Selasa, 27 Mei 2014

ISRA’ MI’RAJ DAN PILPRES 2014




ISRA’ MI’RAJ DAN PILPRES 2014
Isra’ Mi’raj
Rujukan: QS 17: 1
“Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari, dari Masjidil Haram (Mekkah) ke Masjidil Aqsha (Palestina), yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya, sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.”
Peristiwa Isra’ Mi’raj adalah peristiwa bersejarah seorang Muhammad saw dan dia adalah pelaku sejarah yang mengalami langsung peristiwa Isra’ Mi’raj.
Kapan peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi pada diri Muhammad saw?
Ahli Tarikh/Sejarah tidak sepakat dengan hari H- dan bulan B-nya peristiwa itu terjadi. Seorang ahli, Abul A’la Al Mauduudi mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi Antara tahun 621-622 M. Al Allamah Al Mashfuri mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi pada tahun ke-10 masa kerasulan.
Akan tetapi para ahli tarikh sepakat, bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi pada tanggal 27 bulan Rajab tahun ke-12 masa kerasulan (622 M.)
(para ahli tarikh saja belum sepakat dan kompak menjelaskan tentang waktu terjadinya peristiwa yang hebat itu. Adanya tanggal 27 bulan Rajab itu adalah kesepakatan saja. Kate orang Betawi, udeh deh, sepakat aje!)
Ini adalah pembelajaran bagi kita semua (muslim) tentang Isra’ Mi’raj itu. Kejadian itu adalah peristiwa yang agung dan bersejarah.Tanggal 27 bulan Rajab itu muncul adalah tanggal dan bulan yang disepakati. Benar tidaknya, kita pulangkan kepada para ahli sejarah saja.
Artinya apa?
Peristiwa Isra’ Mi’raj benar-benar terjadi dan dialami langsung oleh Muhammad saw. Allah Swt. yang menjelaskan melalui firman-Nya dalam ayat yang dikutip di atas.
Allah memperjalankan Muhammad saw dari dua tempat (Mekkah di Saudi Arabia dan Jerusalem di Palestina) yang jarak kedua tempat itu amat berjauhan, lebih dari 1.000 km, hanya dalam waktu beberapa jam saja, pada tahun 622 M (?), atau 1.392 tahun yang lampau, ketika alat transportasi hanya onta atau berjalan kaki. Kendaraan bermotor roda dua, roda tiga, atau roda empat belum diciptakan orang, apatah lagi pesawat terbang.
Kok Nabi Muhammad saw yang berdomisili di Mekkah bisa sampai ke Palestina dan bisa kembali lagi ke Mekkah dalam waktu beberapa jam saja?
Itulah salah satu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada seorang rasul. Mukjizat itu hanya untuk para rasul saja. Tidak ada mukjizat untuk kita. Janganlah kita yang muslim membuang-buang waktu untuk memikirkan bakal mendapatkan mukjizat atau keajaiban.
Kalau ada kejadian luar biasa yang kita alami, misalnya kita pribadi, individual, itu namanya keajaiban. Harap diingat, keajaiban itu unik, sangat langka, Hanya satu atau dua manusia yang mengalami keajaiban.
Kita hidup berproses dan memakan durasi waktu.
Kalau kita sekarang ini, bisa pulang-pergi (PP) Arab Saudi-Palestina dalam beberapa jama saja, atau Jakarta-Mekkah dalam waktu kurang lebih 9 jam saja, itu karena kita menggunakan moda transportasi modern. Kita telah menciptakan pesawat canggih, namanya aircraft atau airplane atau pesawat terbang.
Pesawat terbang itu adalah hasil kerja akal manusia yang telah dikaruniakan kepada kita anak-cucu Adam. Akal itu harus dimanfaatkan untuk merekayasa, misalnya teknologi pesawat terbang sebagai contoh.
Inilah pembelajaran pertama bagi kita umat manusia, khususnya muslim, dari peristiwa Isra’ Mi’raj-nya Nabi saw.


Tanggal dan bulan terjadinya peristiwa Isra’ Mi’raj jangan dibesar-besarkan
Tanggal 27 bulan Rajab yang kita peringati sebagai peristiwa Isra’ Mi’raj adalah tanggal kesepakatan saja (sepakat aje deh!) yang diamini oleh para ahli tarikh dan di-makmum-I oleh kita umat Islam. Terima sajalah itu (terime aje deh, gitu aja kok repot!)
Ngapain kita membesarkan hari, tanggal, dan bulan? Ngapain kita mengistimewakan tanggal 27 dan bulan Rajab? Wong tanggal dan bulan itu pasti datang setiap tahun?
Ngapain kita berpuasa sunnah bulan Rajab dengan alasan kedatangan bulan Rajab?
Ngapain kita mengaji/mengadakan pengajian Rajab-an jika alasannya menghormati Isra’ Mi’raj?
Jadi sikap yang benar menyikapi peristiwa Isra’ Mi’raj itu seperti apa?
Pembelajaran pertama sudah diuraikan di atas, bahwa akal manusia harus digunakan secara optimal untuk berpikir dan merekayasa agar memudahkan kita mengelola kehidupan. Penciptaan pesawat terbang yang canggih dapat menjawab tantangan dari firman Allah tentang gerak dan kecepatan, “… Kami memperjalankan Muhammad pada suatu malam, dari Masjidil Haram ke Masjidl Aqsha ….”
Pembelajaran kedua sebagai berikut:
Perhatikan firman-nya yang kita kutip di atas, “… Kami pelihatkan kepadanya dan kami berkati sekelilingnya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami ….”
Ilmu pengetahuan tentang atmosfir di atas permukaan bumi mengajarkan, bahwa atmosfir di atas permukaan bumi, awan, angin, dan benda-benda langit yang berbahaya amat banyak berseliweran. Cuaca dan tekanan udara pada malam hari tentu tidak bersahabat, terutama di negeri yang terletak di jazirah Arab. Tubuh manusia yang digerakkan, diterbangkan di udara, tanpa pelindung dalam waktu beberapa jam, akan mengakibatkan kematian.
Kita jangan mencoba-coba mencari keajaiban ingin meniru Nabi Muhammad ber-Isra’ Mi’raj. Allah Swt. menyuruh kita berbuat dan merekayasa, bukan sekedar berkata-kata atau berpuisi cinta kepada Allah dan Nabi saw dengan pujian dan kata-kata.
Satu dua bait syair, seratus dua ratus patah kata, selembar dua lembar cerita yang dibaca, letihlah kita, paraulah suara kita, terengah-engahlah napas kita.
Capek deh!
Kita semestinya membuktikan kata-kata cinta kepada Allah dan Nabi saw itu dengan melakukan amaliah/perbuatan nyata. Kita memaknai firman Allah yang dikutip di atas dengan melakukan rekayasa sehingga hidup kita menjadi lebih mudah.
Kita yang hidup pada zaman teknologi canggih seperti zaman sekarang, setelah mampu menciptakan pesawat terbang, telah menemukan teknologi canggih penangkal serangan benda-benda asing di atmosfir. Pesawat pun bisa terbang dengan nyaman.
Peristiwa Isra’ Mi’raj itu berkaitan erat dengan komitmen keimanan yang teguh kepada Allah, modelnya adalah Muhammad saw, peristiwanya adalah gerak dan kecepatan, korelasi linear antara keimanan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Isra’ Mi’raj dan Pilpres 2014
Kita diberi liburan (hari libur nasional keagamaan) sehari karena adanya peringatan Isra’ Mi’raj.
Kebetulan pula, kita sedang ber-euphoria dengan kepemilikan dua pasang Capres dan Cawapres 2014, Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK, yang akan bertarung pada tanggal 9 Juli 2014, dalam pertarungan Pilpres 2014.
Kedua pasang Capres-Cawapres itu adalah putra-putra terbaik bangsa, milik kita, seluruh rakyat Indonesia. Hanya saja, kita diberi opsi satu pasangan saja dalam Pilpres 2014 kelak.
Adakah hubungan yang signifikan (korelasi linear) antara Isra’ MI’raj dengan Pilpres?
Kalau mau diada-adakan, ya ada.
Nyambi libur Isra’ Mi’raj, pas waktunya pra-kampanye Pilpres, ngomongin aja tentang salat, Walaupun sibuk mempersiapkan kampanye, salat lima waktu tetap ditegakkan. Muslim yang malas salat, karena sering bekerja sama dalam kampanye dengan muslim yang rajin salat, bisa berimbas menjadi muslim yang rajin salat.
Tetapi, jangan sampai salat kebablasan.
Maksudnya?
Saking kepingin Capres-Cawapres jagonya benar-benar menang, segala macam salat dikerjakan. Salat-salat baru diada-adakan.
“Salat apa yang kamu lakukan barusan?” tanya seorang rekannya sambil mengikat baliho jagoannya.
“Salat Hajat supaya jagoan kita menang! Salat Istikharah, salat Rajaban, dan salat Tobat!” jawab yang ditanya sambil nyengir.
Alamak!
Selagi libur Isra’ Mi’raj, nyambi bikin baliho, sesama tim sukses bisa saling menasehati.
“Kita kan bersaudara di bawah payung NKRI. Kita tidak boleh berpecah-belah, apa lagi bermusuhan. Jagoan yang kita usung boleh berbeda, tetapi kita tetap satu dalam kebhinneka tunggal ika-an. Kita kampanyenya yang elegan.”
Kalau mau dibilang tidak ada hubungan antara Isra’ MI’raj dengan Capres-Cawapres, ya, tidak ada. Memang konteksnya tidak sejalan antara Isra’ Mi’raj dengan kampanye Capres-Cawapres.
Selamat berkampanye!
Jakarta, 28 Mei 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar