Rabu, 26 Desember 2012

SERBA-SERBI KEHADIRAN KATA



KAMIS, 27 DESEMBER 2017

BAHASA INDONESIA

SERBA-SERBI KEHADIRAN KATA

Apa sih kata itu?
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008) memberi penjelasan tentang arti kata sbb.: 1. unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa; 2. ujar; bicara; 3 (menurut ilmu linguistik): a. morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas; 3b. satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem.
contoh morfem tunggal: batu, rumah, datang, karakter, dll.
contoh gabungan morfem: pejuang, pancasila, mahakuasa, pascasarjana, praduga,dll.
 Kehadiran kata
Pertama kita kenali dahulu jenis kata yang ada dalam bahasa Indonesia. Jenis kata dalam bahasa Indonesia seperti berikut ini:
nomina (kata benda), misalnya: rumah, jam dinding, gergaji, laptop, tv, dll.
verba (kata kerja), misalnya: potong. bicara, datang, makan, lecut, senyum, dll.
adjektiva (kata sifat/kata keadaan), misalnya: sehat, panas, tinggi, panjang, dll.
numeralia (kata bilangan), misalnya: satu, dua, kelima, seratus, setengah, dll.
preposisi (kata depan), misalnya: di, ke, dari, dalam, pada, kepada, dll.
 konjungsi (kata sambung), misalnya: tetapi, walaupun, bahkan, karena, sebab, dll. adverbia (kata keterangan), misalnya: dengan indahnya, secara singkat, dengan sembrono, pantas, lama sekali, telat, dll.
kara seru, misalnya: ah, aduh, wow, alangkah, betapa, hai, wahai, dll.
kata sandang, misalnya: si, sang, yang, hang, dang, cut, dll.
kata tanya, misalnya: apa, siapa, mengapa, di mana, ke mana, bagaimana, dll.

Asal-usul kata
Ada manusia bersosialisasi dan berkomunikasi dengan sesama makhluk melahirkan bahasa dan kata. Tidak ada bahasa dan kata jika manusia tidak bersosialisasi dan berkomunikasi. Bahasa menjadi alat komunikasi yang saling dipahami. Bahasa bertumbuh kembang seiring dengan perkembangan peradaban manusia. Ada kreasi baru dalam peradaban manusia pasti muncul perbendaharaan bahasa dan kata baru. Manusia yang memiliki peradaban dinamis dan tinggi pasti memiliki khasanah bahasa yang kaya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kata/bahasa muncul bukan tiba-tiba ada dan ditutur dengan tiba-tiba pula.
Khasanah kata dan bahasa dipengaruhi oleh banyak faktor: agama/keyakinan, geografi, politik, peradaban, mata pencaharian, lokasi, komunitas, profesi, dll.
Apa buktinya?
Khasanah bahasa, istilah, dan kata umat Nasrani  kental dipengaruhi bahasa Suryani, Ibrani, Latin, karena dipengaruhi oleh kitab Torat, Injil, dan The Byble (Old Testament and New Testament).
Khasanah bahasa Indonesia, dalam hal khasanah kata, banyak dipengaruhi oleh bahasa Arab (bahasa Quran). Kata-kata dan istilah yang ada di dalam Quran banyak ditutur oleh orang Indonesia yang memang mayoritas beragama Islam, yang kemudian kata-kata dan istilah itu menjadi khazanah Bahasa Indonesia. Di samping ada pengaruh bahasa Quran/Arab, uga ada pengaruh bahasa Sansekerta (Hindu).
Khasanah kata dalam bahasa Indonesia dipengaruhi oleh kondisi geografis, negeri agraris/pertanian, dan maritim. Orang Indonesia bermata pencaharian terbanyak sebagai petani dan nelayan.
Rezim tiran otoriter atheis komunis Stalin dan Lenin penguasa Uni Sovyet menciptakan ketakutan yang amat sangat bagi rakyat untuk bersuara dan menyatakan pendapat. Rakyat Uni Sovyet itu untuk tertawa pun mereka tak berani. Hampir-hampir saja tertawa dilarang di sana. Mereka melampiaskan kejengkelan dengan bermain catur sebagai rekreasi. Tiada hari tanpa catur. Pernahkah Anda menyaksikan para pemain catur bergerak-gerak ke sana-ke mari atau tertawa keras? Tak ada, kan? Jangan harap ada “Tukul Arwana” atau OVJ-nya Parto besar di sana. Mereka menjadi pendiam dan tampil dengan mimik serius.Tak aneh para jawara catur kelas wahid datang dari negeri Uni Sovyet. Sebutlah misalnya Anatoly Karpov, Victor Korchnoy, Gary Kasparov, Alyekhin, Ljubomir Ljubojevic, Kramchick, dll. Tak heran khasanah istilah-istilah dalam permainan  catur didominasi oleh bahasa Uni Sovyet.

Untuk memperkuat pernyataan ini mari kita beranalogi dalam dua hal: peradaban dan bahasa.
Kata warteg (aslinya berasal dari singkatan dua kata: warung tegal). Tak ada lema warteg ditemukan dalam kamus bahasa Indonesia terbitan tahun 1950 ketika ejaan Soewandi berlaku sebagai ejaaan resmi di Indonesia.
Kata warteg baru muncul dan ditutur oleh masyarakat Indonesia setelah muncul menjamur warung tegal di Jakarta, tahun 60-an sampai 70-an, disusul oleh kota-kota besar di luar Jakarta. Orang Indonesia dalam berbahasa punya keunikan, suka menyingkat kata, suka serba praktis, dan bernuansa humor. Saya tidak tahu, persis, mana yang lebih dahulu ditutur oleh khalayak, lebih banyak disebut, lebih berkesan, kata warteg atau warkop (Warkop Prambors, Indro-Nanu-Kasino-Dono)? Warteg dan Warkop menjadi kata baru sejak tahun 70-an.
Ngetopnya kata warteg dan warkop memberi inspirasi bagi para khalayak penutur bahasa dan para manusia bahasa: bahasawan, pakar bahasa, praktisi bahasa, dan pengamat bahasa. Beranalogi dengan kedua kata ini, lahirlah kata-kata baru segenerasi tahun 70-an. Anda pasti tahu kata-kata baru hasil kreasi beranalogi dari kata warteg dan warkop berikut ini:
warping singkatan dari warung pinggir; warmob singkatan dari warung mobil; warjok singkatan dari warung pojok; wargo singkatan dari warung goyang; warsan singkatan dari warung santai; warso singkatan dari warung soto dan bakso; dll.
Pada tahun 80-an ada booming telekomunikasi. Bisnis telekomunikasi menjamur di mana-mana. Kios-kios telekomunikasi bermunculan bagai jamur di musim hujan. Namanya kios telekomunikasi.
Khalayak ramai penutur bahasa dan manusia bahasa melihat fenomena ini, memunculkan kata baru dengan beranalogi kepada warteg dan warkop, tuturan warung telekomunikasi yang agak panjang menjadilah wartel.
Pada tahun 90-an ke sini ada booming internet. Muncullah pebisnis internet dan membangun kios/counter/warung internet. Analoginya kemudian adalah warnet.
Warnet, wartel, warteg, warkop, warping, warso, dll. adalah kata yang terbentuk sebagai hasil kerja analogi dalam berbahasa.
Inilah salah satu dari sejarah asal-usul kata yang ditutur oleh khalayak penutur bahasa. Tentu banyak lagi contoh atau cara lain asal-usul kata dan bahasa tentunya. Semakin modern bangsa, semakin mengglobal pergaulan, maka semakin banyak perkembangan khasanah kata dalam bahasanya.
Contoh lain:
bahasa sapaan yang banyak ditutur masyarakat sampai tahun 60-an (sisa-sisa feodalisme amat menonjol; bahasa Jawa ada kromo, kromo madyo, dan kromo inggil)
kowe, sampeyan,  panjenengan ( artinya kamu); kowe untuk Jawa kromo; sampeyan untuk kromo madyo; panjenengan untuk kromo inggil.
Ujang atau Jang, Entong atau Ntong, Neng (dialek betawi; sapaan panggilan dari orang yang lebih tua kepada anak laki-laki dan anak perempuan).
Tole/Le, Ndo (sapaan panggilan untuk anak laki-laki dan anak perempuan; dialek Jawa).
 Nyi/Nyai, tuan, juragan, ndoro, den, den muda, den putri (kromo inggil Jawa).
duli patik, duli tuanku, patik, hamba (bahasa sapaan resmi khusus dari penyapa yang berkedudukan rendah kepada orang yang berkedudukan tinggi).  
Paduka, baginda, paduka yang mulia adalah sapaan untuk para petinggi (raja, sultan, atau presiden).
Misalnya: ketika seorang menteri menyapa Bung Karno berpidato dalam acara resmi
Paduka Yang Mulia, Pemimpin Besar Revolusi, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Presiden Republik Indonesia, Bung Karno, ....
bahasa khalayak umum yang berkembang sejak tahun 70-an
angkot, tilang, pungli, uang semir, uang sogok, polisi tidur, sopir tembak, residivis, bromocorah, pedagang kakilima, bos, abs, petunjuk bapak, salam sejahtera, sindrom (syndrom),dll.

Bahasa resmi sejak tahun 70-an yang ditutur oleh khalayak
toserba, puskesmas, penmas, puspen, deppen, depsos, Menko, kesra, yanmas, dll.

Kata atau istilah yang dikembangkan (melalui regulasi)
dikbud, diknas, mendikbud, permendiknas, depdagri, depag,  polri, polda, polres, poltabes, koramil, danramil, kopkamtib, AMD, jamsostek, THR, dll.
Kemenag RI, Kemendagri, Kemendikbud, flu burung, flu babi, sapi gila,
pascasarjana, pascapanen, pranikah, praduga tak bersalah, pemangku kepentingan, dll.

Bahasa gaul remaja ABG tahun 70-an
cewek, cowok, bokap, nyokap, pembokat, ogut, loku, kemokap, gintur, gare dae, gocap, goceng, cenggo, cepek, seceng, om senang, tante girang, pecun, keok, teler, bajing luncat, ngutil, dll.

Bahasa gaul yang berkembang sejak tahun 2000-an (bahasa yang lahir karena kemajuan bidang teknologi, informasi, komunikasi; TIK; bahasa dalam sms, bbm, tweeter, fb), misalnya:

bisyar, bispak, narsis, lebay, polteng, ayam kampus, selingkuh, btw. otw, bete, hasben, ttm, cem-ceman, sensi, mojok, sakaw, likum (assalamu alaikum), kum salam (wa alaikum salam), dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar