Rujukan: QS 62 (9, 10, 11)
"Yaa ayyuhal ladziina aamanuu idzaa nuudhiya lishshalaati min yaumil Jum'ah, fas'au ilaa dzikrillaah wa dzarul bayyi', dzaalikum khairul lakum inkuntum ta'lamuun!"
"Wa idzaa qudhiatish shalaati fan tashiruu fil 'ardhi, wabtaghuu min fadhlillaah, wadzkurullaaha katsiiran la'allakum tuflihuun."
"Wa idzaa ra'au tijaaratan au lahwanin fadduu ilaih wa taraquuka qaa'iman, Qul maa'indallahi khairum minal lahwi wa minat tijaarah, waLlaahu khairur raaziqiin!"
Konsensus manusia di bumi, satu minggu itu ada tujuh hari (kalau nggak
percaya, silakan tanya pada semua orang semua bangsa di muka bumi ini ketika
Anda dapat beasiswa keluar negeri). Begitu pun konsensus untuk tidak sepakat
soal nama-nama hari dari tujuh hari itu (tergantung etnis atau suku dan wilayah
domisili). Kalau orang Indonesia, nama-nama tujuh hari itu adalah Minggu,
Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Sabtu. Kalau orang Inggris memberi nama
sbb: Sunday, Monday, Tuesday, Wednesday, Thursday, Friday, and Saturday. Kalau
orang Arab sono sbb: Ahad, Itsnin, Tsalatsa, Arba’a, Khamis, Jum’at, dan Sabti
(orang Arab zaman Nabi Nuh atau Ibrahim berbeda lagi karena bahasanya berbeda.
Kalau masih nggak percaya, tanyakan kepada para ulama tentang perbedaan bahasa
dari wahyu-wahyu Allah dalam Torat, Zabur, Injil, dan Quran).
Peradaban manusia melahirkan nama-nama benda atau kejadian. Manusia yang
memberi nama benda atau kejadian. Allah menurunkan wahyu kepada para nabi yang
harus disampaikan kepada manusia, baik perintah maupun larangan, memperhatikan
bahasa yang dipakai hamba-Nya.
Begitu pun dengan perintah salat Jumat yang harus ditegakkan pada hari
Jumat. Allah menyebut hari Jumat dalam ayat yang dinukil di atas karena manusia
penerima wahyu dan pelaksana wahyu, dalam hal ini Muhammad saw dan umatnya,
berbahasa Arab dan tahu hari Jumat. Janganlah kita sok tahu atau kayak tahu banget
alasan Allah menetapkan hari Jumat untuk salat Jumat karena itu semua otoritas
Allah thok!
(Jangan menghubung-hubungkan dengan pertemuan Adam dan Hawa yang konon
katanya terjadi pada hari Jumat; jangan menghubung-hubungkan dengan Musa bebas
dari kejaran Fir’aun pada hari Jumat. Nggak ada gunanya informasi kayak gitu.
Coba aja perhatikan contoh cerita lebay tentang hari ini: Ahli sejarah sepakat menuliskan
bahwa Nabi saw lahir pada hari Senin (20 April 571 M). tukang cerita
menceritakan Nabi saw berhijrah katanya pada hari Senin, dan wafat katanya pada
hari Senin. Jika kita menggunakan matematika (tidak usah ahli eksakta kok),
ternyata ketiga peristiwa itu tidak terjadi pada hari Senin. Nah lu!
Saudara-saudara kita yang awam, sering menjadikan hari Senin, Kamis, dan Jumat
menjadi hari-hari spesial. Sering menempatkan malam Jumat sebagai malam spesial
untuk gelar Yasinan, doa arwahan, sunnah rosul, dll. Buntut-buntutnya hari
Jumat dijuluki sayyidul ayyam, hari yang paling mulia. Alamak! Semua orang awam
itu berlomba-lomba mengejar dan menunggu kedatangan malam Jumat dan hari Jumat.
Katanya pahala dilipatgandakan daripada pahala yang diperoleh pada hari-hari
lain! Bisa jadi, buntut-buntutnya nggak perlu lagi ibadah pada hari lain, semua
kekurangan sudah ketutup pahala ibadah pada hari Jumat. Tak ada satu pun ayat
Quran yang menginformasikan hal seperti itu. Logikanya, takkan pernah Nabi saw
berani-beranian menambah-nambah, mengaran-ngarang, atau mengada-ada di luar
semua yang digariskan Allah. Itulah sebabnya, muslim yang ulil albab selalu mendahulukan
EEK/ExElCo dengan Quran di tangan dan tak akan gegabah melakukannya.
EEK/ExElCo: eksplorasi, elaborasi, konfirmasi)
Yang membuat hari Jumat berbeda dengan hari-hari lain adalah karena adanya
kewajiban salat Jumat, diseru untuk mengingat Allah (menyimak khutbah dan
menegakkan salat dua rakaat pada waktu Zuhur) dan selama waktu itu orang
beriman diperintahkan untuk meninggalkan kesibukan pribadi: bisnis, dagang,
bekerja, istirahat, atau sedang tidur siang. Yang demikian itu, jika kita tahu
dan taat, maka akan berdampak positif/lebih baik bagi kita (ayat 9).
Toh waktu salat Jumat itu (menyimak khutbah dan salat dua rakaat) tidaklah
lama. Allah Maha Tahu tentang kita hamba-Nya daripada ketahuan kita sendiri.
Usai salat Jumat kita diperintahkan untuk mencari rezeki sesuai dengan profesi
kita masing-masing semampu kita dengan tetap mengingat-Nya (pagi petang siang
malam: bukratan wa ashiilaa). Artinya kita kembali bekerja, berkarya, dan
menghasilkan sesuatu di luar mesjid. Ya, maksudnya jangan berlama-lama di
mesjid karena di mesjid bukan tempat cari makan. Mau wiridan, mau pijit-pijit
atau putar biji tasbeh sambil komat-kamit geleng-geleng atau angguk-angguk
kepala, bisa di luar mesjid. Termasuk pengangguran pun diperintahkan
bertebaran/mencari nafkah. Kalau kita taat, kesuksesan akan diraih. Kalau nggak
mau juga, bersiap-siap aja untuk hidup gagal (ayat 10).
Saking pentingnya menegakkan salat pada hari Jumat, Nabi saw diperintahkan
untuk mengegur muslim yang tidak mengindahkan salat Jumat karena alasan sibuk
urusan bisnis pribadi. Bukan saja menegur jemaah yang mengobrol ketika beliau
sedang berkhutbah, melainkan jemaah yang masih sibuk bisnis/dagang/bermain di
luar mesjid. Nabi saw diperintahkan untuk mengatakan bahwa semua yang ada di
sisi Allah (melalui perintah salat Jumat) jauh lebih baik daripada sekedar
berdagang dan bermain: rezeki mudah diraih dan Allah Maha Pemurah (ayat 11).
Lho, kok ada jemaah yang masih aja sibuk padahal waktu Jumat sudah masuk?
Kok masih ada jemaah yang masih saja ngobrol padahal Khatib sudah naik mimbar?
Kok masih ada sih jemaah yang maksain salat dua rakaat dulu padahal khatib
sedang berkhutbah?
Itulah pertanda keawaman atau kebelumtahuan atau the people got missinformation!
Khatib berkhutbah menggunakan bahasa Arab, jemaah pasti ora mudheng! Yang salah
ya khatibnya. Khutbah itu kan pencerahan kehidupan yang aktual mingguan dan
disampaikan dalam bahasa yang dimengerti oleh jemaah.
Itulah informasi yang sebenarnya tentang hari Jumat. Waktunya sama panjang
dengan hari-hari lain: 24 jam. Tidak ada yang ditambah-tambah, dikarang-karang,
atau cerita lebay. Tidak ada Jumat Kliwon, Jumat Legi, malam Jumat, sunnah
rosul, sayyidul ayyam, atau segala tetek-bengek atribut Jumat.
Maka pada kesempatan sharing ini, penulis mengajak sidang pembaca yang
muslim untuk menghadirikan Quran di depan mata untuk dipelajari, dijadikan
bacaan/rujukan utama, selalu setiap ada waktu ada kesempatan. Maksudnya agar
pengetahuan kita tidak melaju keluar rel atau koridor wahyu ilahiah.
Semoga menjadi pembelajaran walau sesederhana apa pun! Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar