Senin, 17 Februari 2014

Lanjutan ORANG YANG ....



Lanjutan Orang yang ….
Orang-orang kaya akan berprinsip, berhaji cukup dengan membayar. Ada oknum berhaji berkali-kali (berhaji setan) menggantikan orang lain karena dibayar. Oknum ini sangat berani “menjual ayat-ayat Quran”, menyosialisasikan proyek haji badal, menyosialisasikan hadis dan fatwa abal-abal. Oknum yang berkelakuan seperti ini merugikan muslim lain karena oknum ini menyerobot jatah orang lain.
Bagaimana menjelaskan kepada muslim lain bahwa kelakuan seperti ini tidak benar?
Sebaiknya kita tengok kembali narasi cerita-cerita imajiner yang sudah ditulis terdahulu, yakni cerita imaginer dari nomor 1 sampai nomor terakhir.
Muslim yang cerdas adalah muslim yang menggunakan logika dalam pernalaran supaya tidak menyia-nyiakan karunia akal yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia. Pernalaran berlogika kita gunakan cerita imaginer sebagai analogi (qiyas) untuk memahami praktik beragama Islam yang seharusnya.
1.    Dalam sebuah negara dengan sistem pemerintahan yang baik, amat mustahil Ahmad Dhani dan Maia Estianti bisa didudukkan sebagai pesakitan menggantikan (membadal) Dul sang anak tersayang yang menabrak orang sampai tewas. Apa lagi sampai bisa mendekam di bui.
(kecuali sekedar cerita dongeng dan bualan pembual)
2.    Mustahillah Airin Rachmi Diani dibui menggantikan (membadal) Wawan sebagai penghuni sel lantaran Airin adalah istri Wawan. Mustahillah Wawan bisa menggantikan (membadal) Airin sebagai Walikota Tangsel lantaran dia suaminya Airin.
3.    Mustahillah Firman Wijaya bisa menggantikan (membadal) Ratu Atut mendekam di sel sebagai jaminan buat Ratu Atut. Mustahillah pulau milik Ratu Atut (?) bisa dijual/dipindahtangankan kepada orang lain sementara Ratu Atut sedang dijadikan tersangka korupsi dan pencucian uang.
4.    Mustahillah kartu ATM atas nama dan pin atau apa pun aset milik Depe bisa diuangkan oleh Jupe.
5.    Merujuk kepada analogi nomor 1 s.d. 4, tentu setali tiga uang juga dengan nomor 5. Mustahillah fardhu ‘ain ibadah individual wajib bersalat lima waktu sehari semalam, seorang ayah bisa menggantikan (membadal; meng-qadha) salat anaknya.
6.    Merujuk kepada analogi nomor 1 s.d. 4, tentu setali tiga uang juga dengan nomor 6. Mustahillah fardhu ‘ain ibadah individual wajib berpuasa satu bulan penuh pada bulan Ramadan, seorang anak bisa menggantikan (membadal) wajib berpuasa seorang ibu lantaran cinta dan sayang kepada ibundanya.
7.    Merujuk kepada analogi nomor 1 s.d. 4, tentu setali tiga uang juga dengan nomor 7. Mustahillah fardhu ‘ain ibadah individual wajib berhaji sang kakak (bagi yang mampu) digantikan (dibadal) oleh sang adik (orang lain; ustaz; kiai).
Simpulan
Menaati hukum-hukum, perundang-undangan, aturan-aturan, dan tata tertib dalam kehidupan itu wujud ketaatan kepada pemimpin, wujud ketaatan kepada teladan Rasul, dan otomatis wujud ketaatan kepada Allah. Muslim yang taat kepada pemimpin, pasti taat kepada Rasul, so pasti taat kepada Allah. Dampaknya adalah merasakan kehidupan yang nyaman, sejahtera, tidak suka melanggar, tidak neko-neko, jauh dari rasa waswas dan takut, terkendali, dan memiliki rasa malu untuk berbuat pelanggaran.
Kita telah menegakkan wujud ibadah yang umum hidup di tengah masyarakat (di mana bumi berpijak, di situ langit dijunjung), mewujudkan kegiatan objektif yang berujung kemaslahatan bagi kita juga.
Kita juga menegakkah ibadah yang khas (salat, berpuasa, berhaji). Ibadah yang khas itu rujukan objektifnya Quran dan Sunnah Rasul. Inti ajaran Islam dalam hal ibadah itu hanya dua perkara, yakni perintah dan larangan.
Ada perintah Allah tentang sesuatu perkara, Rasul saw dan kita muslim melaksanakan. Ada larangan Allah tentang sesuatu perkara, Rasul saw dan kita muslim menghindari.
JikaTidak ada perintah Allah dalam Quran, tidak pernah ada contoh dari Rasul saw tentang sesuatu perkara, jangan dikerjakan karena berujung sia-sia. Jangan membikin-bikin dalil dan dalih dewekan, karena perbuatan seperti itu menyesatkan.
Setiap muslim (individually; nafsi-nafsi) wajib salat lima waktu, wajib berpuasa sebulan penuh pada bulan Ramadan, dan wajib berhaji (bagi yang mampu) sekali saja. Gimane ceritenya kewajiban nafsi-nafsi (sorangan) seperti salat, puasa, dan haji bisa digantikan (dibadalkan) oleh orang lain? Kelakuan seperti Itu bersumber dari ajaran sesat! Kita berani melakukannya, maka pekerjaan kita adalah pekerjaan sesat!
Simak kembali analogi-analogi nomor 1 s.d. 4.
Jakarta, Minggu,16 Februari 2014



Tidak ada komentar:

Posting Komentar