Selasa, 05 Februari 2013

DOA SETIAP MUSLIM





Teman Seperjalanan Menuju Kesuksesan Hidup di Dunia dan di Akhirat
Rujukan:
QS 1: 6, 7.
Ihdinash shiraathal mustaqiim (6). shiraathal ladziina an’amta alaihim,ghairil maghdhuubi ‘alaihim wa ladhdhaalliin.” (7).
Artinya: Tunjukilah kami jalan yang lurus, yakni jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka, dan bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai, dan juga bukan jalan orang-orang yang sesat.
QS 4: 69
Wa man yuti’illaahu war rasuula fa’ulaaika ma’al ladziina an’amta ‘alaihim minan nabiyyiina wash shiddiqiina wasy syahuhadaa’ wash shaalihiina wa hasuna ulaaika rafiiqaa.”
Artinya: Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul, maka mereka itu akan bersama orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, shiddiqin, syuhada’, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
Ash-shiraathal mustaqim
Ashiraath artinya jalan (yang lurus dan luas). Shiraathal mustaqiim artinya jalan yang lurus. Shiraathal ladziina an’amta alaihim artinya (yaitu) jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat.
Kata ash-shiraath yang muncul secara tunggal dalam Al Quran disebutkan sebanyak 45 kali. Frasa shiraathal mustaqiim disebutkan sebanyak 32 kali. Kata ash-shiraath selalu dikaitkan dengan kehendak Allah: kebaikan, kemurnian, kedamaian, kemuliaan, kesejahteraan, kejujuran, dll. Ash-shiraath adalah milik orang-orang mukmin dan hanya tertuju kepada orang-orang mukmin. Kata shiraath tidak ditujukan kepada orang musyrik ataupun kafir.
Ada dua kata lain yang artinya sama dengan ash-shiraath, yaitu kata as-sabiil dan ath-thariiq.
Contoh:
as-sabiil atau sabiil (juga sama dengan) as-subul atau subul
sabiil pada frasa/kalimat fi sabiilillah artinya pada jalan Allah; sabiili rabbika artinya jalan Tuhanmu; sabiilus (subulus) salaam artinya jalan kedamaian; sabiilul muhtadiin artinya jalan orang yang mendapat petunjuk.

Meskipun shiraath, sabiil, dan thariiq itu mempunyai arti yang sama, yaitu jalan, namun penempatan ketiga kata itu dalam kalimat berbeda. Kata sabiil dan thaariq bisa dikaitkan dengan kebaikan dan bisa juga keburukan/kejahatan.
Contoh penggunaan kata sabiil yang ditemukan dalam Al Quran yang ditujukan kepada orang-orang mukmin atau orang-orang kafir/musyrik/jahat
QS 7: 142, sabiilul mufsidiin artinya jalan orang-orang yang berbuat kerusakan
QS 7: 246, sabiilul ghayyii artinya jalan orang-orang yang sesat
QS 6: 55,   sabiilul mujrimiin artinya jalan orang-orang yang berdosa
QS 5: 16,   subulas salaam artinya jalan keselamatan
QS 4: 115, sabiilil mu’miniin artinya jalan orang-orang mukmin
QS 10: 89, sabiilal ladziina laa ya’lamuun artinya jalan orang-orang yang yang tidak    
                   mengetahui
Kata mustaqiim kata dasarnya qaama atau yaquumu yang artinya berdiri, tegak, dan lurus.
Shiraathal mustaqiim itu jalan yang amat luas dan lurus (tol, bebas hambatan, nyaman dilalui, bebas dari kemacetan,dan bebas dari semua yang tidak nyaman) diberikan kepada orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah (an’amta alaihim), yaitu orang-orang yang beriman, istiqomah, dan senantiasa bersyukur. Siapa gerangan orang-orang yang dimaksud?
Perhatikan saja simak dengan teliti apa yang difirmankan Allah dalam QS 4: 69 di atas, yaitu:  
1.    man yuthi’illah war rasuulu, siapa saja yang selalu taat kepada Allah dan Rasul: kaya – miskin; raja – kawula; ningrat berdarah biru – orang biasa; Arab – bukan Arab; Presiden – rakyat; ustaz – santri; pimpinan – staf; direktur – office boy; komisaris – cleaning service; fisik sempurna – tunafisik; imam besar – makmum biasa; dll.
(tak ada diskriminasi strata sosial, kasta, ras, pangkat, jabatan, atau golongan), yang penting mukmin.
Maka, nikmat Allah  selanjutnya bagi orang-orang yang taat dan patuh kepada Allah dan Rasul adalah:
2.    Berteman dengan orang-orang yang jelas-jelas telah mendapat nikmat dari Allah, yaitu nabiyyiin (para nabi), shiddiiqiin (orang-orang yang lurus), syuhada’ (orang-orang yang bersaksi), dan shaalihiin (orang-orang yang saleh), kemudian bersama-sama meraih rido Allah (mardhatillah).

Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang jalannya tidak diridoi/tidak diberi nikmat atau dibenci/dimurkai/dilaknat oleh Allah (ghairil maghdhuubi alaihim wa ladhdhoolliin)?
Mereka itulah orang-orang kafir: pintu-pintu langit dan pintu-pintu surga tertutup terkunci rapat untuk mereka. Allah mengibaratkan seperti dalam firman-Nya dalam QS 7: 40.
Innal ladziina kazzabuu bi aayaatinaa wastakbaruu ‘anhaa la tufattahul abwaabus samaa’ wa laa yadkhuluunal jannah hatta yalijal jamalu fis sammil khiyaathi, wa kadzaalika tajzil mujrimiin.”
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami dan menyombongkan diri terhadapnya, tidak akan dibukakan pintu-pintu langit bagi mereka, dan mereka tidak akan masuk surga, sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat.
Wallaahu a’lamu bis sawab.

Jakarta, 6 Februari 2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar