Minggu, 23 Desember 2012

AGAMA, AKAL, DAN ADAT-ISTIADAT




Agama, akal, dan adat-istiadat (3A) adalah tiga perkara penting dalam kehidupan manusia sebagai pengelola  bumi. Ketiganya menyatu dalam kehidupan manusia. Ketiganya adalah karunia Allah hanya untuk manusia. Ketiganya bersinergi begitu kuat sehingga manusia kuat dan tangguh menjalani kehidupan dengan tertib, terarah, dan indah. Malaikat, jin, dan iblis tidak dikaruniai agama karena mereka tidak ada kewajiban mengelola bumi atau apa pun selain yang telah digariskan oleh Allah Yang Maha Pencipta.
Ajaran agama sebagai karunia Allah, berfungsi sebagai pedoman bagi manusia mengelola bumi harus dipahami dan dipraktikkan dengan baik sehingga menjadikan manusia menjalani kehidupan dengan tertib (agama= tertib; tidak kacau).
Akal adalah fasilitas penting yang dikaruniakan Allah bagi manusia agar manusia mengelola bumi tidak cukup tertib saja, tetapi harus selalu ada perubahan ke arah kemajuan yang terarah dari waktu ke waktu. Manusia adalah makhluk beradab. Pada akal ada fungsi budi daya yang menjadikan manusia melakukan sesuatu dengan cermat, teliti, efisien, dan berdaya guna. Perubahan hidup dan perubahan peradaban adalah wujud berfungsinya akal. Contoh: gaya arsitektur rumah manusia pada zaman Batu berbeda dengan gaya arsitektur rumah pada zaman pertengahan, dan berbeda pula ketika zaman modern datang. Contoh ini menandakan akal manusia berfungsi. Bandingkan dengan lebah yang membuat sarang. Tak ada perubahan yang terjadi pada sarang lebah ketika zaman batu, zaman pertengahan, atau zaman modern.
Adat-istiadat hadir setelah manusia hidup dalam kelompok-kelompok dan kemudian bersosialisasi. Manusia sebagai makhluk dinamis, selalu ingin berubah, bergerak, mobil, suka berpindah-pindah, dan tidak berdiam di suatu tempat tertentu dari generasi ke generasi. Kondisi geografis, cuaca, alam, dan sumber daya alam suatu tempat yang dihuni sekelompok manusia di muka bumi ini tidak sama. Kelompok orang yang hidup di kutub utara, namanya suku Eskimo. Daerah kutub cuacanya sangat dingin, ada salju, gunung es, dan hewan berupa anjing Eskimo dan beruang salju. Karena itu, orang Eskimo berbusana tebal. Bahan busananya kulit beruang kutub atau kulit kambing kutub. Nama benda, tempat benda, wujud benda, dan wujud alam sekitar melahirkan bahasa, istilah, komunikasi, dan kebiasaan berbeda. Kebiasaan-kebiasan yang berlaku (custome), nilai-nilai, atau keyakinan yang tumbuh menjadi adat-istiadat. Kereta yang mengangkut mereka bergerak ke mana-mana bukan ditarik oleh kuda, melainkan ditarik oleh anjing gembala beberapa ekor. Kok tidak pakai kuda? Di sana tidak ada kuda.
Agama (keyakinan) dan akal (budi daya) yang dimiliki orang Eskimo yang hidup tertib dan terarah di Kutub Utara menuntut mereka menciptakan busana tebal berlapis-lapis, kereta anjing kutub, dan tradisi berburu binatang liar. Itulah adat-istiadat. Kehadiran adat-istiadat dalam suatu masyarakat menjadi ciri khas, unik, dan indah.
Manusia yang menyinergikan kekuatan ajaran agama, kekuatan akal, dan memelihara adat-istiadat (tradisi) dalam mengelola hidupnya memiliki ciri-ciri: hidup tertib, terarah, dan indah.
Agama, akal, dan adat-istiadat bisa disinergikan oleh manusia sehingga menjadi kekuatan dahsyat, Akan tetapi fungsi ketiganya tidak dapat bersubstitusi (saling menggantikan). Fungsi agama tidak bisa digantikan oleh akal dan tidak juga oleh adat-istiadat.
Agama is agama, fungsinya adalah pedoman dan sekaligus fondasi sebuah bangunan yang bernama pengelolaan kehidupan. Ingin meraih kehidupan yang baik, pedomanilah agama.
Akal dikaruniakan Allah bagi manusia (organ otak; brain) berfungsi untuk mencari, menemukan, dan melahirkan ide-ide baru, serta kreasi baru yang cemerlang. Contoh: busana. Orang Islam itu wajib menutup aurat sejak turunnya perintah Allah untuk itu. Sejak itu muslim menutup aurat dengan busana. Akal para desainer/perancang busana pun beraksi penuh daya kreasi. Lihatlah sekarang, di zaman modern ini! Model busana yang dipakai para muslimah amat bervariasi, modis, trendy, dan terkadang seksi. Lihatlah para muslimah kita. Mereka yang tadinya enggan berjilbab karena belum pede dan berbagai alasan, sekarang mereka tampil pede abis dalam busana yang semestinya!Menutup aurat adalah kewajiban dan tuntutan agama Islam. Tentang mode, model, gaya, modis/fashionable adalah hasil kreasi akal para desainer busana. Menutup aurat dengan busana biasa dan sederhana boleh-boleh saja. Akan tetapi jika berjilbab modis berharga mahal tetapi dada tetap tampak dan betis bunting pandi dibiarkan terbuka, atau bercelana ketat legging yang memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh yang ceking atau yang tambun berlemak, itu mah salah! Kalau begitu, tinggalkan busana model cekak begitu!
Fashion/mode pada busana celana cutbray yang mengambai, celana legging ketat, atau rok panjang, mengalami masa trendy/digandrungi pada suatu masa, akan mengalami masa out of fashion pada masa yang lain. Kegandrungan akan sesuatu itu cuma semusim dua musim. Musim berikutnya kegandrungan beralih kepada yang lain, yang baru, atau kembali kepada zaman dulu. Balik deui ka zaman baheula eta mah tiasa. Itulah adat.
Kalau begitu, adat itu tidak bisa dijadikan pedoman hidup, dong? Ya iyalah! Nikah ya nikah (nikah siri, nikah di bawah tangan, atau nikah kantor) itu perintah agama. Artinya halalan thoyyiban wa asyiiiikan! Yang bukan perintah agama, bahkan haram itu adalah nikah kontrak, nikah mut’ah, atau nikah niatnya cuma empat hari atau dua bulan (Aceng Fikri kaleee!) Nikah kontrak itu hanya adat di tempat tertentu dan menjadi kebiasaan yang buruk: ajaran agama ditanggalkan, akal culas, adat menjadi lumpur (kerjaan pendatang Arab dan kerjaan naib abal-abal). Praktik nikah kontrak ini sedang dibasmi sampai tuntas tas tas!
Agama, akal, dan adat-istiadat (3A) pasti tampak tampil dalam kehidupan manusia sampai kapan pun. Kekuatan 3A disinergikan, bukan disubstitusikan fungsinya, bukan pula dicampuradukkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar