang unggul (excellent). Sebaliknya, kalau kita beraktivitas zonder/without/tanpa iptek, maka kita masuk pada jajaran kelas TKI sebagai pembantu, kelas tukang, kelas juru, kenek, kernet, atau OB!
Tak perlu kita menyanjung Einstein melainkan sekedar memujinya. Tak perlu kita menyanjung Bung Karno melainkan sekedar memujinya. Tak perlu menyanjung Habibie melainkan sekedar memujinya. Tak perlu menyanjung Muhammad saw dengan menciptakan syair-syair lisan dan tulis, apa lagi syair-syair sanjungan nan lebay ala Barzanzi mengalahkan syair Sabai nan aluih, melainkan sekedar memujinya, misalnya cukup dengan kalimat, “Sungguh,  pada diri engkau ada teladan terbaik”. (QS 33: 21), atau “Demi, sesungguhnya engkau (Muhammad) memiliki akhlak yang agung”. (QS 68: 4)
Lalu apanya dong?
Teladani komitmen seorang ilmuwan Einstein dalam bekerja dan meneliti tak kenal lelah sehingga buah kerjanya adalah iptek baru. Teladani komitmen Bung Karno  yang berjuang tanpa pamrih memperjuangkan kemerdekaan rakyat dan bangsa Indonesia meski dia harus masuk penjara dan bahkan diasingkan ke beberapa tempat, namun hasil perjuangannya dalam penderitaan berbuah kemerdekaan. Teladani Habibie dalam mengisi hidupnya sehingga berbuah manis dengan wujud pesawat CN 235 Tetuko. Teladani komitmen dan perjuangan Muhammad saw menegakkan doktrin tauhid Laa ilaaha illallaah  (bukan mengegakkan tahlilan!) dan walitukabbirallah/mengagungkan Allah (bukan sedikit-sedikit bertakbir-takbir ala takbiran sampai elek!)
Maksudnya, iptek itu harus menjadi bagian dari kehidupan kita, utamanya muslim. Penguasan iptek itu yang membedakan kita dengan orang yang tidak beriptek. Nah, orang yang tidak beriptek itu setara dengan binatang ternak!
Ih, amit-amit jabang bayi lah yaw!
Jakarta, 14 Februari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar