http://www.facebook.com/abdulmaliktksd?ref=tn_tnmn
TANGGAPAN 3
Menafsir ayat Quran "... kaffah" tidak berarti hantam kromo. Islam pada
masa kehidupan Rasulullah sama sekali jauh dari pertumpahan darah,
tebasan pedang di leher, dan semacamnya jika tidak karena kondisi
emergency. Keras dan tegas terhadap
musuh Nabi saw dan Islam tidaklah identik dengan tebasan pedang asal
tebas tanpa pengadilan. Nabi saw adalah orang yang paling baik dalam
menegakkan hukum. Konfirmasi dan akurasi informasi amat dijunjung
tinggi. Ayat Quran begitu banyak menginformasikan tentang perlunya
muslim membela diri kalau diserang musuh, tetapi tidak pernah secuil pun
Nabi saw meneteskan setitik darah manusia dengan aksi agresi atau
invasi, main serbu, main labrak, orang yang atau pihak yang tidak
memusuhi. Hanya kepada kaum kafir harbi saja Nabi saw bertindak keras,
perang, mengusir, atau menyandera, menawan. Tak ada dendam dari Nabi saw
yang dahsyat. Tak ada. Jadi bagaimana mungkin seorang uswatun hasanah
langsung main tebas leher atau menyuruh sahabat berbuat seperti itu.
Saya sarankan agar Saudara membaca sejarah hidup beliau dari buku
sejarah yang ditulis oleh ilmuwan yang obyektif dengan tingkat riset
penelitian high level. Hindari sejarah yang ditulis oleh para orientalis
atau segelintir orang yang terperangkap cerita yahudi dan nasrani,
bahwa " Islam itu identik dengan pedang" alias kekerasan. Silakan baca
Hayat Muhammad dari Husein Haikal, atau KH Munawwar Kholil yang
bersumber dari Quran. Belajar Islam itu tidak bisa parsial, tahu hadits
doang, padahal banyak hadits cuma karangan-karangan dari orang-orang
yang tidak suka dengan Islam.
Yang pantas menebas leher adalah
algojo yang memang tugasnya untuk eksekusi hukum pancung. Nabi saw
justru amat mampu meredam amarah para sahabat yang pemberang. "Islam
tidak didakwahkan dengan pedang". "Islam itu rahmatan lil alamin" Nah,
orang yang suka menggemakan Islam sedikit-sedikit dengan pedang itulah
yang kadar Islam-nya setipis kulit ari, boro-boro setengah!
Algojo
itu melakukan tugas mulia mengeksekusi keputusan pengadilan. Dia
menegakkan hukum dan perintah Allah. Dia tidak akan melakukan eksekusi
hukuman tembak karena dia bukan proporsinya. Semua itu melaksanakan
tugas secara proporsional, Baru disebut beribadah. Baru disebut
menegakkan Islam yang kaffah!
Kalau kita bukan siapa-siapa, aparat
bukan, otoritas kagak gablek, kan tidak pantas banget mengeksekusi
saudara lain, manusia lain, mengatasnamakan Islam. Ini Indonesia, negeri
heterogen, bukan negeri jahiliah zaman Abu Jahal atau Musaillamah Al
Kazzab. Gitu aja kok repot!
TANGGAPAN 2
Islam adalah rahmatan lil alamin. Muhammad saw adalah pengawal rahmatan
lil alamin dengan semua keteladanan yang telah dia tampilkan selama
hidupnya. Teladan terbaik itulah yang selalu harus ditegakkan oleh
umatnya hingga akhir zaman. Maka di
manapun muslim berada, minoritas atau mayoritas, dia adalah rahmat bagi
sekelilingnya: bagi tetangga, bagi aparat, bagi kawan, bagi lawan, bagi
musuh. Apa lagi bagi ikhwan mukmin. Itulah sebabnya Islam bisa tetap
eksis dan dipeluk oleh orang yang tadinya membenci dan memusuhi. Itulah
yang membedakan muslim dengan nonmuslim. Polisi angkat topi, masyarakat
angkat topi, pebisnis pun angkat topi. Kita masing-masing memiliki
fungsi dan melekat di situ otoritas. Polisi lah pemilik otoritas
Kamtibmas, bukan ormas, bukan parpol, bukan taklim. Apa pun ceritanya,
tetap saja melanggar hukum jika yang tak punya otoritas melakukan hal di
luar otoritasnya. Namanya zolim. Akibatnya membuka front. Di sini kita
menang karena kita mayoritas. Kalau kita minoritas, kita menjadi
bulan-bulanan, bukan? Mata dunia tak berkedip melihat kezoliman
segelintir kelompok. Dunia ini sekarang begitu kecil. Tak ada kezoliman
di suatu tempat tidak diketahui oleh mata dunia. Singkat kata, janganlah
kita arogan merasa hebat dan menganggap aparat kepolisian tidak mampu
dari kacamata kita. Teladani Nabi saw, Rasulullah saw, uswatun hasanah,
jika sudah berani membawa nama beliau sehingga layak kita menjadi
rahmatan lil alamin. Buang jauh-jauh sikap dan perilaku barbar yang
membawa stigma mukmin cuma suka rese suka bikin teror dan berujung
laknat lil alamin.
TANGGAPAN 1 DARI TANGGAPAN TERHADAP KOMEN
Indonesia memang bukan negara Islam. Indonesia juga bukan negara
maksiat. Indonesia adalah negara hukum. Aparat jangan ragu menindak
warga negara yang melanggar hukum positif yang berlaku di negara kita.
Hatta mereka punya anggota, jangankan cuma segelintir, seribu kek,
sejuta kek, selaksa kek, ringkus saja!
KOMEN
Angkat jempol buat polisi yang menangkap gerombolan ormas MPR. Sidangkan
mereka karena sudah cukup bukti, vonis, dan jebloskan mereka ke bui.
Polisi jangan ragu. Umat Islam tidak suka tindakan anarkis dan
kriminalisme dan berada di belakang polisi. Nama majelis pembela
rasulullah, tetapi kelakuan kayak kaum munafik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar