TAAT KEPADA PEMIMPIN, HIDUP DUNIA AKHIRAT TERPIMPIN
Ketaatan, modal dasar
manusia mengelola kehidupan
Allah
memberi perintah kepada muslim, melalui rasul-Nya, Muhammad saw, agar menaati
dengan ketaatan yang sebenar-benarnya kepada Allah, kepada Rasul-Nya, dan
kepada para pemimpin.
Setiap
muslim sangat yakin bahwa ketaatan itu adalah kewajiban yang harus dimiliki,
ditumbuhkembangkan, dirawat, dan diimbaskan
(disseminate) kepada sesama muslim
utamanya, dan kepada manusia pada umumnya. Ketaatan itu ada di dalam hablum min-Allah dan hablum min-annas. Ketaatan itu adalah modal dasar bagi muslim dalam
mengelola kehidupan. Muslim yang taat itu akan menjadi pribadi yang kokoh,
perjalanan hidupnya lebih tertib, dan langkah-langkahnya selalu tampak
indah/menarik.
Contoh
Muslim
yang selalu menegakkan salat berarti dia menegakkan disiplin dalam berniat,
berkata, dan berbuat sesuatu yang bermanfaat khususnya bagi dirinya dalam
memelihara hubungan dan komunikasi dengan Tuhannya. Fisik dan mentalnya
terlatih. Fisiknya selalu sehat dan siap beraktifitas. Mentalnya pun kokoh
karena kepercayaannya kepada Allah Yang Mahakuasa.
Muslim
yang selalu menunaikan ibadah puasa pada bulan Ramadan dan puasa-puasa sunnah
terlatih fisiknya: mulutnya, lidahnya, dan semua organ pencernaannya. Emosinya
terkendali, sabar, tabah, dan ucapannya terjaga,. Empatinya kepada orang lain
makin tinggi dan sifat pengasih ataupun penyayangnya bertumbuh.
Muslim
yang selalu berzakat adalah orang yang sangat pandai bersyukur. Sebagian dari
hartanya diinfakkan kepada orang lain yang tak berpunya sebagai wujud kedermawanan
(kesalehan individu dan kesalehan sosial).
Muslim
berhaji ke Mekkah karena adanya perintah Allah untuk berhaji jika mampu, karena
Nabi saw telah mencontohkan berhaji kepada semua umat pengikutnya. Nabi saw dan
para sahabat berdiam di Madinah. Karena ada perintah Allah untuk berhaji ke
Mekkah, maka Nabi saw yang paling dahulu mencontohkan, meninggalkan kota
Madinah menuju Mekkah dan menempuh jarak kurang lebih 405 km dengan mengendarai
onta.
Takkan
ada muslim berhaji jika tidak ada perintah Allah dan contoh teladan berhaji
dari rasulnya.
Berlanjut
….
Lanjutan
….
Ketaatan kepada Allah
dan rasul, fondasi awal dan vital menuju ketaatan kepada pemimpin
Ketaatan
kepada Allah dan rasul itu ternyata menjadi fondasi awal dan vital menuju
ketaatan kepada pemimpin. Sejatinya, muslim yang taat kepada Allah dan rasul,
tentu akan diiringi dengan ketaatan kepada pemimpin. Mudah baginya menerapkan
ketaatan kepada pemimpin setelah dia menerapkan ketaatan kepada Allah dan
rasul. Itulah wujud akhlak terpuji dari setiap individu muslim.
Contoh:
Ketaatan kepada
regulasi remunerasi adalah wujud ketaatan kepada pemimpin
Hari-hari
sebelum datangnya tahun 2014.
Hari-hari
sepanjang tahun 2013 ke belakang. Jam kerja Senin s.d. Kamis mulai pukul 08.00
dan pulang pukul 16.00. Penanda kehadiran para karyawan adalah alat elekronik finger print yang harus dipencet oleh masing-masing
karyawan.
Suasana
di kantor tempat penulis bekerja berjalan seperti biasa. Ada satu dua karyawan yang
datang ke kantor sangat awal waktu, berkisar pukul 06.30 pagi. Lalu sebagian
kecil karyawan datang setelah lewat pukul 07.00. Setelah waktu menunjukkan
pukul 08.00 atau lebih, sebagian besar berdatangan. Sebagian kecil tidak bisa
hadir di kantor karena berbagai alasan: dinas luar (dl), sakit, cuti, atau ada
urusan keluarga yang amat mendesak.
Seperti
itulah suasana rutinitas di kantor selama bertahun-tahun. Tak ada sanksi yang
jelas dijatuhkan kepada karyawan yang biasa terlambat atau membolos. Juga tak
ada kejelasan reward yang diperoleh
bagi para karyawan yang berdisiplin dan rajin masuk kantor. Tak ada penghargaan
bagi karyawan yang menunjukkan prestasi luar biasa. Sepertinya rajin dan tidak
rajin masuk kantor, berprestasi atau wanprestasi diperlakukan sama saja. Gaji
bulanan diterima setiap tanggal 1 bulan berjalan melalui ATM Bank BNI.
Sampai
hadirnya tahun baru, tahun 2014.
Kamis,
2 Januari 2014, adalah hari pertama hari kerja kami pada tahun 2014. Ada
suasana yang berubah yang penulis saksikan di lingkungan kantor pada hari itu.
Penulis
seperti biasanya sudah hadir di lobi Gedung E sekitar pukul 06.15 kurang lebih.
Penulis merasa yakin bahwa diri ini yang paling awal datang dan paling awal
pula masuk ruangan di Subdit Pembelajaran Gedung E Lantai 18. Biasanya seperti
itu. Ketika penulis masuk ruangan, biasanya belum ada karyawan atau office boy.
Penulis lebih sering mampir dulu di ruangan receptionist/security untuk
mengobrol dengan petugas satpam sambil minum secangkir kopi yang disediakan
salah satu petugas satpam. Biasanya Muridi, Suroto, Sawadi, atau Nugroho.
Rupanya
penulis kecele. Banyak teman sekantor
sudah memasuki lobi, berjalan menuju lift, dan berdiri untuk menunggu di depan
lift. Endang Retno, Etty, Maya, Misyanto, dan Wiyono. Kalau Endang Retno dan
Misyanto datang awal bagi penulis adalah biasa. Tetapi kalau ada Maya dan
Wiyono datang awal seperti kedatangan kami bertiga, bagi penulis agak aneh.
Seumur-umur penulis berkantor di Gedung E Lantai 18, belum pernah sekali pun
penulis melihat mereka datang sepagi itu. Biar disamber geledek deh!
Suasana
benar-benar sangat berbeda. Banyak sekali karyawan yang berkantor di Gedung E mulai
berdatangan dan berdiri memenuhi ruang tunggu di depan pintu lift tersedia
untuk mencapai lantai 1,2, 13 s.d. 19. Ada empat lift yang semuanya
dioperasikan sejak pagi hari. Penulis mendengar omongan bahwa mereka mengejar
waktu untuk memencet pesawat finger print,
lebih cepat lebih baik. Salah satu direktorat yang berkantor di Gedung E
membuat kebijakan (sekali lagi kebijakan internal) waktu pencet finger print pukul 07.30 s.d. pukul
08.00 bahwa ada toleransi setengah jam (tiga puluh menit) bagi karyawan yang
terlambat datang.
Makin
aneh dan surprised bagi penulis
ketika masuk ke ruangan sendiri. Rupanya, sepagi itu, di dalam sudah ada rekan
kerja, yakni Ramlah Nadja, Dewi Utama, Sulistiani, Rossilawati, dan juga Sri
Rejeki yang sedang berbincang di ruangan Kepala Seksi. Kami saling mengucapkan
selamat tahun baru dan saling bersalaman. Penulis baru ngeh ketika mendengar obrolan kaum ibu itu. Rupanya hari itu adalah
hari pertama penerapan peraturan pemerintah tentang remunerasi di Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Oh,
my God! Masya Allah!
Apa
artinya semua ini? Apa itu remunerasi?
Kata
remunerasi itu hasil serapan dari
bahasa Inggris remuneration yang
terjemahannya adalah: 1. pemberian upah; 2. Upah, gaji (John M. Echols dan
Hassan Shadily, 2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: 2008) menjelaskan
kata remunerasi adalah: 1) uang yang diberikan sebagai balas jasa atas
pekerjaan yang telah dilakukan; 2) imbalan.
Peraturan
remunerasi mulai diterapkan di
Kemdikbud oleh Mendikbud sejak tanggal 2 Januari 2014. Peraturan yang dibuat
oleh Pemerintah untuk seluruh instansi negara. Remunerasi sudah lama diterapkan di Kemenkeu atau kementerian
negara lainnya. Hasilnya, efektif atau tidak, belum ada jurnal hasil riset
tentang efektifitas peraturan remunerasi.
Yang
sangat jelas, penerimaan setiap karyawan, misalnya pada pangkat dan golongan
yang sama, nilainya berbeda. Karyawan yang rajin dan aktif dengan output bukti
fisik produk akan menerima pendapatan lebih besar ditambah tunjangan, Karyawan
yang malas, telat, tidak aktif, dan nirproduk bersiap-siap memperoleh uang imbalan
dengan nilai yang lebih sedikit. Nilainya nominal imbalan yang diterima
karyawan fluktuatif per bulan.
Profesionalisme
setiap individu karyawan dan objektifitas kinerja maupun output sangat
dikedepankan. Kate orang Betawi, “Bang, ente
rajin ente dapet nikmat, ente males ente dapet laknat.”
Ideal
(sejatinya) semua peraturan yang dibuat oleh pemerintah pastilah untuk
kemaslahatan rakyat banyak (termasuk juga karyawan kementerian negara)
Semua
PNS di Kemdikbud pun menaati peraturan remunerasi itu. Semua peraturan
bertujuan untuk tercapainya kesejahteraan karyawan melalui perbaikan tata
kelola dalam adiministrasi kepegawaian, yang berujung kepada kualitas kinerja
karyawan. Isi peraturan harus diketahui oleh semua karyawan, termasuk di
dalamnya jam kerja, waktu masuk dan mulai bekerja serta waktu pulang, Tak ada
alasan bagi setiap karyawan untuk berleha-leha, bermalas-malasan, atau
berkeliaran seperti masa 2013 ke belakang.
Itulah
salah satu bentuk ketaatan seorang muslim terhadap pemimpin. Bukan ketaatan
pribadi bawahan kepada pribadi atasan, tetapi ketaatan setiap PNS kepada
pemerintah, atau ketaatan setiap PNS muslim terhadap pemimpin yang
direpresentasikan oleh Pemerintah.
Hari
pertama diberlakukan peraturan, karyawan sedikit rikuh dan kaget. Ada saja dengusan
dan keluhan yang keluar dari mulut karyawan. Biasalah, hari pertama, hari-hari
kedua, ketiga, dan keempat.Namun percayalah, hari-hari kerja selanjutnya akan
dapat dijalani dengan baik seperti biasa. Langkah-langkah menjalani pekerjaan
akan lebih teratur berderap. Insya Allah, hidup teratur dalam payung peraturan
yang dibuat oleh pemimpin akan membawa hidup kita menjadi lebih disiplin dan
pasti terpimpin.
Maka
dari itu, penulis mengajak saudaraku, “Taatlah kepada pemimpin sebagaimana
muslim menaati Allah dan rasul-Nya! Caranya, ya, taat kepada peraturan.”
Jakarta,
5 Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar