Ikamah
Ikamah
(iqamat, qamat) adalah panggilan atau seruan segera berdiri untuk salat
(berjamaah). Ketika kalimat ikamah
diucapkan oleh salah seorang dari jemaah yang akan salat berjamaan, imam dan
makmum harus segera berdiri mengambil posisi dalam saf-saf (shaf). Kalimat ikamah sama dengan kalimat azan. Bedanya kalimat ikamah diucapkan
sekali saja (tidak diulang dua kali) dan sehingga berbeda dengan kalimat azan. Ada
satu kalimat tambahan yang diucapkan dua kali, yaitu kalimat Qad qaamatish shalaah 2x. (Sungguh!
Kami /kita tegakkan salat; Sungguh! Tegakkan salat! Sungguh! Berdirilah untuk
salat!)
Ikamah, seperti halnya azan, adalah
ajakan dari muazzin dan pengucap
ikamah itu kepada muslim yang hidup di sekitarnya yang mendengarnya untuk
segera bersalat. Setiap muslim yang mendengar kumandang azan dan lafal ikamah akan mengerti/memahami,
menghayati, dan menaati serta menegakkan salat.
Lalu, memahami hakikat dan makna azan
ikamah yang telah kita ketahui, apa jawaban untuk pertanyaan seperti ini: Untuk
apa dan bagi siapa azan dikumandangkan dan ikamah dilafalkan di depan mayit di
liang lahat?
Kalau dipikir-pikir dan direnungi
secara mendalam sebagai muslim yang dibekali akal dan ingin dijuluki ulil albab, Logiskah itu?
salawat
Salawat
atau selawat (jamak/plural
dari salat) memiliki beberapa arti seperti berikut: permohonan kepada Tuhan;
doa; berdoa memohon berkat Tuhan; doa kepada Allah untuk Nabi Muhammad saw
beserta keluarga dan para sahabatnya {(lafal wajib dalam salat ketika duduk
antara dua sujud (tahiyat awal) dan
duduk sebelum salam (tahiyat akhir)}.
Selawat aslinya adalah doa untuk Nabi
saw dan sebagai perintah Allah kepada orang-orang yang beriman agar
berselawat/mendoakan Nabi saw (yaa
ayyuhal ladziina aamanu shalluu ‘alaihi wa sallimuu tasliimaa; Wahai
orang-orang beriman, bersalawatlah (untuk
Nabi saw) dan raihlah keselamatan/kedamaian). Kreativitas dan improvisasi
orang-orang, di antaranya penyair, pujangga, dan pemusik memperkaya
selawat sesuai dengan bidangnya
masing-masing. Pujangga atau penyair memperkaya selawat dengan aksesoris kata,
kalimat, atau syair karangan sendiri dengan pengetahuan yang dimiliki. Para
pemusik berkolaborasi dengan penyair mewarnai kalimat selawat dengan corak
musik dan syair/puisi (misalnya kolaborasi Taufik Ismail dengan Bimbo; Emha
Ainun Najib dengan Grup Kiai Kanjeng; Cici Paramida dengan grup kasidahan.
Dll.).
Sayangnya macam-macam aksesoris itu
lalu dibumbui pula dengan cerita dan dongeng yang justru menjauh dari makna
selawat itu sendiri. Muslim yang awam tentu tak bisa lagi membedakan antara
selawat sebagai perintah dengan syair dan musik sebagai aksesoris. Mau bukti?
Lihat dan perhatikanlah beberapa
kelompok jemaah kaum ibu yang suka bernyanyi/menyanyikan lagu-lagu selawat
karangan Hadad Alwi dengan penyanyi Hadad Alwi dan Sulis dalam acara pengajian.
Lihat dan perhatikan juga jemaah muslim yang membaca syair-syair Barzanzi
karangan penyair Ahmad Barzan (abad ke-13; syair asli berbahasa Arab) dalam
merayakan Maulid Nabi saw pada berbagai kesempatan. meskipun dengan suara
terbata-bata, terputus-putus, nafas terengah-engah, dan tak mengerti sama sekali
isinya/kandungannya, mereka ikut-ikutan membaca syair-syair itu. Kasihan juga
melihat orang-orang tua yang banyak keterbatasan harus melafal dan membaca
syair dalam bahasa Arab ketika mendapat giliran: suara, gigi, mata, dll. membaca
syair-syair pujian dan sanjungan karangan penyair pengultus Nabi saw. Ustaz,
kiai, atau mualim yang menjadi guru mengajinya nggak mikirin/nggak kepikiran terhadap handicap atau kendala yang dihadapi jemaah. Doktrinnya, berselawat
itu adalah wajib dan bukti cinta kepada Nabi saw. Konon katanya, orang yang
selalu bersalawat itu akan mudah mendapatkan syafaat dari Nabi saw di yaumil qiyamah.
(Kalau umat Nasrani
beriman/mempercayai bahwa Jesus akan menebus dosa setiap umat ketika ajalnya
tiba, dan ditunjukkan kepada dengan tulisan rest
in peace (RIP) di nisan yang konon langsung berada di sorga tanpa melalui yaumil hisab/hari perhitungan. Dan
keyakinan yang tidak benar ini diluruskan oleh Quran dan Nabi saw bahwa
Jesus/Isa Al Masih itu hanyalah seorang rasul dan tiada daya baginya mengampuni
dosa/menebus dosa siapa pun. Nah, Nabi saw telah menegaskan dengan teladan
bahwa siapa pun, seorang Musa, Isa, atau Muhammad (manusia berakhlak terbaik) sekalipun, tidak mampu menolong siapa pun. Setiap orang
bertanggung jawab atas perbuatannya masing-masing. Lihat QS Al Mudattsir (74):
38, QS Fatir (35): 18 dan 22, QS Al An’am (6): 164, dan QS As Saba (34): 42. Lantas
dari mana dalil itu dipungut bahwa Nabi saw itu memberi syafaat/pertolongan?
Mustahil banget Nabi saw berbohong!
Siapa yang telah mengajarkan kebohongan atau melakukan kebohongan terhadap
jemaah Islam bahwa Nabi saw akan menolong dan membebaskan umatnya dari siksa
api neraka?)
Tak aneh memang, banyak jemaah
gandrung kepada alm. Uje, Hadad Alwi, Opick, alm. Habib Munzir, Habib Hassan
Assegaf pemimpin majelis taklim Nurul Musthofa, dll. bukan kepada kapasitas
kealiman dalam ilmu agama Islam, melainkan lebih kepada lagu, syair, dan
nyanyian dengan branded salawat Nabi
saw. Hadad Alwi getol mencipta lagu dan menyanyikan lagunya dengan doktrin
menanamkan rasa cinta kepada Nabi saw. Opick getol menyanyikan lagu bersyair
cinta kepada Nabi saw. Alm. Habib Munzir memberi nama majelisnya, Majelis Rasulullah, dan dalam pengajian
selalu ada nyanyian-nyanyian dengan branded
salawat Nabi saw yang kental pengultusan sosok Nabi saw. Perintah selawat dari
Allah praktiknya telah dibelokkan ke arah menyanyi dan bermusik.
Selawat
itu doa (dari hamba yang lemah kepada Allah
Al Khaliq Yang Maha Perkasa Yang Mahakuasa). Karena itu salawat yang benar
adalah sikap khusuk merendah diri serendah-rendahnya, lahir dari lubuk hati
yang jernih dengan penuh harap agar doa dikabulkan dan tidak ditolak. Bahkan
doa itu wajib ain atau individual dianjurkan
ketika suasana sepi dan lengang jauh dari hiruk-pikuk dan hingar-bingar (lebih
utama individu muslim disuruh bangun pada malam hari, tengah malam, atau dua
per tiga malam. Lihat QS Al Muzammil (73): 1 s.d. 6, lihat QS Al Isra’ (17):
79. Kalaupun dengan bersuara, ya, tentu dengan suara yang lirih. Namanya juga
meminta kepada Allah Yang Mahakuasa. Mosok
memohon dengan berteriak-teriak dan dengan iring-iringan bunyi-bunyian kayak
orang demo menuntut turunnya segera harga sembako! Pejabat atau pengusaha yang
didemo itu sering tuli budek dan ada pula yang bego. Tetapi, kalau Allah itu
Maha Mendengar dan Maha Mengawasi.
Jadi, jelas sekali, bukan? Selawat dan
nyanyian itu berbeda. Selawat ya selawat, nyanyian ya nyanyian. Minyak
ya, minyak, air ya, air! Jangan minyak dan air dicampur-aduk! Namanya apa dong?
Kalau bubuk kopi, gula, dan air panas
diaduk/diracik namanya wedang kopi.
Kalau bubuk kopi, gula, susu, dan air panas diaduk/diracik namanya wedang kopi susu. Jelas namanya dan
nikmat rasanya?
Anda cinta setia meneladani Nabi saw,
bersalawatlah di mana pun Anda berada. Orang lain mungkin tidak tahu tetapi
Allah Mahatahu dan malaikat kiraman katibin (pencatat yang mulia) pasti
mencatat tak pernah lalai atau kelupaan. Bersalawatlah dengan hati dan
perbuatan/unjuk kinerja, di mana dan kapan saja. Jangan menunggu malam Jumat,
malam nisfu Sya’ban, bulan Rajab, atau tanggal 12 Rabi’ul ‘Awal! Jangan
mengistimewakan apa lagi mengultus-ngultuskan waktu-waktu tertentu. Waktu 24
jam itu sangat bermakna dan setiap individu masing-masing memiliki makna
sendiri-sendiri, silakan dikelola sesuai dengan kepentingan kita. Jangan pakai
manajemen istighasah atau bersalawat akbar!
Anda cinta kepada Nabi saw dan maaf,
Anda gagu? Jangan risau dan galau! Bersalawatlah, jangan Anda bernyanyi, karena
suara Anda tidak akan jelas! Bagi orang lain memang tidak jelas, tetapi bagi
Allah, pasti amat jelas karena Allah Mahatahu.
Yuk, kita luruskan praktik bersalawat
masing-masing pribadi zonder sekat zonder format, zonder tabligh akbar, zonder istighatsah, zonder manajemen ngumpul-ngumpulin jemaah yang
tumpah-ruah memenuhi jalan umum adalah salah kaprah yang sering berujung
sumpah-serapah.
Percayalah, selawat yang benar oleh setiap pribadi itu indah berbuah berkah.
Jakarta, 18 September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar