Kamis, 15 Mei 2014

PEMBURU HANTU ITU, YA HANTU ITU SENDIRI



PEMBURU HANTU ITU, YA HANTU ITU SENDIRI
hantu
Kalau kita buka kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), kata /hantu/ diberi arti sebagai roh jahat. Akan tetapi, banyak sekali istilah yang muncul dan menjadi nama baru dari kata /hantu/ ini.
Perhatikan beberapa frasa yang berkaitan dengan hantu berikut ini.
/hantu laut/                /hantu badai/                        /hantu haru-haru/              
/hantu hutan/                        /hantu jembalang/    /hantu kangkung ngeang-ngeang/
/hantu tanah/                        /hantu tanah/                        /hantu suluh/
/hantu pocong/         /hantu tuyul/             /hantu bunian/
dll.
Manusia yang hidup pada zaman primitif, mitos tentang hantu menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Mitos menjadi sangat penting. Salah satu mitos itu adalah kepercayaan kepada hantu sebagai roh jahat yang hadir dalam kehidupan mereka, mengganggu mereka di mana pun berada, dan menjadi musuh mereka.
Agama wahyu dan ajarannya yang luhur belum menyentuh kalbu mereka, karenanya agama menjadi barang langka. Kalaupun ajaran agama wahyu sudah sampai, didengar, dilihat, dan dialami, belum tentu ajaran agama wayu mampu mengubah mitos mereka tentang hantu atau roh jahat. Hantu itu sama dan sebangun dengan setan (asy-syaithaan).
Kalau begitu, hantu atau setan itu pasti makhluk rohaniah alias tak berjasad.
Tidaklah aneh, ada orang yang mengaku sebagai pemeluk agama wahyu, agama Islam (muslim), masih saja percaya kepada adanya hantu atau roh jahat.
Buktinya, masih saja ada orang tua kita yang suka menakut-nakuti anak-anaknya dengan hantu atau setan.
“Awas, ada hantu yang menghuni hutan itu! Jangan suka bermain di situ!” nasihat seorang ayah kepada anak-anaknya.
“Awas, Dik! Jangan bertamu ke rumah itu, nanti jabang bayimu diculik pocong!” nasihat seorang kakak kepada adiknya yang sedang mengandung tua.
Tidaklah aneh, masih ada saja di antara kita yang sudah dewasa, percaya akan hal demikian, padahal itu adalah bentuk keyakinan primitif yang irrational.
Pengajaran ala ini jelas bertentangan dengan pendidikan alias tidak mendidik.
Pemburu hantu
Selama masih ada kehidupan manusia, selama itu pula ada hitam dan putih perilaku manusia, jelasnya perilaku jahat dan perilaku baik.
Karena kita bicara tentang hantu yang diyakini sebagai roh jahat, mari kita bahas perilaku jahat segelintir orang yang memanfaatkan ketidaktahuan manusia tentang roh yang sebenarnya.
Menurut ajaran Islam, merujuk kepada firman Allah, roh itu adalah sesuatu yang gaib. Sesuatu yang gaib itu hanya Allah Yang Maha Tahu. Kita, manusia ini, tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang hal-hal gaib. Nabi saw pun sama sekali tidak tahu. Simak QS 17: 85.
Kita tidak tahu memang, tetapi ketidaktahuan kita ini, dimanfaatkan oleh orang yang berperilaku jahat, sok tahu, yakni mereka memutarbalikkan fakta ayat-ayat Allah, demi keuntungan pribadi.
Pemburu hantu itu gawe penipuan
Mitos tentang hantu sebagai roh jahat itu ada, sesuatu yang gaib, informasinya yang terbatas diplintir (spin) bak pemain tenis meja melakukan pukulan spin agar mampu mengecoh pemain lawan (arah bola pukulan spin sulit ditebak). Informasi yang dikembangkan adalah hantu sebagai roh jahat diburu oleh manusia.
Astaghfirullah!
Kita tahu bahwa kegiatan berburu bagi manusia zaman dahulu itu adalah kegiatan mencari nafkah. Manusia zaman dahulu menggunakan berbagai alat (tools) untuk berburu, misalnya sumpit, busur dan anak panah, tombak, atau tali lasso.Bahkan manusia berburu menggunakan hewan yang telah dilatih, misalnya anjing dan burung elang. Tentu ada objek nyata yang diburu pastinya, yakni hewan liar: kijang, babi, banteng, zebra, ayam hutan, dll. Binatang hasil buruan bisa dikonsumsi sebagai lauk-pauk, nikmat dan gurih rasanya. Hasil buruan bisa pula dijual atau dibarter. Banyak manfaatnya, bukan?
Lantas, kalau berburu hantu?
Hantu atau setan itu makhluk rohaniah. Manusia bukanlah makhluk rohaniah.
Berburu hantu itu bukan gawe manusia, itu gawe hantu.
Tetapi, kan ada sinetron manusia berburu hantu! Mana yang benar?
Hantu kawin dengan hantu ada, hantu berpacaran dengan hantu, hantu berburu hantu, hantu sesama hantu saling serang, dll. semuanya urusan gaib.
Kalau manusia berburu hantu (seperi di tayangan abal-abal tv), itu tayangan yang menipu. Aktor-aktornya, berbusana muslim, melakukan penipuan. Pemburu hantu dan hantunya adalah manusia yang hatinya dirasuki hantu, orang-orang yang pekerjaannya menipu. Busana yang dipakainya adalah tools, tutur katanya dalam bahasa Arab, dan rapalan-rapalannya untuk menipu.
Siapa yang tertipu dengan tayangan tv yang menipu?
Mereka yang tertipu adalah orang-orang masih berat kepercayaannya kepada mitos dan takhayul. Mereka yang hanya punya Quran tetapi tidak melaksanakan amaliah secara nyata pesan-pesan Quran.
Urusan di depan mata, urusan besok, urusan lusa, atau minggu depan saja tentang diri pribadi, kita tidak tahu, apatah lagi urusan rohaniah yang serba gaib.
Coba tanyakan saja kepada salah satu aktor yang bermain dalam “Pemburu Hantu”, misalnya si Guntur Bumi, apakah dia tahu bakal dijadikan tersangka dalam kasus penipuan yang dilakukannya?
Dia tidak tahu dan pasti angkat bahu! Apa lagi ditanya soal hantu!
Saudaraku sesama muslim, jangan berburu hantu! Hantu itu tidak perlu diburu. Hantu, atau setan itu, sebenarnya ada bersama kita, bersama nafsu. Dia musuh internal bukan musuh eksternal.  Mosok sih musuh dari dalam diburu!
Jangan lagi kita tertipu!
Jakarta, 16 Mei 2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar