KEBENARAN DAN PEMBENARAN
Kebenaran
Kebenaran itu ada yang mutlak ada yang
relatif (nisbi). Kebenaran mutlak adalah kebenaran yang datang dari Allah.
Kebenaran mutlak ada di mana-mana, baik dalam wujud fakta, tanda/lambang, kode,
isyarat, ataupun pernyataan-pernyataan.
Contoh:
Waktu/durasi bumi mengelilingi porosnya
lamanya 24 jam. Durasi bumi mengelilingi matahari 365 hari.
Semua planet mengelilingi matahari. Rembulan
adalah satelit bumi. Durasi bulan mengelilingi planet bumi lamanya 29 hari atau
30 hari.
Sperma yang membuahi ovum calon embrio bayi
manusia hanya satu sel saja dari berjuta-juta sel sperma.
Bayi berada dalam kandungan/rahim ibunya.
Bayi dilahirkan oleh ibunya. Suara bayi yang
pertama terdengar adalah suara tangisannya.
Ada air (H2O) dan oksigen (O2) di bumi.
Binatang carnivora pemakan daging. Binatang
herbivora pemakan rumput. Binatang mamalia beranak dan menyusui. Ikan air laut
hanya dapat bertahan hidup di dalam air laut. Ikan air tawar hanya dapat
bertahan hidup di dalam air tawar. Dll.
Kebenaran mutlak bersifat universal dan
abadi.
Kebenaran yang relatif (nisbi) adalah
kebenaran yang datang dari manusia, baik dari orang per orang, kelompok, kaum,
golongan, atau bangsa. Kebenaran relatif itu hasil cipta olah pikir, olah rasa,
dan olah raga manusia. Oleh karena itu kebenaran yang relatif itu bisa bersifat
individual, bisa temporer (berumur pendek, sementara), dan bisa pula bersifat
lokal (setempat). Sering kali kebenaran relatif
ini dijadikan sebagai agama/keyakinan.
Contoh:
Pandangan orang Indonesia tentang warna.
Warna merah berarti berani. Warna putih berarti suci. Warna hitam berarti
berkabung.
Bagaimana dengan pandangan orang di luar
Indonesia tentang warna merah dan putih? Samakah, atau berbeda?
Jika dikaitkan dengan dunia lalu-lintas,
kebenaran tentang warna berubah disikapi dan hanya ada tiga warna: merah
artinya berhenti; kuning artinya hati-hati; hijau artinya boleh jalan.
Pandangan orang Jepang tentang harakiri
(bunuh diri). Harakiri itu mulia.
Pandangan orang jahiliah di Indonesia
pra-Islam tentang menanam kepala kerbau untuk tumbal membangun sesuatu. Agar
bangunan atau jembatan yang dibangun aman dan nyaman, perlu ditanam kepala
kerbau sebagai tumbal.
Pandangan umat Hindu di India tentang Sungai
Gangga yang dianggap sebagai sungai suci yang airnya dapat menyucikan dosa.
Bagaimana pandangan umat Hindu Bali tentang
sungai Gangga?
Kebenaran relatif yang paling valid, sahih,
dan kuat adalah kebenaran ilmiah.
Contoh:
Dalil Arhimedes; Dalil Phytagoras; Teori Relativitas;
Hukum Pascal; Hukum Boyle; Hukum Permintaan-Penawaran; dll.
Berlanjut ….
Lanjutan
….
Kebenaran
dan Pembenaran itu berbeda
Kebenaran sejarah
Muhammad (Nabi Muhammad saw) adalah manusia
biasa. Dia datang dari suku Quraisy bangsa Arab. Dia lahir/dilahirkan pada hari
Senin, 12 bulan Rabiul Awal Tahun Gajah (bukan kalender Gajah!). Artinya,
kalender tetap belum dikenal pada zaman itu. Ahli sejarah kemudian meneliti
dengan cermat peristiwa kelahiran Muhammad dengan menghubungkan/mencocokkan
dengan perhitungan Kalender Masehi. Hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal itu
ternyata bertepatan dengan tanggal 21 April 570 M. (tahun Masehi). Ini namanya
kebenaran ilmiah perihal sejarah.
Peristiwa yang sama, yakni kelahiran
Muhammad, dinamai berbeda, ya, sah-sah saja. Orang Arab yang berbahasa Arab,
hari kelahiran itu disebutnya itsnin
(hari kedua; orang Indonesia asli menyebutnya Senin; Istilah Senin itu juga
dikenal setelah datangnya Islam ke Indonesia. Era Indonesia zaman Hindu tentu
bukan Senin karena Senin tidak dikenal. Lebih-lebih Monday atau Montag).
Begitu pun dengan nama bulan Rabiul Awal. Bagi ahli sejarah umumnya, juga orang
awam, nama Rabiul Awal sama sekali tidak dikenal. Mereka ini telah lebih dahulu
mengenal kalender Masehi (abad V oleh Julius Caesar). Oleh karena itu, mereka
menyampaikan informasi tentang peristiwa kelahiran Muhammad menggunakan
kalender Masehi, 21 April 570 M., bukan dengan kalender Hijriyah atau kalender Tahun
Gajah.
Tentang Tahun Gajah, apa ada perhitungan
kalender Tahun Gajah?
Ya, tak ada. Orang Arab belum mengenal
kalender dan pastinya tak punya kalender definitif. Ketika Muhammad lahir,
Abrahah dari Yaman dengan tentara bergajah (gajah dalam bahasa Arab disebut al-fiil) menyerbu Mekkah dengan tujuan
menghancurkan Ka’bah (lihat QS 105: 1 s.d. 6). Karena orang Arab belum punya
kalender definitif, gampangnya, tahun kelahiran Muhammad dinamai saja Tahun
Gajah.
Orang-orang tua di Bima, NTB, generasi 28
sampai 45, tak tahu persis hari, tanggal, dan tahun kelahiran anak-anaknya.
Gampangnya menjawab kalau ditanya oleh aparatur desa, misalnya anaknya yang
bernama Rahmah, kapan dilahirkan. Sang ibu akan menjawab, Rahmah itu lahir pas
keluarga saya sedang memasang tiang utama lumbung padi (jompa) di depan rumah saya.
Kebenaran ilmiah peristiwa hari lahirnya
Muhammad itu adalah, Senin, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah, atau persis dengan Senin,
21 April 570 M.
Untuk diketahui pula, bahwa pada hari, tanggal,
dan tahun itu, ribuan bayi lahir di muka bumi. Kalau bayi-bayi itu lahir di
tanah Arab dan berbahasa Arab, tentu tanggal kelahirannya dicatat: Itsnin, ahada asyara Rabiul Awal Sanah Al Fiil! Oleh orang Indonesia yang
menggunakan Bahasa Indonesia, dicatat: Senin, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah!
Lha, bagaimana kalau bayi-bayi itu lahir di
Eropa, misalnya di UK yang berbahasa Inggris? Tentu mereka tidak akan pernah menulis: Itsnin, ahada asyara Sanah Al Fiil,
tetapi menulis: Monday, April 21, 570
M. Right?
Pembenaran
Sejatinya, kata pembenaran itu proses mencari
kebenaran, menelaah, mendapatkan, dan menampilkan kebenaran. Namun, artinya
yang sejati ini dipelesetkan menjadi arti berkonotasi negatif. Mengapa begitu?
Pembenaran, sekarang ini, adalah upaya
membenar-benarkan yang tidak benar, membungkus-bungkus yang kurang benar agar
tertutup, atau menutup-nutupi yang benar dengan bungkusan yang tidak benar.
Pembenaran, sekarang ini, pembenaran itu
berkaitan erat dengan interest pribadi, golongan, atau kelompok. mencari,
mengada-ada, dan mengarang rujukan baru yang invalid, lalu menciptakan dalil
invalid pula, dengan niat dan maksud menguatkan interest golongan sendiri, dan
memengaruhi orang atau pihak lain.
Contoh:
Fakta hukum:
KPK menangkap tangan, menahan, menyidik,
menyidangkan,memvonis, dan memidanakan Luthfi Hasan Ishaq (LHI), mantan
Presiden PKS, dengan kurungan penjara 18
tahun dan denda sekian-sekian.
Fahri Hamzah, Anggota Komisi III DPR dari Fraksi
PKS, konco LHI, berbicara lantang atas nama hukum: UU tentang KPK salah; KPK
sakit jiwa; Johan Budi, Jubir KPK tidak punya etika; dll.
Fahri Hamzah melakukan pembenaran sekaligus
penyalahan. Para pembaca pasti tahu, pembenaran untuk siapa dan penyalahan untuk
siapa. Yang jelas, pembenaran itu untuk interest dewekan dan tidak ragu
melakukan penyalahan kepada wong liyo (pihak lain).
Fahri Hamzah pura-pura lupa, KPK menindak
seseorang itu berpijak atas nama hukum yang universal dan kebenaran judicial
dan material.
Berlanjut ….
Lanjutan ….
Pembenaran yang menyesatkan:
Membesarkan
Hari Senin dan Bulan Rabiul Awal, Pengontetan Ajaran Islam yang Universal
Fakta Sejarah
Sunnatullah: manusia itu dari
tiada, lalu ada, lalu tiada, lalu dibangkitkan (QS 2: 28; QS 80: 17 s.d. 22).
Nabi Ibrahim lahir/dilahirkan. Hari, tanggal,
bulan, dan tahun berapa Nabi Ibrahim dilahirkan? Tak seorang pun yang tahu. Itu
sama sekali tidak penting. Nabi Ibrahim seorang rasul Allah. Pasti dia manusia
pilihan. Titik.
Nabi Ismail dan Nabi Ishaq lahir/dilahirkan. Hari,
tanggal, bulan, dan tahun berapa Nabi Ismail dan Nabi Ishaq dilahirkan? Tak seorang
pun yang tahu. Itu sama sekali tidak penting. Nabi Ismail dan Nabi Ishaq adalah
rasul Allah. Pasti keduanya manusia pilihan. Pastilah akhlak keduanya akhlak
mulia. Titik.
Keimanan kita semakin teguh bukan karena
mengagung-agungkan hari kelahiran. Tak pernah ada kaitan kegiatan
mengagung-agungkan hari kelahiran dengan keimanan, kelancaran, dan kesuksesan.
Semua urusan kelahiran, kematian, kiamat, dan
kebangkitan itu hanyalah Allah Yang Maha Tahu karena Dia Yang Mahakuasa.
Begitu pun dengan para rasul Allah yang lain.
Kok kita bisa mengatakan Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Ishak, Nabi Musa, dan
nabi yang lain itu hebat padahal kita tidak tahu hari, tanggal, bulan, dan
tahun kelahirannya?
Jangankan kita, generasi Abad XX, dan XXI,
saudara-saudaranya, om, tante, bibi, uwak, dan tetangganya juga tak ada yang
tahu.
“Jangankan hari, tanggal, dan bulan kelahiran
Ismail bin Ibrahim. Hari, tanggal, dan bulan kelahiran sendiri juga saya tak
tahu. Hari ini juga saya tak tahu namanya hari apa!” jawab seorang muda ketika
ditanya oleh temannya.
(zaman Nabi Ismail, 2500 SM.)
Umat Islam, umat yang datang di dunia ini
belakangan, juga sami mawon, tidak
tahu hal-ikhwal kelahiran para nabi terdahulu.Umat Islam, kita ini, mengenal
Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Nabi Ishak, serta para nabi terdahulu, sebagai
manusia terbaik, berakhlak terbaik pada zamannya (itu sebabnya dipilih sebagai
rasul Allah). Kita mengenal para rasul bukan karena tahu hari, tanggal, bulan,
dan tahun kelahiran mereka.
Apakah kalau kita tahu terus kita menjadi
hebat dan para rasul yang sudah tidak ada (wafat) itu menjadi lebih hebat?
Muhammad (Nabi Muhammad saw) lahir di Mekkah,
Senin, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah, atau 21 April 570 M. Bukan Muhammad saja
yang lahir pada saat itu. Seusia Muhammad, ribuan bayi lahir di muka bumi pada
jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun yang sama.
Bahasa yang dipakai untuk mencatat atau
mengucapkan pasti bahasa setempat. Mana ada orang tua di Italia yang anaknya,
Roberto, lahir pada saat itu mengatakan atau mencatat: Roberto, yuladu yaumul Itsnin, ahada asyara sahrur Rabiul Awal, sanah
al Fiil!
Muhammad, dalam perjalanan hidupnya sebagai
orang Arab kelahiran Mekkah, sama dengan orang Arab yang lain kelahiran Mekkah:
menggembala, berdagang, menikah, memiliki keturunan, dll. Tak ada keajaiban
atau peristiwa ujug-ujug seperti peristiwa yang dialami seseorang dalam cerita dongeng
atau cerita pewayangan. Ketika telah diangkat sebagai rasul pun, Muhammad
tetaplah sosok asli Arab Quraisy Bani Abdul Mutthalib. Mengapa Muhammad yang
ditunjuk sebagai rasul? Mengapa bukan sosok atau figur yang lain? Allah sajalah
Yang Maha Mengetahui dan Mahakuasa.
Muhammad menjadi sosok dunia itu dilalui
dengan perjuangan berdakwah selama 23 tahun. Dia menjadi sosok mendunia dan
menjadi milik dunia, bukan saja umat Islam, tetapi umat nonmuslim pun mengakui.
Ajarannya benar dan akhlaknya selama hidup itu agung (baca: akhlak mulia;
teladan terbaik bagi umat manusia).
Tak ada satu pun orang di dunia ini
mengatakan, bahwa kehebatan Muhammad itu karena lahir pada hari Senin tanggal
12 bulan Rabiul Awal Tahun Gajah! (kecuali segelintir oknum pengultus
individu).
Jadi lucu ala ketoprak Mataram atau dagelan
Srimulat saja mungkin, bahwa ada orang memandang Hari Senin dan bulan Rabiul
Awal itu adalah hari agung dan bulan agung karena pada hari dan bulan itu tokoh
agung dilahirkan. Karena itulah, hari, tanggal, dan bulan itu harus diagungkan!
Maksud orang-orang ini, intinya, Maulid Nabi
itu peristiwa hebat. Karena hebat, ya harus diingat-ingat dan haru selalu
diperingati!
Pada awalnya sih benar, ucapannya dengan
penuh keyakinan, yang hebat itu sosok Muhammad, akhlak Muhammad, dan
keteladanan Muhammad. Eh, praktiknya: membesar-besarkan hari Senin dan bulan Rabiul
Awal. Wujud kelakuannya, bikin fatwa kelebihan /fadhilah hari Senin dan bulan
Rabiul Awal.
Ketokohan Muhammad saw yang mendunia dengan ajaran Islam yang universal membawa
kebenaran dibikin kontet, sempit, dan cupet dengan atribut berbau Arab yang lokal
ala pembenaran dewekan.
Jakarta, 23 Januari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar