Teman Seperjalanan
Menuju Kesuksesan Hidup di Dunia dan di Akhirat
Rujukan:
QS
1: 6, 7.
“Ihdinash shiraathal mustaqiim (6).
shiraathal ladziina an’amta alaihim,ghairil maghdhuubi ‘alaihim wa
ladhdhaalliin.” (7).
Artinya:
Tunjukilah kami jalan yang lurus, yakni jalan orang-orang yang telah Engkau
beri nikmat atas mereka, dan bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai, dan
juga bukan jalan orang-orang yang sesat.
QS
4: 69
“Wa man yuti’illaahu war rasuula fa’ulaaika
ma’al ladziina an’amta ‘alaihim minan nabiyyiina wash shiddiqiina wasy
syahuhadaa’ wash shaalihiina wa hasuna ulaaika rafiiqaa.”
Artinya:
Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul, maka mereka itu akan bersama
orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, shiddiqin, syuhada’,
dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
Ash-shiraathal mustaqim
Ashiraath artinya jalan (yang
lurus dan luas). Shiraathal mustaqiim
artinya jalan yang lurus. Shiraathal
ladziina an’amta alaihim artinya (yaitu) jalan orang-orang yang Engkau beri
nikmat.
Kata
ash-shiraath yang muncul secara
tunggal dalam Al Quran disebutkan sebanyak 45 kali. Frasa shiraathal mustaqiim disebutkan sebanyak 32 kali. Kata ash-shiraath selalu dikaitkan dengan
kehendak Allah: kebaikan, kemurnian, kedamaian, kemuliaan, kesejahteraan,
kejujuran, dll. Ash-shiraath adalah
milik orang-orang mukmin dan hanya tertuju kepada orang-orang mukmin. Kata shiraath tidak ditujukan kepada orang
musyrik ataupun kafir.
Ada
dua kata lain yang artinya sama dengan ash-shiraath,
yaitu kata as-sabiil dan ath-thariiq.
Contoh:
as-sabiil atau sabiil (juga sama dengan) as-subul atau subul
sabiil pada frasa/kalimat fi sabiilillah artinya pada jalan Allah;
sabiili rabbika artinya jalan Tuhanmu;
sabiilus (subulus) salaam artinya
jalan kedamaian; sabiilul muhtadiin
artinya jalan orang yang mendapat petunjuk.
Meskipun
shiraath, sabiil, dan thariiq itu mempunyai arti yang sama, yaitu
jalan, namun penempatan ketiga kata itu dalam kalimat berbeda. Kata sabiil dan thaariq bisa dikaitkan dengan kebaikan dan bisa juga
keburukan/kejahatan.
Contoh
penggunaan kata sabiil yang ditemukan
dalam Al Quran yang ditujukan kepada orang-orang mukmin atau orang-orang kafir/musyrik/jahat
QS
7: 142, sabiilul mufsidiin artinya
jalan orang-orang yang berbuat kerusakan
QS
7: 246, sabiilul ghayyii artinya
jalan orang-orang yang sesat
QS
6: 55, sabiilul mujrimiin artinya jalan orang-orang yang berdosa
QS
5: 16, subulas salaam artinya jalan keselamatan
QS
4: 115, sabiilil mu’miniin artinya
jalan orang-orang mukmin
QS
10: 89, sabiilal ladziina laa ya’lamuun
artinya jalan orang-orang yang yang tidak
mengetahui
Kata
mustaqiim kata dasarnya qaama atau yaquumu yang artinya berdiri, tegak, dan lurus.
Shiraathal mustaqiim itu jalan yang amat
luas dan lurus (tol, bebas hambatan, nyaman dilalui, bebas dari kemacetan,dan
bebas dari semua yang tidak nyaman) diberikan kepada orang-orang yang telah
diberi nikmat oleh Allah (an’amta alaihim),
yaitu orang-orang yang beriman, istiqomah,
dan senantiasa bersyukur. Siapa gerangan orang-orang yang dimaksud?
Perhatikan
saja simak dengan teliti apa yang difirmankan Allah dalam QS 4: 69 di atas, yaitu:
1.
man yuthi’illah war
rasuulu,
siapa saja yang selalu taat kepada Allah dan Rasul: kaya – miskin; raja – kawula;
ningrat berdarah biru – orang biasa; Arab – bukan Arab; Presiden – rakyat;
ustaz – santri; pimpinan – staf; direktur – office
boy; komisaris – cleaning service;
fisik sempurna – tunafisik; imam besar – makmum biasa; dll.
(tak ada diskriminasi strata sosial, kasta, ras,
pangkat, jabatan, atau golongan), yang penting mukmin.
Maka, nikmat Allah selanjutnya bagi orang-orang yang taat dan
patuh kepada Allah dan Rasul adalah:
2. Berteman dengan orang-orang
yang jelas-jelas telah mendapat nikmat dari Allah, yaitu nabiyyiin (para nabi), shiddiiqiin
(orang-orang yang lurus), syuhada’
(orang-orang yang bersaksi), dan shaalihiin
(orang-orang yang saleh), kemudian bersama-sama meraih rido Allah (mardhatillah).
Lalu,
bagaimana dengan orang-orang yang jalannya tidak diridoi/tidak diberi nikmat atau
dibenci/dimurkai/dilaknat oleh Allah (ghairil
maghdhuubi alaihim wa ladhdhoolliin)?
Mereka
itulah orang-orang kafir: pintu-pintu langit dan pintu-pintu surga tertutup
terkunci rapat untuk mereka. Allah mengibaratkan seperti dalam firman-Nya dalam
QS 7: 40.
“Innal ladziina kazzabuu bi aayaatinaa
wastakbaruu ‘anhaa la tufattahul abwaabus samaa’ wa laa yadkhuluunal jannah
hatta yalijal jamalu fis sammil khiyaathi, wa kadzaalika tajzil mujrimiin.”
Artinya:
Sesungguhnya
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami dan menyombongkan diri terhadapnya,
tidak akan dibukakan pintu-pintu langit bagi mereka, dan mereka tidak akan
masuk surga, sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum. Demikianlah Kami memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat.
Wallaahu a’lamu bis
sawab.
Jakarta,
6 Februari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar