Agama, akal,
dan adat-istiadat (3A) adalah tiga perkara penting dalam kehidupan manusia sebagai
pengelola bumi. Ketiganya menyatu dalam
kehidupan manusia. Ketiganya adalah karunia Allah hanya untuk manusia.
Ketiganya bersinergi begitu kuat sehingga manusia kuat dan tangguh menjalani
kehidupan dengan tertib, terarah, dan indah. Malaikat, jin, dan iblis tidak
dikaruniai agama karena mereka tidak ada kewajiban mengelola bumi atau apa pun
selain yang telah digariskan oleh Allah Yang Maha Pencipta.
Ajaran agama
sebagai karunia Allah, berfungsi sebagai pedoman bagi manusia mengelola bumi
harus dipahami dan dipraktikkan dengan baik sehingga menjadikan manusia
menjalani kehidupan dengan tertib (agama= tertib; tidak kacau).
Akal adalah fasilitas
penting yang dikaruniakan Allah bagi manusia agar manusia mengelola bumi tidak
cukup tertib saja, tetapi harus selalu ada perubahan ke arah kemajuan yang
terarah dari waktu ke waktu. Manusia adalah makhluk beradab. Pada akal ada
fungsi budi daya yang menjadikan manusia melakukan sesuatu dengan cermat,
teliti, efisien, dan berdaya guna. Perubahan hidup dan perubahan peradaban
adalah wujud berfungsinya akal. Contoh: gaya arsitektur rumah manusia pada
zaman Batu berbeda dengan gaya arsitektur rumah pada zaman pertengahan, dan
berbeda pula ketika zaman modern datang. Contoh ini menandakan akal manusia
berfungsi. Bandingkan dengan lebah yang membuat sarang. Tak ada perubahan yang
terjadi pada sarang lebah ketika zaman batu, zaman pertengahan, atau zaman
modern.
Adat-istiadat
hadir setelah manusia hidup dalam kelompok-kelompok dan kemudian
bersosialisasi. Manusia sebagai makhluk dinamis, selalu ingin berubah,
bergerak, mobil, suka berpindah-pindah, dan tidak berdiam di suatu tempat
tertentu dari generasi ke generasi. Kondisi geografis, cuaca, alam, dan sumber
daya alam suatu tempat yang dihuni sekelompok manusia di muka bumi ini tidak
sama. Kelompok orang yang hidup di kutub utara, namanya suku Eskimo. Daerah
kutub cuacanya sangat dingin, ada salju, gunung es, dan hewan berupa anjing
Eskimo dan beruang salju. Karena itu, orang Eskimo berbusana tebal. Bahan
busananya kulit beruang kutub atau kulit kambing kutub. Nama benda, tempat
benda, wujud benda, dan wujud alam sekitar melahirkan bahasa, istilah,
komunikasi, dan kebiasaan berbeda. Kebiasaan-kebiasan yang berlaku (custome),
nilai-nilai, atau keyakinan yang tumbuh menjadi adat-istiadat. Kereta yang
mengangkut mereka bergerak ke mana-mana bukan ditarik oleh kuda, melainkan ditarik
oleh anjing gembala beberapa ekor. Kok
tidak pakai kuda? Di sana tidak ada kuda.
Agama
(keyakinan) dan akal (budi daya) yang dimiliki orang Eskimo yang hidup tertib
dan terarah di Kutub Utara menuntut mereka menciptakan busana tebal
berlapis-lapis, kereta anjing kutub, dan tradisi berburu binatang liar. Itulah
adat-istiadat. Kehadiran adat-istiadat dalam suatu masyarakat menjadi ciri
khas, unik, dan indah.
Manusia yang
menyinergikan kekuatan ajaran agama, kekuatan akal, dan memelihara adat-istiadat
(tradisi) dalam mengelola hidupnya memiliki ciri-ciri: hidup tertib, terarah,
dan indah.
Agama, akal,
dan adat-istiadat bisa disinergikan oleh manusia sehingga menjadi kekuatan
dahsyat, Akan tetapi fungsi ketiganya tidak dapat bersubstitusi (saling
menggantikan). Fungsi agama tidak bisa digantikan oleh akal dan tidak juga oleh
adat-istiadat.
Agama is agama, fungsinya adalah pedoman dan
sekaligus fondasi sebuah bangunan yang bernama pengelolaan kehidupan. Ingin
meraih kehidupan yang baik, pedomanilah agama.
Akal dikaruniakan
Allah bagi manusia (organ otak; brain)
berfungsi untuk mencari, menemukan, dan melahirkan ide-ide baru, serta kreasi
baru yang cemerlang. Contoh: busana. Orang Islam itu wajib menutup aurat sejak
turunnya perintah Allah untuk itu. Sejak itu muslim menutup aurat dengan
busana. Akal para desainer/perancang busana pun beraksi penuh daya kreasi.
Lihatlah sekarang, di zaman modern ini! Model busana yang dipakai para muslimah
amat bervariasi, modis, trendy, dan
terkadang seksi. Lihatlah para muslimah kita. Mereka yang tadinya enggan
berjilbab karena belum pede dan berbagai alasan, sekarang mereka tampil pede
abis dalam busana yang semestinya!Menutup aurat adalah kewajiban dan tuntutan
agama Islam. Tentang mode, model, gaya, modis/fashionable adalah hasil kreasi akal para desainer busana. Menutup
aurat dengan busana biasa dan sederhana boleh-boleh saja. Akan tetapi jika
berjilbab modis berharga mahal tetapi dada tetap tampak dan betis bunting pandi
dibiarkan terbuka, atau bercelana ketat
legging yang memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh yang ceking atau yang tambun
berlemak, itu mah salah! Kalau begitu, tinggalkan busana model cekak begitu!
Fashion/mode pada busana celana cutbray yang mengambai, celana legging ketat, atau rok panjang,
mengalami masa trendy/digandrungi pada
suatu masa, akan mengalami masa out of
fashion pada masa yang lain. Kegandrungan akan sesuatu itu cuma semusim dua
musim. Musim berikutnya kegandrungan beralih kepada yang lain, yang baru, atau
kembali kepada zaman dulu. Balik deui ka
zaman baheula eta mah tiasa. Itulah adat.
Kalau
begitu, adat itu tidak bisa dijadikan pedoman hidup, dong? Ya iyalah! Nikah ya
nikah (nikah siri, nikah di bawah tangan, atau nikah kantor) itu perintah agama.
Artinya halalan thoyyiban wa asyiiiikan!
Yang bukan perintah agama, bahkan haram itu adalah nikah kontrak, nikah mut’ah, atau nikah niatnya cuma empat
hari atau dua bulan (Aceng Fikri kaleee!) Nikah kontrak itu hanya adat di
tempat tertentu dan menjadi kebiasaan yang buruk: ajaran agama ditanggalkan,
akal culas, adat menjadi lumpur (kerjaan pendatang Arab dan kerjaan naib
abal-abal). Praktik nikah kontrak ini sedang dibasmi sampai tuntas tas tas!
Agama, akal,
dan adat-istiadat (3A) pasti tampak tampil dalam kehidupan manusia sampai kapan
pun. Kekuatan 3A disinergikan, bukan disubstitusikan fungsinya, bukan pula
dicampuradukkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar