Senin, 24 Februari 2014

ISTRI MAJIKAN BIADAB, MAJIKAN KURANG ADAB, VOKAL PENGACARA MAJIKAN LAKSANA DADAP, DAN PRT DIJADIKAN KUDAP



ISTRI MAJIKAN BIADAB, MAJIKAN KURANG ADAB, VOKAL PENGACARA MAJIKAN LAKSANA DADAP, DAN PRT DIJADIKAN KUDAP

Majikan
Kata majikan itu arti sederhananya adalah orang yang menyediakan pekerjaan untuk orang lain  berdasarkan ikatan kontrak (kontraktual), baik secara tertulis maupun secara lisan (kesepakatan lisan).
Menyimak arti kata majikan ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada dua pihak yang terikat kontrak, yaitu penyedia pekerjaan (majikan) dan pekerja (buruh, pembantu, orang upahan, pesuruh, jongos). Hubungan kedua pihak ini adalah subordinat (kasta atasan dan kasta bawahan). Zaman dulu, majikan sang pemberi pekerjaan biasanya disebut juragan dan orang upahan disebut jongos. Kontrak kerja majikan dengan orang upahan berdasarkan kesepakatan lisan, sementara kontrak tertulis antara juragan dengan jongos tidak ada. Jadi, tidaklah mengherankan jikajuragan punya lebih besar hak sementara jongos punya kewajiban yang lebih besar.
Zaman sekarang, kata juragan mulai hilang penggunaannya dari  khasanah ragam lisan dan lebih lazim disebut bos. Begitu pun kata jongos sebagai sebutan untuk orang upahan sudah mulai ditinggalkan pemakai bahasa takbaku karena dianggap merendahkan martabat sebagai manusia.
Orang upahan bisa disebut sesuai dengan fungsinya. Perhatikan  sebutan untuk  hubungan majikan/bos dengan orang upahan seperti contoh-contoh berikut ini.
Orang upahan yang biasa disuruh mengemudi dan mengantar/menjemput bos pergi/pulang dari/ke tempat-tempat yang diinginkan bos disebut sopir atau sopir pribadi (bisa dan boleh disingkat sopri; analoginya adalah sespri dan aspri).
Orang upahan yang dipekerjakan mengerjakan semua pekerjaan rumahan disebut dengan sebutan pembantu rumah tangga (PRT).
Orang upahan yang pekerjaannya mengawal disebut pengawal pribadi (bodyguard). Orang upahan yang selalu membantu pekerjaan majikan sehari-hari disebut asisten  pribadi (aspri).
Sejenis dengan dengan pekerjaan dan kebutuhan bos yang bersifat pribadi ada dokter pribadi, ada sekretaris pribadi (sespri), dan ada sebutan yang lebih mentereng untuk para artis dan kaum seleb/pesohor, namanya  manager. Apa fungsi manager bagi para artis atau kaum pesohor?
Penulis tidak perlu menjelaskan terlalu jauh tentang fungsi manager dalam tulisan ini.Tentu para pembaca dapat menerka fungsi manager bagi seorang artis atau kaum pesohor.

Pembantu Rumah Tangga (PRT)
Kalau seseorang boleh menentukan takdirnya, tentu tidak seorang pun di antara kita yang mau memilih profesi sebagai pembantu rumah tangga (PRT). Mengapa? Profesi PRT, meskipun profesi yang jelas menghasilkan pendapatan halal, tetapi tidak membanggakan, kurang bermartabat, kurang berderajat, dan bahkan seakan-akan sangat rendah martabatnya dalam pandangan banyak orang.
Akan tetapi, akar persoalan lahirnya profesi PRT yang dianggap tidak bermartabat ini adalah faktor kemiskinan. Orang miskin di Indonesia ini lebih dari 20-an persen dari jumlah penduduk. Cukup banyak, bukan?
Orang miskin itu secara ekonomis, indikatornya adalah orang yang tidak mempunyai penghasilan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Indikator berikutnya adalah, orang miskin itu tidak bisa membiayai pendidikan anak-anaknya. Boro-boro anak-anaknya bisa bersekolah sampai jenjang perguruan tinggi (PT), sampai jenjang sekolah menengah atas (SMA, SMK) saja orang miskin itu hampir tidak mampu. Apa yang bisa diraih oleh outcome pendidikan yang rendah pada masa sekarang ini?
Mereka yang berusia produktif ini tidak siap terjun ke tengah masyarakat karena tidak memiliki kemampuan yang memadai ketika memasuki pasar kerja. Atau, tidak ada lowongan kerja yang tersedia bagi mereka. Bahkan, mereka hanya menjadi beban masyarakat (tentu saja beban orang tua).
Sebagian orang tua miskin menyilakan, meminta, menyuruh, atau memaksa sang anak untuk bekerja dengan dalih demi meringankan beban ekonomi orang tua.  (Ada oknum orang tua yang memaksakan kehendak atas anak perempuan/gadis menjadi TKI untuk bekerja di luar negeri. Bahkan ada oknum orang tua yang tega “menjual” anak gadisnya demi sesuap nasi, atau bisa jadi demi menaikkan gengsi dan sudah capek menjadi orang miskin kelas ikan teri).
Dampak negatif dari faktor miskin ini adalah kejahatan (kriminalitas). Meningkatnya kuantitas kemiskinan berbanding lurus dengan meningkatnya angka kejahatan/kriminalitas. Sinyalemen Nabi saw melalui statemennya, “kadal fakru an yakuuna kufra” yang artinya, kemiskinan itu menyebabkan kekafiran”. (kekafiran itu dalam bentuk tindak kejahatan: prostitusi, pencurian, perampokan, premanisme, penipuan, narkoba, perjudian, perdukunan, dan pembunuhan).
Anak-anak yang baik, taat, dan berbakti kepada orang tua tentu tak mau berdiam diri dan hanya menjadi beban dalam keluarga. Anak-anak ini mencari kerja melalui agen penyalur tenaga kerja sebagai PRT. Mereka tak punya pilihan lain, mereka pun bersedia menjadi PRT. Tentu menjadi PRT pasti setiap harinya berhadapan (berkomunikasi) dengan majikan dan keluarga majikan.
Tak seorang pun yang tahu bagaimana nasib diri esok lusa, baik nasib baik maupun nasib buruk atau bahkan sangat buruk. Begitu pun dengan seorang PRT. Banyak kasus PRT bernasib baik karena punya majikan yang sangat care, dermawan, simpatik, ramah, dan memelihara spirit kekeluargaan. PRT yang bernasib seperti ini, betahan (betah banget) bekerja di rumah majikan. Ketika PRT itu menikah, biaya pernikahan ditanggung majikan. Lebih hebat lagi, suami/istri disuruh bergabung ikut pula bekerja. Ketika pasutri PRT ini melahirkan, biaya persalinan dibiayai pula oleh majikan. Bayi pasutri PRT ini menjadi anggota keluarga besar majikan.
Ada kasus PRT yang nasibnya lazim seperti nasib PRT pada umumnya. Sang PRT bekerja durasinya sesuai dengan kontrak kerja, gajinya diterima sesuai pula, tunjangan diterima, hak cuti pun dinikmati. PRT merasa menikmati jerih payahnya menjual jasa dengan bekerja dan majikan menikmati pengorbanannya membayar upah. Kedua belah pihak sama-sama puas. Inilah model PRT dan majikan yang taat hukum.
Ada banyak kasus PRT yang kontras dengan kasus-kasus yang telah diuraikan terdahulu, yakni kasus PRT yang tidak merasa nyaman bekerja mengabdi kepada majikannya. Ada banyak jenis bentuk perlakuan yang menyebabkan sang PRT tidak nyaman atau tidak betah, Faktor utama lebih disebabkan oleh faktor perlakuan majikan atau anggota keluarga majikan. Perlakuan majikan seperti apa?
Ada majikan yang pelit (kikir, medit, koret, bakhil), misalnya sang majikan doyan sekali memotong gaji, menahan pembayaran gaji, enggan memberi tunjangan, dan mengurangi jatah makan sang PRT-nya.
Ada majikan yang berwatak mesum. Majikan seperti ini suka berbuat pelecehan seksual kepada PRT-nya yang wanita terutama yang belia (mata keranjang, suka colak-colek, merayu, percobaan perkosaan, bahkan memperkosa). Malang nian nasib PRT seperti ini! Hilang kehormatan, hamil, dan diusir pula.
Ada majikan wanita STw (setengah tuwek) yang doyan brondong. Sukanya adalah memengaruhi psikis PRT-nya yang muda, misalnya sopri, pengawal pribadi, sespri, atau aspri. Penampilan di depan PRT-nya yang brondong mengundang birahi, memancing, dan memberi peluang kepada si PRT brondong untuk mendekatinya. Selanjutnya, …. (silakan pembaca terka)
Satu lagi contoh perlakuan majikan yang membuat PRT tidak nyaman. Seperti apa perlakuan itu?
Majikan galak! Setiap hari atau tiada hari bagi sang majikan tanpa mengomel. Si PRT bekerja salah sedikit saja diomeli, apa lagi melakukan kesalahan besar. Majikan yang suka mengomel atau majikan cerewet atau majikan yang punya perlakuan sebatas melontarkan kata-kata kasar atau pedas masih bisa diterima oleh si PRT yang masih berbesar hati (tak perlu diambil hati; dia anggap saja sebagai kudapan).
Berikut ini adalah contoh majikan yang tidak layak menjadi majikan karena perlakuannya yang amat tidak manusiawi, dan lebih layak dikerangkeng di dalam kurungan jeruji besi alias sel tahanan.

Majikan biadab dan PRT dijadikan kudap
Adalah seorang ibu rumah tangga yang bernasib sangat bagus, hidup berkecukupan (kaya-raya). Bersuamikan Pati Polri berpangkat Brigjen Pol. (purn.) M. Situmorang. Nama ibu ini adalah Mutiara, berdomisili di Kota Bogor. Ibu Mutiara ini, karena dia kaya, tentu saja layak punya PRT, satu, dua, lima, atau bahkan enam belas orang. Hebat, bukan?
Ya, hebatlah, seorang Mutiara yang hanya ibu rumah tangga biasa punya PRT sebanyak enam belas orang!
Tunggu dulu! Simpan dulu rasa kekaguman kita terhadap sosok Mutiara yang punya suami seorang purnawirawan polisi mantan Pati bintang satu.
Namanya indah, Mutiara, sejenis permata yang mahal harganya, tetapi kelakuannya tak seindah dan tak sehalus namanya, sama sekali tak ada nilainya. Bahkan sangat buruk, lebih pantas disebut biadab.
Mulutnya dengan enteng memarahi PRT-nya yang berbuat kesalahan dalam bekerja. Kedua tangannya dengan enteng menjambak rambut PRT-nya yang menjatuhkan benda, mencakar tangan sampai luka dan meninggalkan bekas. Lebih sadis lagi, Mutiara yang usianya sudah di atas paruh baya itu dengan begitu tega menyiram tangan PRT-nya dengan minyak goreng panas.
Itu baru mulut dan tangan Mutiara yang beraksi dan dapat dijadikan bukti oleh PRT-nya jika kasus kebiadaban ini dibawa ke ranah hukum.
Berikut adalah bukti lain tentang perlakuan sosok majikan biadab yang dipertontonkan oleh seorang Mutiara.
Hatinya yang keras bagai batu (ratu tega) membiarkan PRT-nya bekerja selama dua puluh jam dari 24 jam sehari semalam. Mutiara sampai hati tidak membayarkan gaji PRT-nya dengan berbagai dalih yang tak logis. Tega nian Mutiara “memenjarakan” para PRT-nya di dalam rumah besarnya yang berdiri megah bak benteng zaman kerajaan Romawi. Tega banget Mutiara meminta uang jutaan rupiah sebagai uang ganti rugi bagi PRT-nya yang mau keluar dari rumahnya.
Teganya, teganya, teganya ….(10 x)
Andaikata tidak diketahui oleh media massa, tidak diekspos, tidak ada aparat kepolisian turun tangan, tentu perlakuan Mutiara yang bengis terhadap para PRT-nya akan terus berlanjut, artinya para PRT-nya itu masih tetap dalam penderitaan berkepanjangan entah sampai kapan.
(Semua yang penulis tulis ini didapat berkat hasil rekam mengamati siaran tv yang gencar memberitakan kasus yang sedang hangat dibicarakan khalayak ramai, tulisan di media cetak, dan hasil menyimak wawancara ekslusif reporter tv terhadap para PRT, penggiat hukum dari LBH, penggiat perlindungan HAM dan anak, dan psikolog, beberapa hari terakhir).

Majikan kurang adab
Mutiara si ratu tega yang punya PRT sebanyak enam belas orang ini punya suami. Tentu saja, suami di mana pun, sebagai kepala keluarga, pemimpin, dan pelindung keluarga, sebisa-bisanya harus melindungi istrinya, walaupun sang istri berada dalam posisi salah (melanggar HAM. norma sosial, etika, dan norma hukum).
Begitulah yang telah dipertontonkan oleh M. Situmorang, seorang purnawirawan Pati Polri berpangkat Brigjen Pol. (bintang 1) kepada para khalayak demi membela istrinya yang punya nama bagus, Mutiara.
M. Situmorang tampil habis-habisan membela istrinya. Caranya adalah meruntuhkan semua kesaksian para PRT-nya yang hampir seluruhnya memojokkan istrinya (faktual). Senjatanya adalah, menidakkan (mengatakan dengan kata-kata tidak pernah) kasus penganiayaan Mutiara sang istri terhadap para PRT. Dia bilang bahwa istrinya itu tidak pernah menyiksa, tidak pernah menjambak, tidak pernah menampar, apa lagi menyiram dengan minyak panas terhadap PRT. Semua itu tidak pernah terjadi! Katanya, istrinya yang bernama Mutiara itu sangat dekat dengan para PRT-nya.
Alibi seorang suami yang bernama M. Situmorang berdasarkan asumsi-asumsi dalam membela Mutiara sang istri yang telah melakukan perbuatan melanggar norma-norma, berusaha meruntuhkan kesaksian-kesaksian korban pelapor (enam belas orang) yang menunjukkan bukti-bukti kuat dan objektif. Pembelaan yang sesat dan cacat hukum dari seorang suami yang notabene adalah mantan aparat penegak hukum, seorang pati Polri pula.
Pertanyaan mendasar untuk pembelajaran kita dalam memahami hukum: Mungkinkah pelapor sebanyak enam belas orang bersepakat berbohong dengan memberikan keterangan atau kesaksian palsu di depan penyidik? Mungkinkah orang sebanyak itu bisa merangkai cerita bohong? Kalau memang benar mereka merangkai cerita bohong, di mana tempatnya (locus), kondisinya seperti apa,  dan kapan mereka melakukan kesepakatan?
Sebagus apa pun alibi yang dipertontonkan melalui kalimat-kalimat verbal oleh sang suami M. Situmorang atas istrinya yang punya nama indah, Mutiara, tidak akan bisa sempurna menutup tindakan biadab istrinya. Mutiara telah pernah menampar, menjambaki, bahkan menyiram PRT dengan minyak panas. Mutiara menahan atau tidak membayar gaji PRT, menyekap PRT, dan memalak PRT jutaan rupiah bagi PRT yang ingn keluar dari rumah besarnya. Dipastikan dan patut diduga dia tahu peristiwa kelakuan biadab istrinya dan dia berusaha menutup-nutupi kejahatan terhadap kemanusiaan itu.
Kelakuan suami membela istri seperti itu layak digolongkan kelakuan orang yang kurang adab.

Vokal Pengacara Viktor Nadapdap laksana bunga dadap
Tak urung Mutiara yang sedang tersandung kasus yang bakal menyeretnya ke ranah hukum mengundang pengacara (pasti empunya kasus harus merogoh kocek untuk membayar) yang bernama Viktor Nadapdap. Sebagian besar pengacara adalah pembela klien yang bekerja karena dibayar. Mereka akan mendampingi dan melakukan pembelaan untuk kliennya: membebaskan klien atau meringankan hukuman bagi kliennya. Begitu pun dengan Bung Viktor Nadapdap terhadap Mutiara dan keluarganya.
Apa pun sebutan yang diberikan kepada Viktor Nadapdap, apakah jubir, humas, atau pembela, yang muncul untuk keperluan empunya kasus, Mutiara, bukan persoalan. Yang penting Viktor Nadapdap harus tampil melakukan pembelaan dari awal hingga akhir. Penampilan pertama baginya adalah berbicara untuk keperluan Mutiara dan juga keluarganya.
Viktor Nadapdap tampil humble di layar tv sebagai jubir atau pembela Mutiara yang empunya kasus. Penampilannya tanpa bicara begitu bersahabat.
Tunggu dulu. Itu kalau Viktor Nadapdap belum berbicara apa-apa. Begitu kita ikuti kalimat-kalimatnya dalam membela Mutiara, kalimat-kalimat yang keluar dari mulut Viktor Nadapdap laksana bunga dadap. Apa pula itu dadap?
Dadap itu nama sejenis pohon yang nama latinnya Erythrina. Pohon dadap ada yang berduri dan ada yang tidak , tingginya lebih dari dua puluhan meter. Pohon dadap berguna untuk peneduh di kebun kopi dan untuk penyangga tanaman lada atau teh. Daun dadap yang muda berguna untuk lalap dan pelancar haid.
Kalau bunga dadap? Warnanya merah merona dan elok dipandang. Sayang, bunga dadap tak berbau (tidak harum dan juga tidak busuk). Berkaitan dengan bunga dadap ini, ada peribahasa berbunyi, laksana bunga dadap. Apa arti peribahasa ini?
Artinya adalah, orang yang tampilan fisiknya elok dipandang (tampan atau cantik), tetapi bicaranya tak sedap didengar (bikin panas hati).
Itulah peribahasa yang cocok dialamatkan kepada Viktor Nadapdap. Kalimat-kalimat yang dilontarkan oleh Viktor Nadapdap dalam membela Mutiara benar-benar tidak nyaman di telinga banyak orang. Dia mengatakan bahwa Mutiara, kliennya itu, tidak pernah melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak pantas seperti yang dilaporkan oleh para PRT. Katanya lagi, Mutiara itu majikan yang baik, suka ntraktir PRT, penolong, dermawati, dan selalu memberi kebebasan yang pantas kepada semua PRT. Lanjutnya lagi, Mutiara itu suka menyantap kudap bersama-sama dengan PRT.
Jadi tidak benar kalau diberitakan Mutiara “mengudap” PRT atau menjadikan PRT sebagai kudap pemuas emosi kemarahannya.
Hayyya, vokal Viktor Nadapdap laksana bunga dadap. Penampilannya di layar tv sih mantap. Akan tetapi bicaranya memelintir bak tukang sulap. Dia itu lagi ngomong atau menguap? Fakta kebenaran mau dia endap. Dia amat peduli pada majikan kalap, tetapi dia tidak peduli pada para PRT yang meratap.
Jakarta, 23 Februari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar