Bahasa dan Agama
AZAN, IQAMAH, SALAWAT
Azan
Azan
itu panggilan untuk salat. Kumandang azan terdengar tandanya setiap individu
muslim dipanggil/diseru untuk segera menegakkan salat (iqaamish salaah). Perintah
menegakkan salat (dengan kalimat perintah aqiimish
shalaah) melalui firman Allah kemudian dicontohkan oleh Nabi saw dengan
bersalat. Ketika Nabi saw menegakkan salat di Mekkah, kalimat azan dan
kumandangnya belum ada dan belum dipraktikkan untuk menyeru kaum muslimin. Nabi
saw dan beberapa sahabat yang assabiqunal
awwaluun (abu Bakar, Thalhah bin Ubaidillah, Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’ad
bin Abi Waqqash, Utsman bin Affan, Hamzah bin ‘Abdul Muththalib, dll.; masih
sedikit sekali yang menerima Islam) salat berjamaah di Daarun Nadwah atau
tempat-tempat tertentu dan tidak demonstratif karena penolakan oleh kaum
Quraisy terhadap ajaran yang disampaikannya amat keras).
Lalu, kapan azan dikenal dan mulai dikumandangkan?
Keberterimaan azan sebagai panggilan salat
itu melalui diskusi antara Nabi saw dan para sahabat setelah bermukim di Madinah
(setelah berhijrah). Umat muslim makin bertambah dari hari ke hari. Masjid di
Quba tidak dapat menampung kaum muslimin Madinah. Nabi saw bersama sahabat
membangun masjid yang lebih besar. Itulah masjid yang terkenal dengan nama
masjid Nabawi. Salat berjamaah pun diselenggarakan. Bagaimana caranya
mengumpulkan umat agar bisa tepat waktu salat berjamaah? Tentu harus ada upaya
memberi tanda sebagai pemberitahuan.
Awal mulanya bukan azan yang diusulkan oleh
para sahabat untuk menyeru muslim bersalat berjamaah, melainkan cara-cara lain,
seperti membunyikan lonceng, memukul kentongan, membakar mercon, dan menyalakan
api. Semua usulan itu memang didengar, ditampung, dan didiskusikan. Cara-cara
yang disebutkan di atas meniru cara umat Majusi, Yahudi, atau Nasrani. Karena
itu semuanya ditolak. Nabi saw pun bermunajat memohon kepada Allah agar diberi
petunjuk. Malaikat Jibril mendiktekan kalimat-kalimat ke telinga Nabi saw, yang
kemudian kalimat-kalimat itu dikenal dengan azan.
Allahu Akbar, Allahu Akbar 2x
Asyhadu anla ilaaha illallah 2x
Ashadu anna Muhammadar rasulullah 2x
Hayya ‘alash shalah 2x
Hayya ‘alal falah 2x
Allahu Akbar Allahu Akbar
La ilaha illallah
Perhatikan dengan baik kalimat azan di
atas. Intinya adalah: memuji dan menyanjung Allah, bahwa hanya Allah Yang Maha
Besar (di luar Allah itu kecil semua); Pengakuan dan kesaksian bahwa tiada
Tuhan selain Allah (Namrudz, Fir’aun, Musa, Uzair, Jesus, Muhammad,
Jibril, Lia Eden, Ahmad Musaddeq, Agus
Sholihin, dll. bukanlah Tuhan) dan Muhammad itu hanyalah seorang rasul Allah
dan tak lebih dari: {penyeru/penyampai ajaran Allah (daa’iyan ilallaah),pembawa berita gembira (basyiiran), pembawa peringatan (nadziiran),
dan membawa pelita yang menerangi kehidupan (siraajan muniiran)}.
Setelah menguatkan dengan tiga kalimat
pertama, barulah ada seruan/ajakan kepada seluruh muslim untuk bersalat dengan
kalimat Mari segera salat. Ajakan
bersalat diikuti dengan ajakan meraih kemenangan (orang yang menegakkan salat
itu adalah orang yang selalu otimis karena dekat dengan Allah dan selalu dalam
perlindungan Allah).
Teknologi loudspeaker/pengeras suara belum ada. Azan harus disampaikan agar
seruan itu dapat diketahui oleh masyarakat muslim. Adalah sahabat Bilal bin
Rabah yang ditugasi untuk mengumandangkan azan pertama kali, baik ketika di
Masjid Nabawi maupun ketika pertama kali kemenangan menaklukkan kota Mekkah (fathu Makkah). Kumandang azan Bilal
(suara Bilal indah, keras, dan melengking) dari masjid itu untuk memanggil kaum
muslim untuk segera menegakkan salat fardu karena waktunya telah tiba. Bilal
melaksanakan perintah Nabi saw untuk berazan (muazzin) dari dan di masjid, memanggil kaum muslim di sekitarnya
yang dapat digapai oleh kumandang azan (muslim yang masih hidup yang memiliki
kewajiban salat) agar menegakkan salat.
(di Indonesia, muazzin itu sering dijuluki sebagai Bilal.)
Sekali lagi, azan itu panggilan dari
masjid untuk salat bagi muslim yang masih hidup agar salat segera, bukan
panggilan untuk orang yang telah/baru mati/jenazah/mayit. Lebih jelas lagi, salat
di masjid, bukan di kuburan!
Penulis merasa aneh, melihat ada orang
Islam, sambil mengubur mayit/jenazah ke dalam liang lahat, ada orang
mengumandangkan azan dari dalam liang lahat.
Nabi saw dan para sahabat tak pernah
meneladankan, Bilal tidak pernah berazan di kuburan, (komplek Ma’la atau Baqi). Kok yo ono muslim sing
niru azan neng kuburan? Niru sopo iku?
Siapa ya, yang dipanggil salat?
Jakarta, 17 September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar