ISRA’ MI’RAJ DAN
PILPRES 2014
Isra’ Mi’raj
Rujukan:
QS 17: 1
“Maha
Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari,
dari Masjidil Haram (Mekkah) ke Masjidil Aqsha (Palestina), yang telah
Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya, sebagian
tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.”
Peristiwa
Isra’ Mi’raj adalah peristiwa bersejarah seorang Muhammad saw dan dia adalah
pelaku sejarah yang mengalami langsung peristiwa Isra’ Mi’raj.
Kapan
peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi pada diri Muhammad saw?
Ahli
Tarikh/Sejarah tidak sepakat dengan hari H- dan bulan B-nya peristiwa itu
terjadi. Seorang ahli, Abul A’la Al Mauduudi mengatakan bahwa peristiwa itu
terjadi Antara tahun 621-622 M. Al Allamah Al Mashfuri mengatakan bahwa
peristiwa itu terjadi pada tahun ke-10 masa kerasulan.
Akan
tetapi para ahli tarikh sepakat, bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi pada tanggal
27 bulan Rajab tahun ke-12 masa kerasulan (622 M.)
(para
ahli tarikh saja belum sepakat dan kompak menjelaskan tentang waktu terjadinya
peristiwa yang hebat itu. Adanya tanggal 27 bulan Rajab itu adalah kesepakatan
saja. Kate orang Betawi, udeh deh,
sepakat aje!)
Ini
adalah pembelajaran bagi kita semua (muslim) tentang Isra’ Mi’raj itu. Kejadian
itu adalah peristiwa yang agung dan bersejarah.Tanggal 27 bulan Rajab itu
muncul adalah tanggal dan bulan yang disepakati. Benar tidaknya, kita pulangkan
kepada para ahli sejarah saja.
Artinya
apa?
Peristiwa
Isra’ Mi’raj benar-benar terjadi dan dialami langsung oleh Muhammad saw. Allah
Swt. yang menjelaskan melalui firman-Nya dalam ayat yang dikutip di atas.
Allah
memperjalankan Muhammad saw dari dua tempat (Mekkah di Saudi Arabia dan
Jerusalem di Palestina) yang jarak kedua tempat itu amat berjauhan, lebih dari
1.000 km, hanya dalam waktu beberapa jam saja, pada tahun 622 M (?), atau 1.392
tahun yang lampau, ketika alat transportasi hanya onta atau berjalan kaki.
Kendaraan bermotor roda dua, roda tiga, atau roda empat belum diciptakan orang,
apatah lagi pesawat terbang.
Kok
Nabi Muhammad saw yang berdomisili di Mekkah bisa sampai ke Palestina dan bisa
kembali lagi ke Mekkah dalam waktu beberapa jam saja?
Itulah
salah satu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada seorang rasul. Mukjizat
itu hanya untuk para rasul saja. Tidak ada mukjizat untuk kita. Janganlah kita
yang muslim membuang-buang waktu untuk memikirkan bakal mendapatkan mukjizat
atau keajaiban.
Kalau
ada kejadian luar biasa yang kita alami, misalnya kita pribadi, individual, itu
namanya keajaiban. Harap diingat, keajaiban itu unik, sangat langka, Hanya satu
atau dua manusia yang mengalami keajaiban.
Kita
hidup berproses dan memakan durasi waktu.
Kalau
kita sekarang ini, bisa pulang-pergi (PP) Arab Saudi-Palestina dalam beberapa
jama saja, atau Jakarta-Mekkah dalam waktu kurang lebih 9 jam saja, itu karena
kita menggunakan moda transportasi modern. Kita telah menciptakan pesawat
canggih, namanya aircraft atau airplane atau pesawat terbang.
Pesawat
terbang itu adalah hasil kerja akal manusia yang telah dikaruniakan kepada kita
anak-cucu Adam. Akal itu harus dimanfaatkan untuk merekayasa, misalnya
teknologi pesawat terbang sebagai contoh.
Inilah
pembelajaran pertama bagi kita umat manusia, khususnya muslim, dari peristiwa
Isra’ Mi’raj-nya Nabi saw.
Tanggal dan bulan
terjadinya peristiwa Isra’ Mi’raj jangan dibesar-besarkan
Tanggal
27 bulan Rajab yang kita peringati sebagai peristiwa Isra’ Mi’raj adalah
tanggal kesepakatan saja (sepakat aje deh!) yang diamini oleh para ahli tarikh
dan di-makmum-I oleh kita umat Islam. Terima sajalah itu (terime aje deh, gitu
aja kok repot!)
Ngapain
kita membesarkan hari, tanggal, dan bulan? Ngapain kita mengistimewakan tanggal
27 dan bulan Rajab? Wong tanggal dan bulan itu pasti datang setiap tahun?
Ngapain
kita berpuasa sunnah bulan Rajab dengan alasan kedatangan bulan Rajab?
Ngapain
kita mengaji/mengadakan pengajian Rajab-an jika alasannya menghormati Isra’ Mi’raj?
Jadi
sikap yang benar menyikapi peristiwa Isra’ Mi’raj itu seperti apa?
Pembelajaran
pertama sudah diuraikan di atas, bahwa akal manusia harus digunakan secara
optimal untuk berpikir dan merekayasa agar memudahkan kita mengelola kehidupan.
Penciptaan pesawat terbang yang canggih dapat menjawab tantangan dari firman
Allah tentang gerak dan kecepatan, “… Kami memperjalankan Muhammad pada suatu
malam, dari Masjidil Haram ke Masjidl Aqsha ….”
Pembelajaran
kedua sebagai berikut:
Perhatikan
firman-nya yang kita kutip di atas, “… Kami pelihatkan kepadanya dan kami berkati
sekelilingnya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami ….”
Ilmu
pengetahuan tentang atmosfir di atas permukaan bumi mengajarkan, bahwa atmosfir
di atas permukaan bumi, awan, angin, dan benda-benda langit yang berbahaya amat
banyak berseliweran. Cuaca dan tekanan udara pada malam hari tentu tidak
bersahabat, terutama di negeri yang terletak di jazirah Arab. Tubuh manusia
yang digerakkan, diterbangkan di udara, tanpa pelindung dalam waktu beberapa
jam, akan mengakibatkan kematian.
Kita
jangan mencoba-coba mencari keajaiban ingin meniru Nabi Muhammad ber-Isra’ Mi’raj.
Allah Swt. menyuruh kita berbuat dan merekayasa, bukan sekedar berkata-kata
atau berpuisi cinta kepada Allah dan Nabi saw dengan pujian dan kata-kata.
Satu
dua bait syair, seratus dua ratus patah kata, selembar dua lembar cerita yang
dibaca, letihlah kita, paraulah suara kita, terengah-engahlah napas kita.
Capek deh!
Kita
semestinya membuktikan kata-kata cinta kepada Allah dan Nabi saw itu dengan melakukan
amaliah/perbuatan nyata. Kita memaknai firman Allah yang dikutip di atas dengan
melakukan rekayasa sehingga hidup kita menjadi lebih mudah.
Kita
yang hidup pada zaman teknologi canggih seperti zaman sekarang, setelah mampu
menciptakan pesawat terbang, telah menemukan teknologi canggih penangkal serangan
benda-benda asing di atmosfir. Pesawat pun bisa terbang dengan nyaman.
Peristiwa
Isra’ Mi’raj itu berkaitan erat dengan komitmen keimanan yang teguh kepada
Allah, modelnya adalah Muhammad saw, peristiwanya adalah gerak dan kecepatan, korelasi
linear antara keimanan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Isra’ Mi’raj dan
Pilpres 2014
Kita
diberi liburan (hari libur nasional keagamaan) sehari karena adanya peringatan
Isra’ Mi’raj.
Kebetulan
pula, kita sedang ber-euphoria dengan kepemilikan dua pasang Capres dan
Cawapres 2014, Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK, yang akan bertarung pada tanggal 9
Juli 2014, dalam pertarungan Pilpres 2014.
Kedua
pasang Capres-Cawapres itu adalah putra-putra terbaik bangsa, milik kita,
seluruh rakyat Indonesia. Hanya saja, kita diberi opsi satu pasangan saja dalam
Pilpres 2014 kelak.
Adakah
hubungan yang signifikan (korelasi linear) antara Isra’ MI’raj dengan Pilpres?
Kalau
mau diada-adakan, ya ada.
Nyambi
libur Isra’ Mi’raj, pas waktunya pra-kampanye Pilpres, ngomongin aja tentang
salat, Walaupun sibuk mempersiapkan kampanye, salat lima waktu tetap
ditegakkan. Muslim yang malas salat, karena sering bekerja sama dalam kampanye
dengan muslim yang rajin salat, bisa berimbas menjadi muslim yang rajin salat.
Tetapi,
jangan sampai salat kebablasan.
Maksudnya?
Saking
kepingin Capres-Cawapres jagonya benar-benar menang, segala macam salat
dikerjakan. Salat-salat baru diada-adakan.
“Salat
apa yang kamu lakukan barusan?” tanya seorang rekannya sambil mengikat baliho
jagoannya.
“Salat
Hajat supaya jagoan kita menang! Salat Istikharah, salat Rajaban, dan salat
Tobat!” jawab yang ditanya sambil nyengir.
Alamak!
Selagi
libur Isra’ Mi’raj, nyambi bikin baliho, sesama tim sukses bisa saling
menasehati.
“Kita
kan bersaudara di bawah payung NKRI. Kita tidak boleh berpecah-belah, apa lagi
bermusuhan. Jagoan yang kita usung boleh berbeda, tetapi kita tetap satu dalam
kebhinneka tunggal ika-an. Kita kampanyenya yang elegan.”
Kalau
mau dibilang tidak ada hubungan antara Isra’ MI’raj dengan Capres-Cawapres, ya,
tidak ada. Memang konteksnya tidak sejalan antara Isra’ Mi’raj dengan kampanye
Capres-Cawapres.
Selamat
berkampanye!
Jakarta,
28 Mei 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar