NIAT DAN AMALIAH YANG
SINERGIS
Niat dan
amaliah
Niat atau nawaitu itu artinya sama dengan
maksud, keinginan (dalam bahasa Betawi dikatakan kepingin; mau). Niat itu datang dari hati. Yang paling tahu
tentang niat itu adalah orang empunya niat. Orang lain tidak akan tahu. Niat
itu baru diketahui orang lain kalau empunya niat mengatakan atau mewujudkan
dalam amaliah. Sering dikatakan, amal itu tergantung dari niat.
Contoh 1:
Saya mau makan. (di dalam hati)
Orang lain sama sekali tak tahu bahwa saya
berniat mau makan. Tetapi ketika saya ucapkan dengan jelas dan didengar orang
lain, atau saya bergegas mengambil piring, sendok makan, dan garpu, barulah orang
lain paham, bahwa saya mau makan.
Bagaimana kalau saya berniat mau makan
(karena perut lapar), lalu saya ucapkan dengan jelas kalimat itu dan didengar
oleh orang lain, tetapi saya mengambil sapu lidi dan kain pel?
Benarkah amaliah (tindakan) saya mengambil
sapu lidi dan kain pel itu?
Tentu tindakan saya adalah tindakan bodoh.
Akibat dari tindakan bodoh itu, perut saya tetap terasa lapar, dan saya pun
tambah menderita jadinya.
Niat
yang benar amaliah benar
Contoh 2.
Saya secara pribadi ingin (berniat)
menyantuni anak yatim di lingkungan tempat tinggal saya. Santunannya dalam
bentuk uang kas yang nilai nominalnya lima ratus ribu rupiah per kepala.
Apa (amaliah) yang semestinya saya lakukan?
Pertama, menghubungi kepala lingkungan untuk
mendapatkan data yang akurat banyaknya anak yatim yang berhak mendapatkan
santunan.
Kedua, menginventarisasi nama-nama anak yatim
dalam satu daftar.
Ketiga, menyampaikan surat undangan kepada
anak-anak yatim yang disantuni.
Keempat, menyerahkan uang santunan kepada
anak-anak yatim.
Kelima, selesai.
Sederhana sekali, bukan?
Niat saya menyantuni anak yatim diwujudkan
dengan pemberian santunan (amaliah; tindakan nyata) terpenuhi. Antara niat
dengan amaliah nyambung (sinergis). Dampaknya adalah bermanfaat. Anak-anak
yatim itu bisa memanfaatkan uang santunan untuk membeli barang-barang kebutuhan
mereka yang mungkin amat mendesak. Amaliah yang lebih berkualitas mewujudkan
ajaran kasih-sayang sesama terpampang dalam wujud dampak positif: membawa
manfaat.
Tetapi, yang sering kita lakukan selama ini
tidak seperti itu. Seperti apa rupanya?
Niat
yang benar amaliah tidak benar
Kegiatan pemborosan dan miskin prestasi
Niat ingin menyantuni anak-anak yatim saja saya
sudah bikin kegiatan heboh duluan.
Saya minta kepada pengurus masjid supaya
kegiatan itu diumumkan. Senyampang itu, saya minta didoakan (titip doa) dan
dibacakan Surat Al Fatihah. Saya minta diumumkan bahwa santunan itu atas nama
kedua orang tua saya yang sudah meninggal dan pahalanya untuk kedua almarhum.
(muncul sikap dan perilaku riya’un nass;
riya’)
Saya perlu menunggu bulan Muharram tanggal 10
karena tanggal dan bulan itu milik anak yatim supaya pahalanya berlipat ganda
(???).
Saya mengundang grup kasidahan atau marawis
atau hadrah.
Saya pun tak lupa mengundang seorang ustaz
tukang ceramah agar berceramah dalam acara itu pada hari H pemberian santunan.
Saya juga perlu mengundang seorang ustaz
tukang doa untuk berdoa agar doanya lebih afdol dan cepat terkabul. Katanya, kalau
bukan ustaz tukang doa yang memimpin doa, maka doanya tersendat-sendat menuju
Allah dan sulit/tidak sampai ke langit (???).
Menjelang hari H saya dan keluarga sudah
sibuk luar biasa. Saudara-saudara juga sibuk dan para tetangga dekat pun
terimbas sibuk pula.
Pada hari H-nya kesibukan luar biasa di rumah
saya. Fisik saya dan keluarga sudah agak loyo karena kurang tidur. Tetapi saya
harus tetap kuat meskipun agak memaksakan diri.
Susunan acara yang sebenarnya amat sederhana
(menyantuni anak yatim), saya buat semiformal atau kaku tetapi masih tetap
tradisional.
Susunan acaranya:
Pembukaan
Pembacaan kalam Ilahi dan sari tilawah
Sambutan saya sebagai empunya hajat
Menyanyikan lagu-lagu
Ceramah
Penyerahan santunan
Pembacaan doa, dan
Ramah-tamah
Acara pemberian santunan selesai.
Niat saya adalah ingin menyantuni anak-anak
yatim (amat sederhana sebenarnya). Tujuannya, santunan itu sampai ke tangan yang
berhak. Akan tetapi saya melakukan amaliyah bermacam-macam (tradisi yang
tradisional; kuno; pemborosan; yang sama sekali tidak terkait dengan kegiatan
pemberian santunan. Bahkan mengadakan kegiatan yang tak bernilai/bermanfaat. Dampak
negatif bagi saya adalah: letih, fisik tidak bugar, mata merah, dan wajah kuyu.
Begitu juga saudara-saudara dan para tetangga yang ikut berpartisipasi. Waktu
efektif banyak terbuang. Dana ekstra pun harus dikeluarkan untuk hal-hal yang
tidak perlu.Dll.
Inilah bentuk kegiatan (amaliyah) yang banyak
macamnya, tidak selaras dengan niat semula, dan miskin prestasi.
Berlanjut ….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar