SELASA, 25 DESEMBER 2012
SELAMAT MERAYAKAN NATAL UNTUK
SAUDARAKU UMAT NASRANI
Hablum minan naas-nya muslim hidup di tengah masyarakat heterogen
Saudara kita, umat Nasrani,
setiap tanggal 25 Desember merayakan Hari Natal (hari kelahiran Jesus Kristus; Isa Ibnu Maryam atau Isa Al
Masih; Quran Suci menyebutnya Isa Ibnu
Maryam atau Al Masih Isa Ibnu Maryam; Allah menyebutnya dengan Isa saja; Lihat
QS 3: 45, 52, 55, 59; QS 19: 34).
Sebagian besar sejarahwan
sepakat bahwa pada tanggal itu Jesus Kristus atau Isa Al Masih dilahirkan oleh
ibundanya, Maryam. Jesus atau Isa Ibnu Maryam atau Al Masih Isa lahir tanpa
ayah .
QS 3:45. “(Ingatlah), ketika para malaikat
berkata, “Aahai Maryam! Sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu
tentang sebuah kalimat (firman) dari-Nya, (yaitu seorang putra), namanya
Almasih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat, dan
termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)”.
QS 3: 46. “dan dia berbicara
dengan manusia (sewaktu) dalam buaian dan ketuka sudah dewasa, dan dia termasuk
di antara orang-orang yang saleh”.
Tentang Maryam yang suci, yang hamil tanpa suami yang
kemudian melahirkan Isa, Mukjizat Isa, dan Isa diangkat sebagai rasul, serta
perjuangannya menegakkan perintah Allah Yang Maha Pencipta, Allah melalui Quran
Suci memberikan penjelasan dengan terang-benderang melalui ayat-ayat-Nya dalam
QS 3 (Ali Imran): 33 s.d. 60 dan QS 19 (Maryam): 16 s.d. 37.
Muslim, melalui informasi
Quran Suci, meyakini bahwa Isa Al Masih atau Jesus Kristus, adalah manusia
biasa yang dipilih Allah untuk menjalankan dakwah tauhid sebagai rasul. Isa Al
Masih adalah rasul Allah dan salah satu dari 25 rasul Allah.
Karena Isa Al Masih atau
Jesus kristus itu dilahirkan dari rahim seorang ibu bernama Maryam, maka wajar
saja para pengikutnya/umatnya, umat Nasrani, merayakan hari kelahirannya
(Natal; Natal ‘latin’ artinya lahir; lawan kata natal adalah mortal, artinya
mati). Lalu, apa yang salah soal kelahiran Isa Al Masih atau Jesus Kristus? Kalau
soal hari, tanggal, dan tahun kelahirannya, ada beberapa perbedaan pendapat.
Biarkan saja, biar ahli sejarah yang mencari kebenarannya. Yang penting untuk
dibahas adalah sosok Jesus Kristus atau Isa Almasih. Apa yang salah soal umat
Nasrani merayakan Natalnya Jesus Kristus.
Sebagaimana keyakinan muslim,
umat Nasrani pun meyakini bahwa Jesus Kristus itu dilahirkan. Tidak mungkin
umat Nasrani merayakan Natal kalau Jesus Kristus “ada dengan sendirinya”.
Mereka saling memberi ucapan Selamat Natal kepada sesamanya. Soal merayakan
Natal, pesta sederhana, pesta kecil-kecilan, pesta mewah, atau pesta akbar
adalah biasa.
Muslim, sebagian merasa
gamang, takut, bahkan mencap pekerjaan haram memberikan ucapan Selamat Natal
kepada umat Nasrani. Tak sedikit kiai, ustaz, habib, atau mualim berteriak
lantang, bahwa memberi ucapan Selamat Natal kepada umat Nasrani itu hukumnya
haram! Wadouwh!
Mungkin kiai kita ini asal
bunyi asal teriak saja. Nalar ilmiahnya nggak ada. Atau mungkin saja memang
ukurannya cuma sekian saja. Jika dia pahami arti harfiah kata “Natal” pasti dia
tidak akan berani melontar fatwa dan buru-buru meralat fatwanya yang salah
alamat itu.
Kalimat ucapan sederhana yang
sering kita dengar dari mulut saudara kita kaum Nasrani adalah “Selamat
Natal”. Kalimat yang agak panjang
seperti “Selamat merayakan Natal, semoga Tuhan memberkati Anda!”
Mari kita ulas kalimat atau
frasa “Selamat Natal” dari sudut pandang ajaran Islam.
Pertama, Jesus Kristus itu
tidak lain tidak bukan adalah Isa Ibnu Maryam, manusia biasa, lahir dari rahim
seorang ibu (sekali lagi: dia lahir seperti juga kita) tanpa ayah cukup dengan
kalimat Allah “kun fayakun”. Kemudian Isa Al Masih dikaruniai mukjizat-mukjizat
sejak bayi sebagai tanda awal yang memperkuat kerasulannya. Isa Al Masih
kemudian diangkat menjadi rasul Allah, berdakwah tauhid, dan kemudian
diwafatkan sebagaimana orang diwafatkan.
Kedua, Isa Al Masih atau
Jesus Kristus adalah salah satu dari rasul-rasul Allah (sekali lagi: hanya
sebagai rasul Allah).
Ketiga, berdasarkan nalar pertama dan kedua, mustahil muslim meyakini Isa Al Masih atau
jesus Kristus sama dengan keyakinan umat Nasrani, Jesus Kristus Putra Allah.
Minggu, 23 Desember 2012,
Menteri Agama Suryadarma Ali mengatakan di depan awak media massa, bahwa muslim
tak ada halangan, apa lagi larangan mengucapkan Selamat Natal kepada saudara
kita kaum Nasrani. Baguslah kalau
begitu. Memang nggak apa-apa, kok!
Apanya yang haram?
Kalau yang haram bagi muslim
adalah mewujudkan keyakinan dan kelakuan seperti berikut ini:
Pertama, equal, sama dan sebangun, sama-sama dengan umat Nasrani meyakini
“Jesus Putra Allah”. Keyakinan muslim mutlak: bahwa Tuhan hanyalah Allahu
ahad; Allahu ahad itu Lam yalid wa lam
yuulad, wa lam yakun lahu kufuwwan ahad.
Kedua, equal, sama dan sebangun, sama-sama dengan umat Nasrani meyakini
Trinitas.
Ketiga, meniru-niru/copy paste (tasabbuh) peringatan perayaan Natal Jesus Kristus
dengan gaya nggak mau kalah
mengadakan peringatan perayaan Maulid Nabi saw. Kata “natal” dan kata “maulid”
artinya sama saja jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia: lahir. Segelintir oknum ustaz atau kiai mencari-cari
dalil dari buku-buku atau kitab yang nggak jelas validitasnya demi dalih
pembenaran dan pembolehan (mereka tidak mendapatkan dalil dalam Quran; tidak
juga dalam riwayat pada sahabat dan para ulama). Karena memang tak ada dalil
dalam Quran, mereka cari akal: mengarang cerita dan memberi label cerita yang
ditulis itu sebagai “hadis”. Tega-teganya
“hadis” itu membohongi dan mengadali umat Islam yang awam, tulisnya: Para
sahabat pun sudah mengadakan peringatan Maulid “ junjungan alam sayyidul mursalin, imamul mu’minin, nabiyana
wa syafi’ina wa juhrinaa wa maulanaa Muhammad saw”. Kata-kata sanjungan
yang lebay itu adalah gaya bahasa
abad XIX-XX, bukan gaya bahasa para sahabat atau ulama setelah era sahabat. Nabi
saw tidak pernah ngajarin gaya bahasa
lebay kayak begitu. Kalau muslim mau
sedikit belajar sejarah Islam, bahwa sejarah peringatan perayaan Maulid Nabi
yang mirip menyerupai peringatan perayaan Natal itu pertama kali dilakukan oleh
Sultan Shalahuddin Al Ayyubi (tahun 990 M; abad X). Kalau kita paham, insya Allah kita tidak akan
termakan termangsa oleh karangan “hadis”
atau “katanya” yang lahir kemarin
sore.
Keempat, menjadikan tradisi
menjadi “agama Islam” baru. Menutup kemurnian ajaran dan praktik Islam dengan
cara membungkus dengan kemasan tradisi secara sistematis seolah-olah praktik
itu adalah ajaran Islam. Contoh: Saudara kita, muslim di Lombok. Peringatan
Maulid Nabi adalah perayaan gede-gedean
nggak kalah dengan gaya umat Nasrani
merayakan Natal Jesus Kristus. Dalil pembenarannya adalah, perintah bersalawat
dan perasaan cinta kepada Nabi Muhammad saw. Niat dan amaliah nggak nyambung. Tidak setentang benang
direntang!
Keyakinan muslim sebagaimana
yang diajarkan dalam Islam soal agama dan praktik beribadah adalah lakum
diinakum wa liyadin; wa lanaa a’maalunaa wa lakum a’maalukum.
Saya menonton siaran
reportase media TV-one tentang serba-serbi muslim mancanegara menyikapi Hari
Natal. Pesepak bola muslim di belahan dunia sana, tepatnya di Britania Raya
(UK; Inggris), tepatnya di Emirates Stadium, lingkungan markas FC Manchester
City, kota Manchester, menyikapi kehadiran Hari Natal dengan sikap toleransi
kental aktual mewujudkan ajaran Islam, pentingnya hablum minan nas. Samir Nasri, berkebangsaan Prancis, membuat kue
dan menghadiahkan kue buatannya kepada kolega dan fans berat yang beranjangsana
ke markas Manchester City. Toure bersaudara, Pantai Gading, meniup-niup trompet
penuh kegembiraan dan kelucuan ikut menggembirakan para kolega yang Nasrani.
Eddin Dzeko, Bosnia, ikut pula bernyanyi bersama koleganya yang Nasrani. Agama
dan keyakinan Islamnya tidak akan luntur, kan?
Syahrul Yasin Limpo, gubernur
incumbent Sulawesi Selatan, ketika
diwawancarai reporter TV-One, berbicara fasih dan pede abis mengucapkan Selamat Natal kepada seluruh warga Sulsel
khususnya, dan umumnya rakyat Indonesia yang Nasrani. Ucapan tulus nothing to loose bukan minta dukungan
rakyat karena mau ikut lagi bertarung dalam pemilukada gubernur jabatan periode
keduanya, loh! Dia itu seorang muslim
yang meneladani Nabi saw yang amat besar toleransinya terhadap umat nonmuslim
yang berada di bawah daulatnya melalui pemerintahan demokratis dari Kota
Madinah (Muhammad saw itu hadir sebagai amirul
mukminin, pemimpin orang mukmin seluruh dunia, bukan kepala negara dari
sebuah negara, bukan raja dari sebuah kerajaan, bukan sultan dari sebuah
kesultanan, bukan kaisar dari sebuah kekaisaran, bukan baginda, bukan tuan,
bukan majikan, bukan paduka yang mulia, dan bukan dari semua yang berbau feodal
monarkhis yang diskriminatif. Muhammad saw adalah saudara dari seluruh umat
manusia. Begitu pun dengan yang dilakukan oleh empat sahabat Khulafa’urrasyidin: Abu Bakar, Umar Ibnul Khattab, Utsman bin
Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Bagus banget kalau setiap pemimpin memiliki sikap penuh toleran
menghargai keragaman agama dan keyakinan sebagai perwujudan perintah hablum minan nas seperti itu. Itu tanda
muslim yang cerdas! Indahnya toleransi dalam dada setiap muslim yang
mengejawantahkan ajaran yang amat luhur: Islam
rahmatan lil alamin!
Fatwa MUI, 1981, perihal
haramnya muslim mengucapkan Selamat Natal kepada saudara kita umat Nasrani,
sifatnya lokal, excuse/dalih yang
dipakai lemah. Fatwa yang tak adil. Patut diduga fatwa dikeluarkan karena ada
“kebencian” atau “ketakutan yang berlebihan” yang bertujuan merenggangkan
hubungan yang harmonis antarumat beragama.
Namanya juga fatwa buatan manusia. Coba kita flash back ke era 80-an. Bagaimana kondisi hubungan pemerintah
rezim Orde Baru dengan umat Islam?
Bagaimana kondisi hubungan umat Islam dengan umat Nasrani waktu itu?
Siapa saja para kiai yang duduk di MUI yang menandatangani fatwa tersebut? Jangan-jangan
fatwa itu sebuah “pesanan” rezim. Jangan-jangan para kiai penandatangan fatwa
mentalnya dalam kondisi tertekan!
Allah menyatakan dengan
terang-benderang bahwa Isa Almasih adalah seorang hamba yang amat dekat dengan
Allah. Isa Almasih adalah seorang rasul-Nya. Allah mewawatkannya dan mengangkat
derajatnya melebihi semua orang kafir di mana pun. Isa Almasih pun berpidato di depan umatnya, “Innallaaha
rabbii wa rabbukum. Fa’buduuhu haadzaa shiraathim mustaqiim”. (QS 3:
51; QS 19: 36). Semua muslim pasti meyakini pesan Quran Suci ini. Semua muslim
memandang Isa Almasih itu seorang rasul. Tak ada satu pun muslim yang cerdas
memandang Isa Almasih itu lebih dari seorang rasul, misalnya menganggap dia
sebagai Tuhan.
Jadi, tak ada yang salah
seorang muslim mengucapkan Selamat Natal, wong
memang benar Isa Almasih lahir/dilahirkan.
SELAMAT HARI NATAL SAUDARAKU UMAT
NASRANI!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar