Rabu, 19 Desember 2012

TANGGAPAN TERHADAP ORMAS ISLAM YANG ANARKHIS

http://www.facebook.com/abdulmaliktksd?ref=tn_tnmn

TANGGAPAN 3
Menafsir ayat Quran "... kaffah" tidak berarti hantam kromo. Islam pada masa kehidupan Rasulullah sama sekali jauh dari pertumpahan darah, tebasan pedang di leher, dan semacamnya jika tidak karena kondisi emergency. Keras dan tegas terhadap musuh Nabi saw dan Islam tidaklah identik dengan tebasan pedang asal tebas tanpa pengadilan. Nabi saw adalah orang yang paling baik dalam menegakkan hukum. Konfirmasi dan akurasi informasi amat dijunjung tinggi. Ayat Quran begitu banyak menginformasikan tentang perlunya muslim membela diri kalau diserang musuh, tetapi tidak pernah secuil pun Nabi saw meneteskan setitik darah manusia dengan aksi agresi atau invasi, main serbu, main labrak, orang yang atau pihak yang tidak memusuhi. Hanya kepada kaum kafir harbi saja Nabi saw bertindak keras, perang, mengusir, atau menyandera, menawan. Tak ada dendam dari Nabi saw yang dahsyat. Tak ada. Jadi bagaimana mungkin seorang uswatun hasanah langsung main tebas leher atau menyuruh sahabat berbuat seperti itu. Saya sarankan agar Saudara membaca sejarah hidup beliau dari buku sejarah yang ditulis oleh ilmuwan yang obyektif dengan tingkat riset penelitian high level. Hindari sejarah yang ditulis oleh para orientalis atau segelintir orang yang terperangkap cerita yahudi dan nasrani, bahwa " Islam itu identik dengan pedang" alias kekerasan. Silakan baca Hayat Muhammad dari Husein Haikal, atau KH Munawwar Kholil yang bersumber dari Quran. Belajar Islam itu tidak bisa parsial, tahu hadits doang, padahal banyak hadits cuma karangan-karangan dari orang-orang yang tidak suka dengan Islam.
Yang pantas menebas leher adalah algojo yang memang tugasnya untuk eksekusi hukum pancung. Nabi saw justru amat mampu meredam amarah para sahabat yang pemberang. "Islam tidak didakwahkan dengan pedang". "Islam itu rahmatan lil alamin" Nah, orang yang suka menggemakan Islam sedikit-sedikit dengan pedang itulah yang kadar Islam-nya setipis kulit ari, boro-boro setengah!
Algojo itu melakukan tugas mulia mengeksekusi keputusan pengadilan. Dia menegakkan hukum dan perintah Allah. Dia tidak akan melakukan eksekusi hukuman tembak karena dia bukan proporsinya. Semua itu melaksanakan tugas secara proporsional, Baru disebut beribadah. Baru disebut menegakkan Islam yang kaffah!
Kalau kita bukan siapa-siapa, aparat bukan, otoritas kagak gablek, kan tidak pantas banget mengeksekusi saudara lain, manusia lain, mengatasnamakan Islam. Ini Indonesia, negeri heterogen, bukan negeri jahiliah zaman Abu Jahal atau Musaillamah Al Kazzab. Gitu aja kok repot!


 TANGGAPAN 2
Islam adalah rahmatan lil alamin. Muhammad saw adalah pengawal rahmatan lil alamin dengan semua keteladanan yang telah dia tampilkan selama hidupnya. Teladan terbaik itulah yang selalu harus ditegakkan oleh umatnya hingga akhir zaman. Maka di manapun muslim berada, minoritas atau mayoritas, dia adalah rahmat bagi sekelilingnya: bagi tetangga, bagi aparat, bagi kawan, bagi lawan, bagi musuh. Apa lagi bagi ikhwan mukmin. Itulah sebabnya Islam bisa tetap eksis dan dipeluk oleh orang yang tadinya membenci dan memusuhi. Itulah yang membedakan muslim dengan nonmuslim. Polisi angkat topi, masyarakat angkat topi, pebisnis pun angkat topi. Kita masing-masing memiliki fungsi dan melekat di situ otoritas. Polisi lah pemilik otoritas Kamtibmas, bukan ormas, bukan parpol, bukan taklim. Apa pun ceritanya, tetap saja melanggar hukum jika yang tak punya otoritas melakukan hal di luar otoritasnya. Namanya zolim. Akibatnya membuka front. Di sini kita menang karena kita mayoritas. Kalau kita minoritas, kita menjadi bulan-bulanan, bukan? Mata dunia tak berkedip melihat kezoliman segelintir kelompok. Dunia ini sekarang begitu kecil. Tak ada kezoliman di suatu tempat tidak diketahui oleh mata dunia. Singkat kata, janganlah kita arogan merasa hebat dan menganggap aparat kepolisian tidak mampu dari kacamata kita. Teladani Nabi saw, Rasulullah saw, uswatun hasanah, jika sudah berani membawa nama beliau sehingga layak kita menjadi rahmatan lil alamin. Buang jauh-jauh sikap dan perilaku barbar yang membawa stigma mukmin cuma suka rese suka bikin teror dan berujung laknat lil alamin.

 TANGGAPAN 1 DARI TANGGAPAN TERHADAP KOMEN
Indonesia memang bukan negara Islam. Indonesia juga bukan negara maksiat. Indonesia adalah negara hukum. Aparat jangan ragu menindak warga negara yang melanggar hukum positif yang berlaku di negara kita. Hatta mereka punya anggota, jangankan cuma segelintir, seribu kek, sejuta kek, selaksa kek, ringkus saja!

 KOMEN
Angkat jempol buat polisi yang menangkap gerombolan ormas MPR. Sidangkan mereka karena sudah cukup bukti, vonis, dan jebloskan mereka ke bui. Polisi jangan ragu. Umat Islam tidak suka tindakan anarkis dan kriminalisme dan berada di belakang polisi. Nama majelis pembela rasulullah, tetapi kelakuan kayak kaum munafik. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar