!
Ucapan,
berucap, dan berbicara
Sejak
manusia ada, sejak Adam dan Hawa diciptakan, bahasa sebagai alat komunikasi
sudah ada menyertai keduanya. Bahasa awal adalah ucapan (tuturan; ujaran). Adam
dan Hawa dapat saling mengerti di antara keduanya dengan menggunakan bahasa
ucapan dalam komunikasi. Keduanya mengandalkan dua alat tubuh, mulut dan
telinga. Mulut untuk mengucapkan kata-kata dan telinga untuk mendengar. Bahasa
tulis dan keterampilan membaca baru muncul belakangan, baik dalam bentuk
gambar, lambang yang amat sederhata, sampai kemudian manusia menciptakan huruf
seperti yang kita kenal sekarang ini.
Ucapan
yang disampaikan dengan teratur melalui mulut oleh penutur/pembicara dan
didengar oleh petutur/pendengar adalah berbicara. Kemampuan berbicara adalah
kemampuan dasar dan salah satu aspek yang amat penting dalam berbahasa. Mampu
berbicara dari seorang penutur akan membawa kepada sampainya gagasan yang
disampaikan. Mampu berbicara tentu tidaklah serta-merta diperoleh dengan mudah,
tetapi diperoleh melalui praktik setiap saat. Tentu kita masih ingat ketika
kita memiliki anak balita, bagaimana kita berupaya keras setiap waktu melatih
alat ucap anak balita agar mereka mampu mengucap kata-kata dan kemudian anak
belita terampil berbicara.
Sejak
zaman Adam sampai zaman anak-cucu Adam, kita yang berada di zaman modern ini,
menyampaikan gagasan dengan kekuatan ucapan, berucap atau mengucapkan
kata-kata, ataupun berbicara adalah sebuah keniscayaan. Berbahasa yang baik dan
teratur dalam memelihara keharmonisan komunikasi antarmanusia adalah tuntutan.
Bahasa operasionalnya adalah berbahasa lisan
yang efektif melalui kemampuan berbicara yang bernilai bahasa lisan yang komunikatif.
Kundharu
Saddhono dan ST. Y. Slamet (2012: 37) menjelaskan tentang berbicara, maksud,
dan tujuan berbicara. Pada dasarnya, berbicara mempunyai tiga maksud umum,
yaitu: memberitahukan, melaporkan (to
inform), menjamu, menghibur (to
entertain), dan membujuk, mendesak, mengajak, meyakinkan (to persuade). Mengutip Djago Tarigan,
tujuan berbicara meliputi: (1) menghibur, (2) menginformasikan, (3) menstimuli,
(4) meyakinkan, dan (5) menggerakkan.
Yuk,
kita bahas satu-persatu maksud dan tujuan berbicara! Lalu praktikkan
kalimat-kalimat contoh yang diberikan berikut ini! Yakinlah, Anda pasti bisa!
v memberitahukan, melaporkan,
menginformasikan (to inform):
Maaf, Bu. Saya tidak
masuk kemarin karena sakit.
Ketua Kelompok II melaporkan hasil
kegiatan percobaan.
Hai, kawan-kawan! Di sekolah kita
sudah punya ruang perpustakaan.
v menjamu, menghibur (to entertain)
Selamat datang, Paman dan Bibi. Kami
sekeluarga senang sekali.
Kalau kamu dapat peringkat I, Kakak akan
traktir makan untukmu. Katakan saja kamu ingin makan apa nanti!
Asal tahu saja, ya! Aku ini masih punya
hubungan dekat dengan Tukul Arwana. Tukul itu tetangga sebelah rumahku.
(Bahasa berbicara dengan tujuan menjamu dapat
kieta temui ketika the host, presenter,
atau tuan rumah menyambut tamu yang datang memenuhi undangan makan malam atau
akan menikmati hidangan yang disediakan.
Bahasa berbicara dengan tujuan menghibur
dapat kita nikmati ketika presenter seperti Tukul Arwana menyapa dan bebircara
dengan tamu-tamunya di studio tv atau dengan pemirsa tv di rumah dalam acara “Bukan
Empat Mata”.)
v membujuk, mendesak, mengajak,
meyakinkan (to persuade)
Ayah berharap engkau dapat berlatih
setiap hari.
Kalau kalian tidak mengakui
perbuatan itu, tanggung sendiri akibatnya.
Sekolah akan mengambil tindakan dan
menjatuhkan sanksi untuk kalian.
Teman-teman, jika kalian punya hobi
bermain futsal, ayo gabung bersama
kami dalam klub futsal “Jawara”!
Menyikat gigi sebelum tidur itu akan
menyehatkan gigi.
Ayolah makan, Dik! Kamu harus banyak
makan agar tubuhmu kuat dan cepat
sembuh.
(Bahasa membujuk dapat dicontoh dari
investigasi aparat Kepolisian
mengorek keterangan dari seorang
terperiksa; Bahasa seorang juru
kampanye (jurkam) ketika
berkampanye; Bahasa seorang tukang obat pinggir
jalan atau karyawan/wati/sales promotion girl (SPG) yang
mengobral barang.)
v menstimuli
Sonya,
anak seorang pemulung, bisa menjadi Juara I Lomba Gitar, karena dia selalu
berlatih keras usai membantu orang tuanya.
Sopir
angkot dan bus angkutan umum di kota tempat tinggalku sangat tertib berlalu
lintas. Tak pernah ada pemakai jalan mengeluh karena macet padahal kendaraan
cukup banyak yang berlalu-lalang.
(Bahasa
berbicara yang tergolong bermaksud menstimuli dapat kita contoh adalah bahasa
motivator seperti Rhenald Kasali atau Mario Teguh dengan “The Golden Ways”.)
v meyakinkan
Anda
ingin selamat berkendara sepeda motor? Taati peraturan lalu-lintas. Gunakan
helm, atur kecepatan dan jarak dengan kendaraan lain, nyalakan lampu, dan tetap
berada pada jalur. Jangan menerobos ketika lampu merah menyala, dan jangan
menyalip tanpa memberi isyarat!
v menggerakkan
Buanglah
sampah di tong sampah! Ayo kita bersihkan got dari sampah walau cuma selembar
plastik!
Manfaatkan
keberadaan bank atau kantor pos untuk menabung! Transaksi apa pun yang siswa
perlukan akan dilayani lebih cepat. Segeralah hubungi kantor pos atau bank
terdekat di kotamu!
Aspek
Berbicara di Sekolah Dasar
Jadi,
dengan memerhatikan tujuan berbicara sebagaimana yang dikutip terdahulu, kemampuan
berbicara itu amat penting. Karena pentingnya kemampuan berbicara itu, aspek
berbicara dimasukkan sebagai salah satu dari empat aspek (membaca, menulis,
mendengar, dan berbicara) yang diajarkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
sejak anak berada di jenjang sekolah dasar (SD) sampai jenjang sekolah menengah
atas/kejuruan (SMA/SMK) dalam Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan; KTSP).
Tanggung
jawab mengimplementasikan pembelajaran Bahasa Indonesia di SD misalnya, lebih
khusus lagi pembelajaran aspek berbicara, ada di pundak semua guru/dewan guru, ada
di pundak guru kelas (di SD berlaku guru kelas), lebih khusus lagi ada di
pundak guru mata pelajaran (mapel) Bahasa Indonesia (untuk sebagian kecil SD
yang sudah menyediakan guru mapel Bahasa Indonesia). Masa-masa usia anak SD
adalah masa meniru. Mereka akan lebih cepat meniru dan mengucapkan kata-kata
atau ungkapan sederhana yang mereka dengar di tengah lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Bahkan lebih hebat lagi, keterampilan berbicara mereka
berkat pengaruh media elektronik radio dan tv, pergaulan, dan tentu saja
pertemanan.
Oleh
sebab itu, dewan guru, tenaga kependidikan, orang dewasa, dan warga sekolah
berperan aktif dalam pembelajaran berbicara. Guru kelas dan/atau guru mapel Bahasa Indonesia membelajarkan di
kelas, sementara dewan guru berperan di luar kelas, dan orang dewasa warga sekolah
berperan di dalam lingkungan sekolah. Tak boleh lagi ada dalih, alasan, atau sikap acuh tak acuh dari dewan
guru dan orang dewasa warga sekolah di SD dalam pembelajaran berbicara menuju
keterampilan berbicara para siswa.
Contoh:
Beberapa siswa berada di kantin. Mereka tentu
berinteraksi dengan penjaga kantin atau orang tua murid yang sedang berada di
kantin. Mereka berbicara dengan penjaga kantin, mendengar teman atau orang lain berbicara
dengan penjaga kantin, atau mereka mendengar para orang tua mengobrol. Mereka
sering berinteraksi di kantin melalui pembicaraan dan mereka mendapatkan
hal-hal baru yang mengasah keterampilan berbicara. Keberadaan kantin memberikan
manfaat penting bagi siswa dalam praktik berbicara di luar kelas.
Apa yang diperoleh siswa ketika di kantin? Mereka
terlatih bertanya tentang harga makanan atau minuman; mereka terbiasa
mendengarkan jawaban dari penjaga kantin; mereka terlatih mendengar orang lain
bertanya dan juga menjawab pertanyaan; mereka terlatih mendengar penjaga kantin
menjelaskan tentang makanan dan minuman; mereka terlatih mendegarkan
percakapan/obrolan orang dewasa/orang tua murid; dll.
Konsekuensi bagi orang dewasa/orang tua murid/penjaga
kantin adalah bahwa mereka harus berbicara dalam bahasa lisan yang sopan.
Pembelajaran
Berbicara untuk Siswa SD
Pembelajaran
berbicara tak boleh dibatasi ketika tiba waktunya pembelajaran aspek berbicara
saja. Guru harus kreatif mengelola waktu agar semua pembelajaran mata pelajaran
menyentuh aspek berbicara. Guru harus memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada siswa untuk berbicara agar keterampilan berbicara terlatih, terasah, dan
menjadi teribiasa. Pertambahan usia dan naik kelas serta-merta akan diiringi
dengan keterampilan berbicara yang makin lancar, makin baik, dan makin teratur.
Singkat
kata, tiada pembelajaran mata pelajaran tanpa menampilkan aspek berbicara yang
artinya bukan hanya terbatas kepada satu mata pelajaran saja, yakni Bahasa
Indonesia. Terlebih lagi jika (benar terealisasikan Kurikulum baru 2013)
pendekatan pembelajaran yang diusung Kurikulum 2013 adalah pendekatan yang
tematis integratif. Apa pun tema yang ada di dalam struktur kurikulum hendaklah
para guru membelajarkan aspek berbicara melalu praktik langsung para siswa.
Bagaimana
mempraktikkan aspek berbicara melalui pendekatan tematis integratif akan
dibahas pada tulisan berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar