PEMBURU HANTU ITU, YA HANTU ITU SENDIRI
hantu
Kalau kita buka kamus besar bahasa Indonesia
(KBBI), kata /hantu/ diberi arti sebagai roh jahat. Akan tetapi, banyak sekali
istilah yang muncul dan menjadi nama baru dari kata /hantu/ ini.
Perhatikan beberapa frasa yang berkaitan
dengan hantu berikut ini.
/hantu laut/ /hantu
badai/ /hantu haru-haru/
/hantu hutan/ /hantu jembalang/ /hantu kangkung ngeang-ngeang/
/hantu tanah/ /hantu
tanah/ /hantu
suluh/
/hantu pocong/ /hantu tuyul/ /hantu
bunian/
dll.
Manusia yang hidup pada zaman primitif, mitos
tentang hantu menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Mitos
menjadi sangat penting. Salah satu mitos itu adalah kepercayaan kepada hantu
sebagai roh jahat yang hadir dalam kehidupan mereka, mengganggu mereka di mana
pun berada, dan menjadi musuh mereka.
Agama wahyu dan ajarannya yang luhur belum
menyentuh kalbu mereka, karenanya agama menjadi barang langka. Kalaupun ajaran
agama wahyu sudah sampai, didengar, dilihat, dan dialami, belum tentu ajaran
agama wayu mampu mengubah mitos mereka tentang hantu atau roh jahat. Hantu itu
sama dan sebangun dengan setan (asy-syaithaan).
Kalau begitu, hantu atau setan itu pasti makhluk
rohaniah alias tak berjasad.
Tidaklah aneh, ada orang yang mengaku sebagai
pemeluk agama wahyu, agama Islam (muslim), masih saja percaya kepada adanya
hantu atau roh jahat.
Buktinya, masih saja ada orang tua kita yang
suka menakut-nakuti anak-anaknya dengan hantu atau setan.
“Awas, ada hantu yang menghuni hutan itu!
Jangan suka bermain di situ!” nasihat seorang ayah kepada anak-anaknya.
“Awas, Dik! Jangan bertamu ke rumah itu,
nanti jabang bayimu diculik pocong!” nasihat seorang kakak kepada adiknya yang
sedang mengandung tua.
Tidaklah aneh, masih ada saja di antara kita
yang sudah dewasa, percaya akan hal demikian, padahal itu adalah bentuk
keyakinan primitif yang irrational.
Pengajaran ala ini jelas bertentangan dengan
pendidikan alias tidak mendidik.
Pemburu hantu
Selama masih ada kehidupan manusia, selama
itu pula ada hitam dan putih perilaku manusia, jelasnya perilaku jahat dan
perilaku baik.
Karena kita bicara tentang hantu yang
diyakini sebagai roh jahat, mari kita bahas perilaku jahat segelintir orang
yang memanfaatkan ketidaktahuan manusia tentang roh yang sebenarnya.
Menurut ajaran Islam, merujuk kepada firman
Allah, roh itu adalah sesuatu yang gaib. Sesuatu yang gaib itu hanya Allah Yang
Maha Tahu. Kita, manusia ini, tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang
hal-hal gaib. Nabi saw pun sama sekali tidak tahu. Simak QS 17: 85.
Kita tidak tahu memang, tetapi ketidaktahuan
kita ini, dimanfaatkan oleh orang yang berperilaku jahat, sok tahu, yakni
mereka memutarbalikkan fakta ayat-ayat Allah, demi keuntungan pribadi.
Pemburu hantu itu gawe penipuan
Mitos tentang hantu sebagai roh jahat itu
ada, sesuatu yang gaib, informasinya yang terbatas diplintir (spin) bak pemain
tenis meja melakukan pukulan spin agar mampu mengecoh pemain lawan (arah bola
pukulan spin sulit ditebak). Informasi yang dikembangkan adalah hantu sebagai
roh jahat diburu oleh manusia.
Astaghfirullah!
Kita tahu bahwa kegiatan berburu bagi manusia
zaman dahulu itu adalah kegiatan mencari nafkah. Manusia zaman dahulu
menggunakan berbagai alat (tools) untuk berburu, misalnya sumpit, busur dan
anak panah, tombak, atau tali lasso.Bahkan manusia berburu menggunakan hewan
yang telah dilatih, misalnya anjing dan burung elang. Tentu ada objek nyata
yang diburu pastinya, yakni hewan liar: kijang, babi, banteng, zebra, ayam
hutan, dll. Binatang hasil buruan bisa dikonsumsi sebagai lauk-pauk, nikmat dan
gurih rasanya. Hasil buruan bisa pula dijual atau dibarter. Banyak manfaatnya,
bukan?
Lantas, kalau berburu hantu?
Hantu atau setan itu makhluk rohaniah.
Manusia bukanlah makhluk rohaniah.
Berburu hantu itu bukan gawe manusia, itu
gawe hantu.
Tetapi, kan ada sinetron manusia berburu
hantu! Mana yang benar?
Hantu kawin dengan hantu ada, hantu
berpacaran dengan hantu, hantu berburu hantu, hantu sesama hantu saling serang,
dll. semuanya urusan gaib.
Kalau manusia berburu hantu (seperi di
tayangan abal-abal tv), itu tayangan yang menipu. Aktor-aktornya, berbusana
muslim, melakukan penipuan. Pemburu hantu dan hantunya adalah manusia yang
hatinya dirasuki hantu, orang-orang yang pekerjaannya menipu. Busana yang
dipakainya adalah tools, tutur katanya dalam bahasa Arab, dan rapalan-rapalannya
untuk menipu.
Siapa yang tertipu dengan tayangan tv yang
menipu?
Mereka yang tertipu adalah orang-orang masih
berat kepercayaannya kepada mitos dan takhayul. Mereka yang hanya punya Quran
tetapi tidak melaksanakan amaliah secara nyata pesan-pesan Quran.
Urusan di depan mata, urusan besok, urusan
lusa, atau minggu depan saja tentang diri pribadi, kita tidak tahu, apatah lagi
urusan rohaniah yang serba gaib.
Coba tanyakan saja kepada salah satu aktor yang
bermain dalam “Pemburu Hantu”, misalnya si Guntur Bumi, apakah dia tahu bakal
dijadikan tersangka dalam kasus penipuan yang dilakukannya?
Dia tidak tahu dan pasti angkat bahu! Apa
lagi ditanya soal hantu!
Saudaraku sesama muslim, jangan berburu
hantu! Hantu itu tidak perlu diburu. Hantu, atau setan itu, sebenarnya ada bersama
kita, bersama nafsu. Dia musuh internal bukan musuh eksternal. Mosok sih musuh dari dalam diburu!
Jangan lagi kita tertipu!
Jakarta, 16 Mei 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar