Rabu, 10 April 2013

YUK, KITA BERBICARA



!
Ucapan, berucap, dan berbicara
Sejak manusia ada, sejak Adam dan Hawa diciptakan, bahasa sebagai alat komunikasi sudah ada menyertai keduanya. Bahasa awal adalah ucapan (tuturan; ujaran). Adam dan Hawa dapat saling mengerti di antara keduanya dengan menggunakan bahasa ucapan dalam komunikasi. Keduanya mengandalkan dua alat tubuh, mulut dan telinga. Mulut untuk mengucapkan kata-kata dan telinga untuk mendengar. Bahasa tulis dan keterampilan membaca baru muncul belakangan, baik dalam bentuk gambar, lambang yang amat sederhata, sampai kemudian manusia menciptakan huruf seperti yang kita kenal sekarang ini.
Ucapan yang disampaikan dengan teratur melalui mulut oleh penutur/pembicara dan didengar oleh petutur/pendengar adalah berbicara. Kemampuan berbicara adalah kemampuan dasar dan salah satu aspek yang amat penting dalam berbahasa. Mampu berbicara dari seorang penutur akan membawa kepada sampainya gagasan yang disampaikan. Mampu berbicara tentu tidaklah serta-merta diperoleh dengan mudah, tetapi diperoleh melalui praktik setiap saat. Tentu kita masih ingat ketika kita memiliki anak balita, bagaimana kita berupaya keras setiap waktu melatih alat ucap anak balita agar mereka mampu mengucap kata-kata dan kemudian anak belita terampil berbicara.
Sejak zaman Adam sampai zaman anak-cucu Adam, kita yang berada di zaman modern ini, menyampaikan gagasan dengan kekuatan ucapan, berucap atau mengucapkan kata-kata, ataupun berbicara adalah sebuah keniscayaan. Berbahasa yang baik dan teratur dalam memelihara keharmonisan komunikasi antarmanusia adalah tuntutan. Bahasa operasionalnya adalah  berbahasa lisan yang efektif melalui kemampuan berbicara yang bernilai bahasa lisan yang komunikatif.
Kundharu Saddhono dan ST. Y. Slamet (2012: 37) menjelaskan tentang berbicara, maksud, dan tujuan berbicara. Pada dasarnya, berbicara mempunyai tiga maksud umum, yaitu: memberitahukan, melaporkan (to inform), menjamu, menghibur (to entertain), dan membujuk, mendesak, mengajak, meyakinkan (to persuade). Mengutip Djago Tarigan, tujuan berbicara meliputi: (1) menghibur, (2) menginformasikan, (3) menstimuli, (4) meyakinkan, dan (5) menggerakkan.
Yuk, kita bahas satu-persatu maksud dan tujuan berbicara! Lalu praktikkan kalimat-kalimat contoh yang diberikan berikut ini! Yakinlah, Anda pasti bisa!
v  memberitahukan, melaporkan, menginformasikan (to inform):
               Maaf, Bu. Saya tidak masuk kemarin karena sakit.
           Ketua Kelompok II melaporkan hasil kegiatan percobaan.
           Hai, kawan-kawan! Di sekolah kita sudah punya ruang perpustakaan.

v  menjamu, menghibur (to entertain)

Selamat datang, Paman dan Bibi. Kami sekeluarga senang sekali.
Kalau kamu dapat peringkat I, Kakak akan traktir makan untukmu. Katakan saja kamu ingin makan apa nanti!

Asal tahu saja, ya! Aku ini masih punya hubungan dekat dengan Tukul Arwana. Tukul itu tetangga sebelah rumahku.

(Bahasa berbicara dengan tujuan menjamu dapat kieta temui ketika the host, presenter, atau tuan rumah menyambut tamu yang datang memenuhi undangan makan malam atau akan menikmati hidangan yang disediakan.
Bahasa berbicara dengan tujuan menghibur dapat kita nikmati ketika presenter seperti Tukul Arwana menyapa dan bebircara dengan tamu-tamunya di studio tv atau dengan pemirsa tv di rumah dalam acara “Bukan Empat Mata”.)
v  membujuk, mendesak, mengajak, meyakinkan (to persuade)
           Ayah berharap engkau dapat berlatih setiap hari.
            Kalau kalian tidak mengakui perbuatan itu, tanggung sendiri akibatnya.  
           Sekolah akan mengambil tindakan dan menjatuhkan sanksi untuk kalian.
            Teman-teman, jika kalian punya hobi bermain futsal, ayo gabung bersama  
           kami dalam klub futsal “Jawara”!
            Menyikat gigi sebelum tidur itu akan menyehatkan gigi.
            Ayolah makan, Dik! Kamu harus banyak makan agar tubuhmu kuat dan cepat
           sembuh.
           
          (Bahasa membujuk dapat dicontoh dari investigasi aparat Kepolisian     
           mengorek keterangan dari seorang terperiksa; Bahasa seorang juru  
           kampanye (jurkam) ketika berkampanye; Bahasa seorang tukang obat pinggir   
           jalan atau karyawan/wati/sales promotion girl (SPG) yang mengobral barang.)
v  menstimuli
Sonya, anak seorang pemulung, bisa menjadi Juara I Lomba Gitar, karena dia selalu berlatih keras usai membantu orang tuanya.
Sopir angkot dan bus angkutan umum di kota tempat tinggalku sangat tertib berlalu lintas. Tak pernah ada pemakai jalan mengeluh karena macet padahal kendaraan cukup banyak yang berlalu-lalang.
(Bahasa berbicara yang tergolong bermaksud menstimuli dapat kita contoh adalah bahasa motivator seperti Rhenald Kasali atau Mario Teguh dengan “The Golden Ways”.)
v  meyakinkan
Anda ingin selamat berkendara sepeda motor? Taati peraturan lalu-lintas. Gunakan helm, atur kecepatan dan jarak dengan kendaraan lain, nyalakan lampu, dan tetap berada pada jalur. Jangan menerobos ketika lampu merah menyala, dan jangan menyalip tanpa memberi isyarat!
v  menggerakkan
Buanglah sampah di tong sampah! Ayo kita bersihkan got dari sampah walau cuma selembar plastik!
Manfaatkan keberadaan bank atau kantor pos untuk menabung! Transaksi apa pun yang siswa perlukan akan dilayani lebih cepat. Segeralah hubungi kantor pos atau bank terdekat di kotamu!
Aspek Berbicara di Sekolah Dasar
Jadi, dengan memerhatikan tujuan berbicara sebagaimana yang dikutip terdahulu, kemampuan berbicara itu amat penting. Karena pentingnya kemampuan berbicara itu, aspek berbicara dimasukkan sebagai salah satu dari empat aspek (membaca, menulis, mendengar, dan berbicara) yang diajarkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sejak anak berada di jenjang sekolah dasar (SD) sampai jenjang sekolah menengah atas/kejuruan (SMA/SMK) dalam Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; KTSP).
Tanggung jawab mengimplementasikan pembelajaran Bahasa Indonesia di SD misalnya, lebih khusus lagi pembelajaran aspek berbicara, ada di pundak semua guru/dewan guru, ada di pundak guru kelas (di SD berlaku guru kelas), lebih khusus lagi ada di pundak guru mata pelajaran (mapel) Bahasa Indonesia (untuk sebagian kecil SD yang sudah menyediakan guru mapel Bahasa Indonesia). Masa-masa usia anak SD adalah masa meniru. Mereka akan lebih cepat meniru dan mengucapkan kata-kata atau ungkapan sederhana yang mereka dengar di tengah lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Bahkan lebih hebat lagi, keterampilan berbicara mereka berkat pengaruh media elektronik radio dan tv, pergaulan, dan tentu saja pertemanan.
Oleh sebab itu, dewan guru, tenaga kependidikan, orang dewasa, dan warga sekolah berperan aktif dalam pembelajaran berbicara. Guru kelas dan/atau  guru mapel Bahasa Indonesia membelajarkan di kelas, sementara dewan guru berperan di luar kelas, dan orang dewasa warga sekolah berperan di dalam lingkungan sekolah. Tak boleh lagi ada dalih, alasan, atau sikap acuh tak acuh dari dewan guru dan orang dewasa warga sekolah di SD dalam pembelajaran berbicara menuju keterampilan berbicara para siswa.
Contoh:
Beberapa siswa berada di kantin. Mereka tentu berinteraksi dengan penjaga kantin atau orang tua murid yang sedang berada di kantin. Mereka berbicara dengan penjaga kantin,  mendengar teman atau orang lain berbicara dengan penjaga kantin, atau mereka mendengar para orang tua mengobrol. Mereka sering berinteraksi di kantin melalui pembicaraan dan mereka mendapatkan hal-hal baru yang mengasah keterampilan berbicara. Keberadaan kantin memberikan manfaat penting bagi siswa dalam praktik berbicara di luar kelas.
Apa yang diperoleh siswa ketika di kantin? Mereka terlatih bertanya tentang harga makanan atau minuman; mereka terbiasa mendengarkan jawaban dari penjaga kantin; mereka terlatih mendengar orang lain bertanya dan juga menjawab pertanyaan; mereka terlatih mendengar penjaga kantin menjelaskan tentang makanan dan minuman; mereka terlatih mendegarkan percakapan/obrolan orang dewasa/orang tua murid; dll.
Konsekuensi bagi orang dewasa/orang tua murid/penjaga kantin adalah bahwa mereka harus berbicara dalam bahasa lisan yang sopan.
Pembelajaran Berbicara untuk Siswa SD
Pembelajaran berbicara tak boleh dibatasi ketika tiba waktunya pembelajaran aspek berbicara saja. Guru harus kreatif mengelola waktu agar semua pembelajaran mata pelajaran menyentuh aspek berbicara. Guru harus memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berbicara agar keterampilan berbicara terlatih, terasah, dan menjadi teribiasa. Pertambahan usia dan naik kelas serta-merta akan diiringi dengan keterampilan berbicara yang makin lancar, makin baik, dan makin teratur.
Singkat kata, tiada pembelajaran mata pelajaran tanpa menampilkan aspek berbicara yang artinya bukan hanya terbatas kepada satu mata pelajaran saja, yakni Bahasa Indonesia. Terlebih lagi jika (benar terealisasikan Kurikulum baru 2013) pendekatan pembelajaran yang diusung Kurikulum 2013 adalah pendekatan yang tematis integratif. Apa pun tema yang ada di dalam struktur kurikulum hendaklah para guru membelajarkan aspek berbicara melalu praktik langsung para siswa.
Bagaimana mempraktikkan aspek berbicara melalui pendekatan tematis integratif akan dibahas pada tulisan berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar