Minggu, 05 Januari 2014

TAAT KEPADA PEMIMPIN, HIDUP AKAN TERPIMPIN



 TAAT KEPADA PEMIMPIN, HIDUP DUNIA AKHIRAT TERPIMPIN
Ketaatan, modal dasar manusia mengelola kehidupan
Allah memberi perintah kepada muslim, melalui rasul-Nya, Muhammad saw, agar menaati dengan ketaatan yang sebenar-benarnya kepada Allah, kepada Rasul-Nya, dan kepada para pemimpin.
Setiap muslim sangat yakin bahwa ketaatan itu adalah kewajiban yang harus dimiliki, ditumbuhkembangkan, dirawat, dan diimbaskan  (disseminate) kepada sesama muslim utamanya, dan kepada manusia pada umumnya. Ketaatan itu ada di dalam hablum min-Allah dan hablum min-annas. Ketaatan itu adalah modal dasar bagi muslim dalam mengelola kehidupan. Muslim yang taat itu akan menjadi pribadi yang kokoh, perjalanan hidupnya lebih tertib, dan langkah-langkahnya selalu tampak indah/menarik.
Contoh
Muslim yang selalu menegakkan salat berarti dia menegakkan disiplin dalam berniat, berkata, dan berbuat sesuatu yang bermanfaat khususnya bagi dirinya dalam memelihara hubungan dan komunikasi dengan Tuhannya. Fisik dan mentalnya terlatih. Fisiknya selalu sehat dan siap beraktifitas. Mentalnya pun kokoh karena kepercayaannya kepada Allah Yang Mahakuasa.
Muslim yang selalu menunaikan ibadah puasa pada bulan Ramadan dan puasa-puasa sunnah terlatih fisiknya: mulutnya, lidahnya, dan semua organ pencernaannya. Emosinya terkendali, sabar, tabah, dan ucapannya terjaga,. Empatinya kepada orang lain makin tinggi dan sifat pengasih ataupun penyayangnya bertumbuh.
Muslim yang selalu berzakat adalah orang yang sangat pandai bersyukur. Sebagian dari hartanya diinfakkan kepada orang lain yang tak berpunya sebagai wujud kedermawanan (kesalehan individu dan kesalehan sosial).
Muslim berhaji ke Mekkah karena adanya perintah Allah untuk berhaji jika mampu, karena Nabi saw telah mencontohkan berhaji kepada semua umat pengikutnya. Nabi saw dan para sahabat berdiam di Madinah. Karena ada perintah Allah untuk berhaji ke Mekkah, maka Nabi saw yang paling dahulu mencontohkan, meninggalkan kota Madinah menuju Mekkah dan menempuh jarak kurang lebih 405 km dengan mengendarai onta.
Takkan ada muslim berhaji jika tidak ada perintah Allah dan contoh teladan berhaji dari rasulnya.
Berlanjut ….

Lanjutan ….
Ketaatan kepada Allah dan rasul, fondasi awal dan vital menuju ketaatan kepada pemimpin
Ketaatan kepada Allah dan rasul itu ternyata menjadi fondasi awal dan vital menuju ketaatan kepada pemimpin. Sejatinya, muslim yang taat kepada Allah dan rasul, tentu akan diiringi dengan ketaatan kepada pemimpin. Mudah baginya menerapkan ketaatan kepada pemimpin setelah dia menerapkan ketaatan kepada Allah dan rasul. Itulah wujud akhlak terpuji dari setiap individu muslim.
Contoh:
Ketaatan kepada regulasi remunerasi adalah wujud ketaatan kepada pemimpin
Hari-hari sebelum datangnya tahun 2014.
Hari-hari sepanjang tahun 2013 ke belakang. Jam kerja Senin s.d. Kamis mulai pukul 08.00 dan pulang pukul 16.00. Penanda kehadiran para karyawan adalah alat elekronik finger print yang harus dipencet oleh masing-masing karyawan.
Suasana di kantor tempat penulis bekerja berjalan seperti biasa. Ada satu dua karyawan yang datang ke kantor sangat awal waktu, berkisar pukul 06.30 pagi. Lalu sebagian kecil karyawan datang setelah lewat pukul 07.00. Setelah waktu menunjukkan pukul 08.00 atau lebih, sebagian besar berdatangan. Sebagian kecil tidak bisa hadir di kantor karena berbagai alasan: dinas luar (dl), sakit, cuti, atau ada urusan keluarga yang amat mendesak.
Seperti itulah suasana rutinitas di kantor selama bertahun-tahun. Tak ada sanksi yang jelas dijatuhkan kepada karyawan yang biasa terlambat atau membolos. Juga tak ada kejelasan reward yang diperoleh bagi para karyawan yang berdisiplin dan rajin masuk kantor. Tak ada penghargaan bagi karyawan yang menunjukkan prestasi luar biasa. Sepertinya rajin dan tidak rajin masuk kantor, berprestasi atau wanprestasi diperlakukan sama saja. Gaji bulanan diterima setiap tanggal 1 bulan berjalan melalui ATM Bank BNI.
Sampai hadirnya tahun baru, tahun 2014.
Kamis, 2 Januari 2014, adalah hari pertama hari kerja kami pada tahun 2014. Ada suasana yang berubah yang penulis saksikan di lingkungan kantor pada hari itu.
Penulis seperti biasanya sudah hadir di lobi Gedung E sekitar pukul 06.15 kurang lebih. Penulis merasa yakin bahwa diri ini yang paling awal datang dan paling awal pula masuk ruangan di Subdit Pembelajaran Gedung E Lantai 18. Biasanya seperti itu. Ketika penulis masuk ruangan, biasanya belum ada karyawan atau office boy. Penulis lebih sering mampir dulu di ruangan receptionist/security untuk mengobrol dengan petugas satpam sambil minum secangkir kopi yang disediakan salah satu petugas satpam. Biasanya Muridi, Suroto, Sawadi, atau Nugroho.
Rupanya penulis kecele. Banyak teman sekantor sudah memasuki lobi, berjalan menuju lift, dan berdiri untuk menunggu di depan lift. Endang Retno, Etty, Maya, Misyanto, dan Wiyono. Kalau Endang Retno dan Misyanto datang awal bagi penulis adalah biasa. Tetapi kalau ada Maya dan Wiyono datang awal seperti kedatangan kami bertiga, bagi penulis agak aneh. Seumur-umur penulis berkantor di Gedung E Lantai 18, belum pernah sekali pun penulis melihat mereka datang sepagi itu. Biar disamber geledek deh!
Suasana benar-benar sangat berbeda. Banyak sekali karyawan yang berkantor di Gedung E mulai berdatangan dan berdiri memenuhi ruang tunggu di depan pintu lift tersedia untuk mencapai lantai 1,2, 13 s.d. 19. Ada empat lift yang semuanya dioperasikan sejak pagi hari. Penulis mendengar omongan bahwa mereka mengejar waktu untuk memencet pesawat finger print, lebih cepat lebih baik. Salah satu direktorat yang berkantor di Gedung E membuat kebijakan (sekali lagi kebijakan internal) waktu pencet finger print pukul 07.30 s.d. pukul 08.00 bahwa ada toleransi setengah jam (tiga puluh menit) bagi karyawan yang terlambat datang.
Makin aneh dan surprised bagi penulis ketika masuk ke ruangan sendiri. Rupanya, sepagi itu, di dalam sudah ada rekan kerja, yakni Ramlah Nadja, Dewi Utama, Sulistiani, Rossilawati, dan juga Sri Rejeki yang sedang berbincang di ruangan Kepala Seksi. Kami saling mengucapkan selamat tahun baru dan saling bersalaman. Penulis baru ngeh ketika mendengar obrolan kaum ibu itu. Rupanya hari itu adalah hari pertama penerapan peraturan pemerintah tentang remunerasi di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Oh, my God! Masya Allah!
Apa artinya semua ini? Apa itu remunerasi?
Kata remunerasi itu hasil serapan dari bahasa Inggris remuneration yang terjemahannya adalah: 1. pemberian upah; 2. Upah, gaji (John M. Echols dan Hassan Shadily, 2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: 2008) menjelaskan kata remunerasi adalah: 1) uang yang diberikan sebagai balas jasa atas pekerjaan yang telah dilakukan; 2) imbalan.
Peraturan remunerasi mulai diterapkan di Kemdikbud oleh Mendikbud sejak tanggal 2 Januari 2014. Peraturan yang dibuat oleh Pemerintah untuk seluruh instansi negara. Remunerasi sudah lama diterapkan di Kemenkeu atau kementerian negara lainnya. Hasilnya, efektif atau tidak, belum ada jurnal hasil riset tentang efektifitas peraturan remunerasi.
Yang sangat jelas, penerimaan setiap karyawan, misalnya pada pangkat dan golongan yang sama, nilainya berbeda. Karyawan yang rajin dan aktif dengan output bukti fisik produk akan menerima pendapatan lebih besar ditambah tunjangan, Karyawan yang malas, telat, tidak aktif, dan nirproduk bersiap-siap memperoleh uang imbalan dengan nilai yang lebih sedikit. Nilainya nominal imbalan yang diterima karyawan fluktuatif per bulan.
Profesionalisme setiap individu karyawan dan objektifitas kinerja maupun output sangat dikedepankan. Kate orang Betawi, “Bang, ente rajin ente dapet nikmat, ente males ente dapet laknat.
Ideal (sejatinya) semua peraturan yang dibuat oleh pemerintah pastilah untuk kemaslahatan rakyat banyak (termasuk juga karyawan kementerian negara)
Semua PNS di Kemdikbud pun menaati peraturan remunerasi itu. Semua peraturan bertujuan untuk tercapainya kesejahteraan karyawan melalui perbaikan tata kelola dalam adiministrasi kepegawaian, yang berujung kepada kualitas kinerja karyawan. Isi peraturan harus diketahui oleh semua karyawan, termasuk di dalamnya jam kerja, waktu masuk dan mulai bekerja serta waktu pulang, Tak ada alasan bagi setiap karyawan untuk berleha-leha, bermalas-malasan, atau berkeliaran seperti masa 2013 ke belakang.
Itulah salah satu bentuk ketaatan seorang muslim terhadap pemimpin. Bukan ketaatan pribadi bawahan kepada pribadi atasan, tetapi ketaatan setiap PNS kepada pemerintah, atau ketaatan setiap PNS muslim terhadap pemimpin yang direpresentasikan oleh Pemerintah.
Hari pertama diberlakukan peraturan, karyawan sedikit rikuh dan kaget. Ada saja dengusan dan keluhan yang keluar dari mulut karyawan. Biasalah, hari pertama, hari-hari kedua, ketiga, dan keempat.Namun percayalah, hari-hari kerja selanjutnya akan dapat dijalani dengan baik seperti biasa. Langkah-langkah menjalani pekerjaan akan lebih teratur berderap. Insya Allah, hidup teratur dalam payung peraturan yang dibuat oleh pemimpin akan membawa hidup kita menjadi lebih disiplin dan pasti terpimpin.
Maka dari itu, penulis mengajak saudaraku, “Taatlah kepada pemimpin sebagaimana muslim menaati Allah dan rasul-Nya! Caranya, ya, taat kepada peraturan.”
Jakarta, 5 Januari 2014



Tidak ada komentar:

Posting Komentar